kisah kawasan pecinan di tegal muncul ketika orang tionghoa lari dari batavia pada abad 18 - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Kawasan Pecinan di Tegal, Muncul ketika Orang Tionghoa Lari dari Batavia pada Abad 18

Kisah Kawasan Pecinan di Tegal, Muncul ketika Orang Tionghoa Lari dari Batavia pada Abad 18
images info

Kisah Kawasan Pecinan di Tegal, Muncul ketika Orang Tionghoa Lari dari Batavia pada Abad 18


Kampung Paweden terkenal sebagai perkampungan etnis Tionghoa atau Pecinan di daerah Tegal. Kampung ini juga bernilai sekarang karena telah muncul sejak abad ke 18.

Kampung yang terletak di Kelurahan Mintaragen, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal mempunyai cerita yang cukup kelam. Karena munculnya kampung ini terkait dengan peristiwa kerusuhan etnis di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1740.

Supaya menghindari pembantaian di Kota Batavia, etnis Tionghoa memilih untuk pergi ke sejumlah kota di pesisir pantura mulai dari Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang hingga Lasem Rembang. Di daerah ini, masyarakat Tionghoa membentuk komunitas dan kampung yang kemudian disebut Kampung Pecinan.

“Jadi kurang lebih orang-orang Tionghoa sudah berada di Tegal sejak sekitar abad ke 18,"‎ ujar pegiat sejarah Wijanarto yang dimuat Suara.

Jadi tempat industri

Kampung ini semakin hidup setelah Tegal jatuh ke tangan Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC. Ketika itu VOC, membentuk Sistem Opsir Tionghoa yang dipimpin oleh seorang kapiten.

"Kampung Paweden itu dulu Kampung Pecinan. Itu di wilayah kelenteng sampai di bekas bioskop Riang," ‎jelas Wijanarto.

Kampung ini tidak hanya menjadi tempat tinggal bagi orang-orang Tionghoa. Tetapi juga tempat tumbuhnya sejumlah industri yang dikelola warga keturunan Tionghoa.

‎"Di situ muncul industri pembuatan kue latopia, terasi, pabrik kerupuk, udang dan kecap yang didirikan oleh warga etnis Tionghoa,” paparnya.

Pertahankan tradisi

Masyarakat Tionghoa di kampung ini juga masih mengadakan festival yang merupakan bagian dari acara Cap Go Meh dan hari jadi klenteng. Setiap tahunnya masyarakat akan berkumpul untuk merayakan tradisi tersebut.

Di kampung ini juga ada klenteng tertua yang sudah dibangun dibangun pada 1760 dan hingga kini masih digunakan untuk beribadah. Klenteng berlokasi di Jalan Gurame, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat ini mempunyai nama Tek Hay Kiong. 

"Kelenteng ini juga sebagai salah satu pusat komunikasi sesama etnis Tionghoa yang eksodus dari Batavia," ujar Wijanarto.

Klenteng ini juga menjadi bukti asimilasi budaya antara masyarakat Tionghoa dengan Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya gamelan dalam setiap kegiatan budaya.

"Gamelan itu merupakan ‎persembahan untuk menghormati tradisi Jawa. Selain gamelan, di Kelenteng Tek Hay Kiong juga ada sesajen khas orang Jawa," ujarnya.

 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.