Ketika dinding-dinding di ruang publik dipenuhi dengan coretan yang mencerminkan kebencian dan rasa sakit, satu suara berani bangkit untuk membawa perubahan. Adam Firmansyah, seorang pemuda dengan visi yang jelas, melihat potensi dalam kekacauan tersebut.
Dari coretan negatif yang sering mengarah pada bullying dan pengungkapan perasaan menyakitkan, ia mendirikan sebuah komunitas seni mural Tembok Pedia Kebumen, sebuah gerakan yang mengubah ruang publik menjadi tempat untuk menyebarkan pesan positif.
Dengan tekad yang kuat, Adam Firmansyah berjuang untuk mengubah vandalisme menjadi karya seni yang inspiratif. Apa yang terjadi ketika kreativitas bertemu dengan kepedulian? Bagaimana ia mengubah dinding-dinding kosong menjadi kanvas yang menggugah semangat generasi muda?
Mari kita telusuri perjalanan mendebarkan dari Tembok Pedia Kebumen, sebuah komunitas mural yang tidak hanya mengajarkan seni berekspresi, tetapi juga menyebarkan pesan kebaikan dan persatuan.
Aktivitas Komunitas Tembok Pedia Kebumen (Foto: Dok. Adam Firmansyah)
Sebagai pendiri gerakan ini, Adam Firmansyah mengajak semua pihak untuk terlibat dalam menyampaikan pesan baik melalui gambar dan warna. Tembok Pedia Kebumen bukan hanya sekadar komunitas, itu adalah wadah bagi siapa saja yang ingin berkontribusi. Adam percaya bahwa melalui seni, generasi muda bisa menyalurkan kreativitas mereka dengan cara yang konstruktif.
Sejak didirikan pada tahun 2022, Tembok Pedia Kebumen telah melaksanakan dua festival tembok yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Adam Firmansyah berhasil menggandeng karang taruna, pemerintah desa, dan pemerintah kecamatan hingga ketingkat Kabupaten untuk bersama-sama menyampaikan pesan baik melalui karya seni.
Respon positif dari pemilik tembok menunjukkan bahwa mereka merasa terbantu karena lingkungan menjadi lebih berwarna. Hal ini juga menguntungkan karang taruna, yang melihat kegiatan ini sebagai ide baru untuk berkontribusi dalam komunitas mereka. Hal ini jugalah yang mendorong Adam Firmansyah terus melakukan aksi sosialnya.
Komunikasi menjadi kunci dalam setiap langkah yang diambil oleh Adam Firmansyah dan timnya. Mereka menyebarkan informasi melalui media sosial dan flyer, serta mengajak komunitas lain untuk berkolaborasi. Dengan dukungan yang melimpah dari masyarakat, mereka merasa semangat untuk terus melanjutkan gerakan ini.
Adam Firmansyah bersama tim Tembok Pedia Kebumen (Dok. Adam Firmansyah)
Namun, perjalanan Tembok Pedia tidak selalu mulus. Tantangan terbesar yang dihadapi Adam Firmansyah adalah menggerakkan karang taruna yang sudah tidak aktif. Menghadapi situasi ini, ia harus berjuang untuk menghidupkan kembali semangat pemuda yang telah lama pudar. Adam berinisiatif mengajak elemen RT dan RW untuk membantu mengumpulkan remaja agar mereka bisa kembali terlibat.
Setiap proyek biasanya berlangsung selama tiga hari. Hari pertama diisi dengan briefing untuk menyampaikan latar belakang dan tujuan, hari kedua adalah waktu untuk membuat sketsa, dan hari ketiga adalah saat mewarnai. Pada hari terakhir, masyarakat dan anak-anak dilibatkan, sehingga mereka bisa merasakan langsung proses kreatif ini.
Dalam menentukan tema, Adam Firmansyah selalu melakukan riset untuk memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan relevan dengan isu yang ada di masyarakat. Tema-tema seperti kesehatan, pendidikan, permainan tradisional dan bullying sering diangkat, tetapi dengan pendekatan yang positif. Adam percaya bahwa setiap karya seni dapat menjadi pengingat bagi orang-orang yang melihatnya.
Setelah dua festival, Adam Firmansyah merasa senang dengan melihat perubahan yang terjadi. Karang taruna setempat berencana menjadikan festival tembok sebagai kegiatan tahunan, memberikan ruang bagi kreativitas anak muda di desa mereka. Keberhasilan ini tidak hanya tentang menggerakkan satu orang, tetapi juga menciptakan dampak yang lebih besar bagi komunitas.
Besar harapan Adam Firmansyah agar gerakan ini bisa dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan lebih banyak orang. Ia ingin Tembok Pedia Kebumen menginspirasi orang lain untuk melakukan hal serupa di berbagai tempat. Dengan semangat yang tinggi, Adam mengajak semua orang untuk bersama-sama menciptakan kedamaian melalui pendidikan karakter dan seni.
Tembok Pedia Kebumen adalah gerakan yang lahir dari keresahan terhadap pendidikan karakter di Indonesia. Dengan tujuan mencapai kedamaian, gerakan ini berkomitmen untuk berkontribusi dalam menciptakan pendidikan karakter yang lebih baik.
Melalui seni mural, Adam Firmansyah berharap dapat menyebarkan pesan positif dan inspirasi bagi generasi muda. Semoga gerakan ini membawa perubahan yang berarti untuk masa depan Indonesia.
Aktivitas tembok pedia bersama generasi muda harapan bangsa (Dok. Adam Firmansyah)
Tembok Pedia Kebumen adalah bukti bahwa dari keresahan bisa lahir aksi positif. Adam Firmansyah dan timnya berkomitmen untuk terus menyebarkan pesan baik, karena bagi mereka, “Tembok Pedia Kebumen gambar baiknya, baik gambarnya."
Perjalanan Adam Firmansyah dan Tembok Pedia Kebumen menunjukkan bahwa dari kekacauan dan kegelapan dapat lahir cahaya harapan yang kuat. Dengan kreativitas dan kepedulian, ia tidak hanya berhasil mengalihkan perhatian dari vandalisme, tetapi juga menciptakan ruang untuk dialog dan refleksi. Tembok yang dulunya mencerminkan kebencian kini bertransformasi menjadi kanvas yang menyebarkan inspirasi dan kebaikan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa setiap tindakan kecil dapat membawa perubahan besar. Ketika kita memilih untuk melihat potensi dalam setiap situasi, kita dapat mengubah dunia di sekitar kita menjadi lebih baik. Mari kita semua berperan aktif dalam menyebarkan pesan positif dan menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana setiap individu merasa dihargai dan terinspirasi untuk berkontribusi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News