Periode 1950-an menjadi salah satu momen penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Sebab pada periode ini muncul film anak yang pertama kali dibuat oleh orang-orang Indonesia.
Si Pintjang menjadi judul film yang pertama kali diproduksi oleh seniman kreatif dalam negeri. Kemunculan film yang disutradarai oleh Kotot Sukardi tersebut juga menjadi tonggak awal dari kemunculan film-film anak lainnya hingga saat ini.
Lantas bagaimana gambaran umum dan hal menarik yang bisa Kawan jumpai ketika menonton film Si Pintjang tersebut? Simak jawaban lengkapnya dalam artikel berikut ini.
Dunia Film Indonesia pada 1950-an
Sebelum mengetahui informasi terkait film Si Pintjang, Kawan mesti mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisi dunia perfilman Indonesia pada waktu itu. Dengan demikian Kawan bisa mengetahui mengapa periode 1950-an menjadi momen penting dalam keberlangsungan film anak di Indonesia.
Dinukil dari skripsi Yuliawati yang berjudul "Film Anak-Anak di Indonesia, 1950-an-1980-an", disebutkan bahwa periode 1950-an menjadi momentum penting dalam dunia film Indonesia. Sebab pada waktu itu mulai bermunculan film-film yang diproduksi oleh orang Indonesia.
Studio film pertama juga muncul di Indonesia pada periode ini. Selain itu, organisasi yang berkaitan dengan dunia film juga mulai berdiri pada periode ini, seperti Persatuan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (PPBSI) pada 1955 dan Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) pada 1956.
Si Pintjang, Tonggak Pertama Film Anak Indonesia
Situasi yang terjadi pada era 1950-an membuat film-film produksi dalam negeri mulai bermunculan pada waktu itu. Salah satu film yang muncul dalam momentum ini adalah Si Pintjang yang rilis pada 1951.
Jika dilihat dari temanya, Si Pintjang mengusung subjek yang berbeda dari film-film lainnya. Sebab Kotot Sukardi yang bertindak sebagai sutradara mengangkat tema anak-anak dalam film yang diproduksinya.
Sebenarnya tidak diketahui secara pasti mengapa Si Pintjang sebagai film anak Indonesia pertama muncul pada tahun ini. Terlebih pada waktu itu anak-anak belum menjadi pangsa pasar yang dituju oleh para produsen film.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Yuliawati yang pernah meneliti terkait tema ini. Berdasarkan riset yang sudah dia lakukan, Yulia belum menemukan sumber pasti mengapa Kotot Sukardi bisa memproduksi film anak pada waktu itu.
Namun alumnus Ilmu Sejarah Universitas Gadjah Mada ini menduga bahwa kemunculan film Si Pintjang berkaitan dengan keinginan dan latar belakang Kotot Sukardi sendiri. "Kemungkinan kemunculan film anak pada waktu itu lebih ke keinginan artistik pribadi dari sutradara (Kotot Sukardi)," jelas Yulia ketika dihubungi tim GNFI via WhatsApp pada Jumat, 14 Februari 2025.
"Sebelum membuat film, Kotot Sukardi sering membuat cerita, termasuk cerita anak. Mungkin setelah membuat cerita anak, Kotot Sukardi merasa sudah waktunya untuk menerjemahkan anak-anak ke dalam medium film Indonesia," tambahnya.
Selain itu, Kotot Sukardi juga pernah menjadi guru serta pendidik bagi anak-anak terlantar. Hal inilah yang kemungkinan besar melatar belakangi Kotot Sukardi untuk membuat film dengan subjek anak-anak di dalamnya.
Film Si Pintjang sendiri mengisahkan tentang seorang anak disabilitas bernama Giman yang hidup sebatang kara. Ayah dan kakak Giman dibawa oleh pasukan Jepang sebagai romusha.
Sementara itu, neneknya terbunuh oleh serangan pasukan Belanda pada Masa Revolusi. Hal ini membuat Giman berjuang untuk menjalani kehidupan sehari-hari bersama anak jalanan lainnya sebelum akhirnya ditampung oleh seorang mantan pejuang kemerdekaan bernama Yudono.
Meskipun mengangkat cerita yang berbeda dari film lain yang ada pada waktu itu, hal ini justru menjadi daya tarik tersendiri dari Si Pintjang. "Menempatkan anak-anak sebagai subjek korban perang pada 1950-an menjadi hal yang cukup berani untuk dilakukan," kata Yulia.
Selain itu, penggunaan aktor anak-anak yang berasal dari sanggar yang dimiliki oleh Katot Sukardi juga menjadi keunikan lain yang bisa Kawan jumpai dari film ini. Hal ini tentu berbeda dengan film-film lain pada waktu itu yang biasanya menggunakan bintang ternama sebagai pemerannya.
Keunikan terakhir dari film Si Pintjang adalah tidak hanya tayang di Indonesia saja, tetapi juga diputar di luar negeri. Salah satunya adalah ketika film Si Pintjang ikut ditayangkan dalam Festival Film Internasional Karlovy Vary di Cekoslowakia pada 1952.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News