bukan hanya joglo ini ragam bentuk rumah tradisional jawa - News | Good News From Indonesia 2025

Bukan Hanya Joglo, Ini Ragam Bentuk Rumah Tradisional Jawa

Bukan Hanya Joglo, Ini Ragam Bentuk Rumah Tradisional Jawa
images info

Bukan Hanya Joglo, Ini Ragam Bentuk Rumah Tradisional Jawa


Rumah tradisional Jawa identik dengan sebutan joglo. Tahukah Kawan GNFI, ternyata bentuk rumah tradisional Jawa bukan hanya joglo. Bentuk rumah tradisional Jawa mengalami perkembangan sedemikian rupa sehingga menciptakan warisan kekayaan arsitektur.

Sebagai istilah yang terbilang paling familier, joglo merupakan salah satu dari empat bentuk bangunan yang disebutkan dalam naskah-naskah lama mengenai rumah berarsitektur tradisional Jawa. Bentuk rumah tradisional Jawa selain joglo yakni tajug, limasan, dan kampung. Apakah Kawan GNFI sudah pernah mendengarnya?

Perkembangan Bentuk Rumah Tradisional Jawa

Gaya arsitektur tradisional Jawa secara umum terbagi menjadi Mataram Kuno, Mataram Islam, dan Kraton Yogyakarta. Hal ini tercantum dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 48 Tahun 2023 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2017 tentang Arsitektur Bangunan Berciri Khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Aturan tersebut juga memaparkan ciri-ciri gaya arsitektur tradisional Jawa. Salah satunya adalah bentuk atap bangunan utama berbentuk kampung, limasan, tajug, joglo, dan/atau varian dari masing-masing bentuk tersebut.

Perkembangan bentuk rumah tradisional Jawa berdasarkan bentuk atapnya pada dasarnya terbagi menjadi empat jenis yang telah disebutkan di atas. Melansir situs Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, awalnya yang dipakai sebagai pedoman adalah bentuk taj/taju.

Kata taj/taju berasal dari bahasa arab yang berarti mahkota. Istilah tersebut kemudian lebih dikenal sebagai tajug. Atap iniberbentuk bujur sangkar yang keempat sisinya sama panjang.

Dari bentuk atap inilah kemudian tercipta joglo. Atap berbentuk joglo pada dasarnya merupakan gabungan dari dua atap tajug.

Istilah joglo itu sendiri berasal dari kata jug-loro, yaitu tajug- loro, yang artinya dua buah tajug. Pada bangunan jug-loro ini, terdapat rangkaian balok kayu (balungan) di bagian tengah yang disebut dengan gajah.

baca juga

Bangunan tersebut kemudian mengalami perkembangan bentuk lain yang disebut limasan. Limasan berasal dari kata liman-sap. Istilah liman-sap awalnya disebut sebagai gajah-sap yang artinya gajah ganda/rangkap. Liman sama artinya dengan gajah.

Selanjutnya, dari tiga variasi tersebut, berkembang lagi menjadi bentuk kampung. Kata kampung berasal dari kata kapung/katepung yang artinya adalah dihubungkan.

Pada pendirian rumah kampung, cukup menghubungkan dua bidang atap dan meniadakan kelengkapan kayu lainnya yang ada pada ketiga bentuk rumah sebelumnya.

Selain keempat jenis yang telah dibahas tersebut, masih ada satu lagi istilah yang kerap muncul berkaitan dengan bangunan rumah berarsitektur Jawa, yakni panggang pe. Bangunan beratap jenis ini tidak dikenal dalam literatur lama tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa. Namun, dalam literatur selanjutnya, terdapat atap berbentuk serupa.

Menurut Hamzuri dalam terbitannya di tahun 1986, panggang artinya dipanaskan di atas bara api. Sementara itu, pe dari kata epe yang berarti dijemur dalam sinar matahari,.

Bangunan dengan bentuk atap panggang pe merupakan bangunan kecil dengan atap yang ditopang empat buah tiang atau lebih. Atapnya digunakan untuk menjemur hasil pertanian/Perkebunan. Bangunan ini banyak ditemukan di daerah yang menghasilkan produk pertanian/perkebunan.

Nah, dari beragam bentuk rumah tradisional Jawa tersebut, masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa variasi bentuk sebagai berikut:

Tajug

Menurut naskah-naskah tentang bangunan rumah berarsitektur Jawa, bentuk atap tajug terdiri dari tajug dan langgar.

Joglo

Pada bentuk atap joglo, terdapat variasi yakni kepuhan, pangrawit, trajumas, wantah, ceblokan, tawon boni, dan semar tinandhu.

Limasan

Bentuk atap limasan memiliki banyak variasi. Variasi tersebut adalah nom, sinom, kampung bali, bapangan, klabang nyander, trajumas, gajah ngombe, gajah mungkur, pacul gowang, semar tinandhu, dan srotongan.

Kampung

Bentuk atap kampung juga punya cukup banyak variasi. Bentuk atap kampung terdiri dari nom, srotongan, dara gepak, jompongan, gajah ngombe, trajumas, pacul gowang, semar tinandhu, dan gedhang salirang.

Panggang pe

Menurut Mintoboedoyo dalam Hamzuri (1986), bangunan dengan atap berbentuk panggang pe dibedakan sebagai berikut panggang pe pokok, panggang pe trajumas, panggang pe gedang selirang, panggang pe gedang setangkep, panggang pe empyak setangkep, panggang pe bentuk kios, panggang pe kodokan, panggang pe cere gancet, dan panggang pe barengan.

baca juga

Kawan GNFI, itulah gambaran mengenai ragam bentuk rumah tradisional Jawa. Apakah Kawan GNFI sudah pernah melihat rumah tradisional Jawa? Kawan bisa mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang menyimpan warisan arsitektur tradisional tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

TN
FA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.