mengenal sejarah ikan cupang ikan petarung yang terancam punah di alam liar - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Sejarah Ikan Cupang, Ikan Petarung yang Terancam Punah di Alam Liar

Mengenal Sejarah Ikan Cupang, Ikan Petarung yang Terancam Punah di Alam Liar
images info

Mengenal Sejarah Ikan Cupang, Ikan Petarung yang Terancam Punah di Alam Liar


Ikan cupang menjadi salah satu jenis ikan yang banyak digemari para pecinta ikan hias di Indonesia. Ikan ini dikenal memiliki sirip dan ekor yang indah, dan berwarna-warni. Ikan cupang dikenal sebagai ikan yang agresif, dan memiliki sifat petarung. Lalu apa lagi ya, fakta unik lain dari ikan unik satu ini? Yuk kita bahas!

Sejarah Ikan Cupang menjadi Ikan Petarung

Dikutip dari Generasi Biologi, ikan cupang termasuk dalam famili Belontiidae, dan memiliki persebaran di beberapa negara Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Sungai, danau dan rawa di pulau-pulau di bagian Sunda Besar yaitu Sumatera, Kalimantan, dan Jawa menjadi habitat bagi ikan petarung ini. Ikan cupang termasuk ikan bersifat karnivora yang dapat memakan binatang-binatang kecil yang hidup di air.

baca juga

Betta splendens atau ikan petarung siam merupakan jenis ikan cupang yang paling terkenal diantara 73 jenis cupang yang termasuk pada genus Betta. Ternyata jenis ikan cupang liar lebih banyak memiliki warna hijau keabuan dan sirip yang pendek, tidak seperti ikan cupang yang saat ini dikenal dengan warna yang cerah dan sirip yang panjang.

Keragaman warna dan jenis sirip ikan cupang yang banyak dijual belikan saat ini ternyata merupakan hasil pengembangbiakan selektif. Pemeliharaan ikan cupang oleh para pecinta ikan hias ternyata sudah dilakukan sejak lebih dari 150 tahun yang lalu, dimana pertama kali dilakukan oleh masyarakat bangsa Siam di Thailand.

Masyarakat di sana mengenal ikan satu ini dengan sebutan “plakat” yang artinya “ikan penggigit”. Pada jaman itu, anak-anak biasanya mengambil ikan cupang langsung dari sawah padi, dan menaruhnya dalam satu wadah untuk diadu, sehingga muncul sebutan “ikan petarung Siam” untuk ikan cupang.

Ikan petarung yang cantik ini pertama kali dikirim ke Prancis dan Jerman pada tahun 1890-an. Mr. Frank Locke menjadi orang pertama yang membawa ikan cupang ke Amerika Serikat pada tahun 1910.

Ikan cupang memiliki organ unik yaitu labirin. Walaupun memiliki insang yang membantunya bernafas di dalam air, labirin pada ikan cupang akan membantunya untuk bertahan hidup pada habitat yang miskin oksigen. Organ ini membantu cupang untuk dapat menghirup udara atmosfir, yaitu udara di atas permukaan air.

Ikan Cupang Liar di Indonesia

Dikutip dari Generasi Biologi, ikan cupang liar asli Indonesia memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi. Berdasarkan data dari FishBase, Indonesia memiliki 51 spesies dari 79 spesies ikan cupang di dunia. Keanekaragaman jenis ini tentu perlu menjadi perhatian, karena terdapat beberapa jenis cupang liar yang menghadapi ancaman kepunahan.

baca juga

Dikutip dari Mongabay, terdapat tiga spesies cupang liar endemik Kepulauan Bangka Belitung yang terancam punah. Berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies Betta chloropharynx dan Betta burdigala masuk pada status kritis, selain itu terdapat spesies Betta schalleri masuk dalam kategori status genting.

Kelestarian ikan endemik Bangka Belitung ternyata sudah menjadi perhatian masyarakat setempat. Terdapat sebuah Yayasan Ikan Endemik Bangka Belitung, The Tanggokers yang berfokus pada riset, edukasi, dan pelestarian, salah satunya adalah pelestarian ikan cupang, yang dikenal dengan sebutan ikan tempalak oleh masyarakat Bangka Belitung.

Ikan cupang yang selama ini lebih dikenal dengan ikan hias, ternyata menjadi salah satu kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia. Sehingga upaya konservasi yang telah dilakukan oleh organisasi setempat perlu terus didukung dengan upaya penyadartahuan kepada masyarakat luas untuk menjaga kelestarian cupang Indonesia di alam liar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.