Sajian khas dari daerah ngapak yang satu ini berbahan tempe. Ya, apalagi kalau bukan mendoan. Apakah Kawan GNFI familiar dengan tempe mendoan? Tempe mendoan merupakan salah satu warisan kuliner khas nusantara yang berasal dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Jika kawan belum tahu dimana letak Kabupaten Banyumas, mungkin Kawan akan lebih mengenalnya dengan Purwokerto yang merupakan pusat kota dari daerah tersebut. Kabupaten ini berdekatan dengan Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Purbalingga.
Meskipun tempe mendoan dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, tempe mendoan tetap diakui berasal dari Banyumas. Apabila Kawan GNFI berkunjung ke Banyumas, kuliner ini akan sangat mudah kawan jumpai khususnya di Kota Purwokerto, yaitu di daerah Sawangan dekat alun-alun Purwokerto.
Lantas, bagaimanakah asal usul tempe mendoan khas Banyumas hingga menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan?
Sejarah Tempe Mendoan
Sumber : (vecteezy.com | Suretianto)
Mirip dengan gorengan tempe pada umumnya, tempe mendoan memiliki ciri khas tersendiri mulai dari rasa, tekstur, dan cara penyajian. Tempe mendoan merupakan olahan tempe yang memiliki cita rasa yang gurih, bertekstur renyah, tapi lembut di dalam.
Camilan ini terbuat dari tempe yang diselimuti adonan tepung yang sudah dicampur bumbu dan potongan daun bawang. Berbeda dengan gorengan tempe biasa yang ukurannya lebih tebal, tempe mendoan mentah berukuran tipis dan lebar.
Tempe ini dicelupkan dalam adonan tepung yang kemudian digoreng sebentar dengan minyak panas kurang lebih selama empat menit. Tempe inipun dimasak sebentar saja tanpa menunggu adonan berubah warna menjadi cokelat keemasan.
Alhasil, tempe mendoan disajikan dalam kondisi setengah matang. Kondisi itulah yang menyebabkan penamaan tempe mendoan yang diambil dari kata “mendo” dalam bahasa Banyumasan yang artinya setengah matang.
Ternyata, pengolahan tempe mendoan yang setengah matang bukan tanpa alasan. Dilansir dari situs web RRI, pada awalnya mendoan dijadikan sebagai olahan tempe cepat saji. Oleh karenanya, untuk mempercepat waktu pengolahan, penjual tempe mendoanpun enggan menggoreng tempe hingga kering.
Adapun perkembangan tempe mendoan khas Banyumas tidak terlepas dari pengaruh bahan baku kedelai yang tumbuh di China dan Indochina. Hingga pada akhirnya, kedelaipun tumbuh di Indonesia dan diolah menjadi komoditas dan dikelola secara komersil di Banyumas sejak tahun 1960-an.
Berawal dari situlah, tempe mendoan bukan lagi menjadi camilan melainkan identitas warga Banyumas. Tak heran, sikap warganya yang fleksibel dan mudah menyesuaikan diri ini kerap disamakan dengan filosofi tempe mendoan.
Nilai Budaya Tempe Mendoan Khas Banyumas
Sumber : (vecteezy.com | Suretianto)
Tercantum dalam jurnal “Makna Komunikasi di Balik Makanan Tradisional” (2020), makanan tradisional mendoan menggambarkan budaya kelompok masyarakat di Banyumas dan sekitarnya. Pasalnya, masyarakat Banyumas menganggap mendoan dapat mengungkapkan ikatan sosial dan kekeluargaan.
Meskipun demikian, bagi warga Banyumas, tempe mendoan tetaplah menjadi camilan atau lauk makanan utama. Sedangkan bagi wisatawan, tempe mendoan dibawa dan dianggap sebagai ikon makanan khas atau oleh-oleh.
Tempe mendoan lebih nikmat jika disajikan pada saat masing hangat. Hal tersebut memiliki makna untuk menghangatkan suasana ketika sedang terjadi percakapan di antara keluarga. Selain itu, tempe mendoan juga dimaknai dengan “mendo-mendo” yang memiliki arti tersirat sebagai sarana komunikasi dan berbaur dengan orang lain.
Ternyata, tempe mendoan bukan hanya sebagai kuliner khas Banyumas melainkan warisan budaya yang sarat akan makna serta simbol kehangatan dan kebersamaan.
Apabila Kawan GNFI belum berkesempatan merasakan nikmatnya tempe mendoan hangat, kawan harus berkunjung ke Purwokerto atau Banyumas untuk merasakannya langsung dari tempat asal. Setelah ini, langsung ‘meluncur’ ke Purwokerto, ya?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News