Banyak cara yang bisa dilakukan dalam melestarikan bangunan cagar budaya. Salah satunya seperti di Kota Semarang, di mana bangunan cagar budaya dipertahankan dengan cara alihfungsi dan restorasi.
Dalam prosesnya, ada bangunan yang masih dipertahankan bentuk dan fungsinya. Ada juga yang hanya dipertahankan bangunannya dan kemudian dimanfaatkan menjadi restoran dan galeri seni.
1. Marabunta
Dikutip dari detikjateng, bangunan cagar budaya ini awalnya bernama Gedung Komidi StadSchowburg. Nama tersebut kemudian berganti dengan Marabunta, sejenis semut tentara di Afrika. Penamaan ini terinspirasi dari patung dua semut yang bertengger di atap gedung ini.
Awalnya, bangunan ini berfungsi sebagai tempat rekreasi khusus warga Belanda yang saat itu menjajah Indonesia. Marabunta sempat ditutup pada tahun 2006 hingga 2015 kemudian dialihfungsi menjadi MGM cafe and gallery. Sejak tahun 2020, gedung ini berubah menjadi restoran dan bar dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunan yang lama.
2. Oudetrap
Bangunan cagar budaya ini terletak di tengah Kota Lama Semarang, tepatnya di seberang Taman Srigunting. Awalnya, Oudetrap berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah pada masa penjajahan Belanda. Sekarang, bangunan ini digunakan untuk berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Semarang.
3. Monod Diephuis
Dikutip dari laman situsnya, bangunan cagar budaya ini awalnya berfungsi sebagai perusahaan broker yang mengekspor gula, kopi, kopra dan hasil bumi lain ke Eropa pada masa penjajahan. Gedung yang terletak di salah satu sudut Kota Lama Semarang ini mengalami konservasi pada tahun 2016.
Saat ini, Monod Diephuis dimanfaatkan sebagai tempat berbagai kegiatan seni dan budaya. Cagar budaya ini juga sempat digunakan sebagai lokasi syuting film Wage yang menceritakan kisah hidup W.R. Supratman.
4. Gereja Blenduk
Gereja Blenduk yang berada di tengah Kota Lama Semarang ini identik dengan kubah yang menghiasi bagian atasnya. Istilah blenduk juga berasal dari bentuk kubah tersebuut. Di bagian dalam, Kawan GNFI bisa melihat keindahan arsitektur dan lukisan yang menghiasi gereja.
Gereja Blenduk merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia yang saat ini juga masih digunakan sebagai tempat beribadah. Bagi Kawan GNFI yang berkunjung ke Semarang, gereja ini bisa dimasukkan ke dalam daftar kunjungan.
5. Gereja Katolik St. Yusuf dan Pastoran
Bagi Kawan GNFI penikmat film, bangunan gereja ini tentunya tidak asing. Gereja katolik tertua di Semarang ini memang sempat digunakan untuk syuting film Soegija dan Ave Maryam. Sama seperti Gereja Blenduk, gereja dengan usia 1,5 abad ini juga menerima kunjungan masyarakat umum
6. Masjid Layur
Masjid ini sebenarnya bernama Masjid Menara Kampung Melayu. Namun, warga Kota Semarang lebih akrab dengan nama Masjid Layur karena lokasinya yang terletak di Jalan Layur.
Sesuai namanya, masjid ini mempunyai menara yang awalnya berfungsi sebagai mercusuar pelabuhan. Ciri khas langgar berpanggung yang dimiliki Masjid Layur juga saat ini sudah direnovasi untuk menghindari banjir air pasang. Uniknya, tradisi yang melarang jamaah perempuan beribadah di dalam masjid ini masih dilanjutkan sampai sekarang.
7. Galeri Semarang
Bangunan cagar budaya ini awalnya berfungsi sebagai kantor perusahaan asuransi Indische Lloyd pada masa penjajahan Belanda. Setelah masa penjajahan Belanda berakhir, bangunan ini kemudian beralihfungsi beberapa kali menjadi gudang, dealer mobil hingga terakhir menjadi pabrik sirup.
Sejak tahun 2008, gedung ini dipugar dan akhirnya dialihfungsi menjadi Galeri Semarang atau lebih dikenal dengan nama Semarang Contemporary Art Gallery. Sesuai fungsinya, galeri ini secara rutin memamerkan hasil karya seni rupa baik dari lukisan hingga karya 3 dimensi. Saat ini, Galeri Semarang dibuka untuk umum dengan menerapkan tiket sebesar Rp20.000 per orang.
8. Spiegel
Awalnya bangunan cagar budaya ini bernama N.V. Winkel Maatschappij H. Spiegel yang berfungsi sebagai toko serba ada. Setelah masa penjajahan Belanda gedung ini sempat berfungsi menjadi gudang.
Sejak tahun 2015, bangunan ini dipugar dan dialhifungsikan menjadi bar dan resto. Spiegel kini menjadi ikon Kota Lama Semarang yang menarik setiap wisatawan yang berkunjung.
Bangunan cagar budaya di Kota Semarang sebagian besar memang berada di kawasan Kota Lama Semarang. Penyebab utamanya adalah saat masa penjajahan Belanda, daerah tersebut digunakan sebagai pusat perdagangan. Istilah Little Netherland juga melekat untuk kawasan ini karena deretan bangunan khas Eropa yang masih dipertahankan menjadi cagar budaya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News