mengenal surili si maskot pon xix jawa barat - News | Good News From Indonesia 2025

Mengenal Surili, Si Maskot PON XIX Jawa Barat

Mengenal Surili, Si Maskot PON XIX Jawa Barat
images info

Mengenal Surili, Si Maskot PON XIX Jawa Barat


Tahukah Kawan, bahwa pada tahun 2016, Jawa Barat ditunjuk sebagai tuan rumah dalam penyelenggaan Pekan Olahraga Nasional (PON)? Surili terpilih sebagai maskot sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap upaya pelestarian satwa endemik yang kini terancam punah.

Selain itu, desain maskot Surili dibuat sedemikian rupa supaya mampu menarik perhatian sekaligus mengenalkan budaya Sunda, terlihat dari iket Sunda berwarna hijau dan coklat yang dikenakan di bagian kepala maskot. Karakter Surili yang lincah dan cerdik di berbagai situasi menjadikannya pilihan menarik sebagai maskot yang dapat memotivasi semangat para atlet di arena kompetisi.

Namun, pernahkah Kawan mendengar bahwa saat ini populasi Surili mengalami penurunan yang sangat mengkhawatirkan? Di Indonesia, Surili telah mendapatkan perlindungan resmi sejak tahun 1979 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian No.247/Kpts/Um/1979 dan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 mengenai Sumber Daya Hayati dan Ekosistem. Selain itu, KLHK telah menempatkan Surili dalam daftar 25 spesies yang dilindungi dan dijadikan fokus dalam upaya konservasi.

Surili Jawa (Presbytis comata)

Surili Jawa adalah spesies yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya. Hewan ini memiliki ciri khas dengan bulu berwarna abu-abu dan putih di usia dewasa, tetapi saat dilahirkan, warnanya berbeda yaitu putih dengan garis hitam dari kepala hingga ekor. Perubahan warna tubuh dari saat lahir hingga dewasa adalah salah satu keistimewaan yang hanya dimiliki oleh Surili.

Menurut penelitian dari LIPI, habitat asli Surili Jawa adalah di area hutan primer, hutan sekunder, serta hutan mangrove, mulai dari tepi pantai hingga ketinggian 250 hingga lebih dari 2.500 mdpl.

Surili Jawa adalah primata yang banyak beraktivitas di atas pohon, terutama di bagian tengah atau puncak kanopi. Mereka bersifat diurnal, atau melakukan kegiatan di siang hari, dan biasanya meninggalkan tempat tidurnya di pohon sekitar pukul 6 pagi secara berkelompok. Selain itu, Surili memiliki gaya hidup alami arboreal atau hidup sepenuhnya bergantung pada pepohonan.

Sayangnya, lingkungan mereka mengalami banyak perubahan karena kerusakan hutan yang disebabkan oleh tindakan individu yang tidak bertanggung jawab, yang mengganggu habitat Surili Jawa, hingga terlibat dalam perdagangan ilegal.

Saat ini, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang terletak di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menjadi salah satu tempat perlindungan bagi Surili Jawa, dengan area habitatnya sehingga mencapai 2.600 hektare dan berada pada ketinggian antara 700 hingga 1.500 mdpl.

Habitat Surili Jawa juga dapat ditemui di lokasi-lokasi perlindungan lainnya seperti Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Kawah Kamojang, Cagar Alam Rawa Danau, Cagar Alam Gunung Papandayan, Cagar Alam Gunung Patuha, Cagar Alam Situ Patengan, dan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.

baca juga

Surili Sumatra atau Lutung Simpai (Presbytis melalophos)

Surili Sumatra via istockphoto/Riki Rahmansyah
info gambar

Surili Sumatra via istockphoto/Riki Rahmansyah


Selain Surili Jawa, terdapat Surili Sumatra yang menarik perhatian, dikenal sebagai Lutung Simpai (Presbytis melalophos). Surili Sumatra memiliki ciri fisik yang unik, termasuk jambul di atas kepala yang menyerupai mahkota, serta fitur mata yang terlihat seperti bulan kecil, memberikan kesan kantung mata. Bulunya berwarna abu-abu, hitam, atau kecokelatan, dan menonjolkan tulang hidung serta alis dengan ujung yang tegas.

Ciri lain yang mencolok dari Surili Sumatra adalah ekornya yang sangat panjang, bahkan dapat mencapai satu setengah kali panjang tubuhnya. Lutung Simpai atau Surili Sumatra ini merupakan hewan herbivora yang berperan penting dalam mendukung regenerasi hutan secara ekologis.

Habitat dari Surili Sumatra cukup terbatas, yang dapat ditemukan mulai dari Sungai Rokan, Sungang Batnaghari, Bukit Barisan, Sungai Musi, Gunung Tamalau, Pulau Pini, hingga Taman Nasional Batang Gadis. Jumlah populasi Surili Sumatra semakin berkurang akibat proyek deforestasi dan perubahan fungsi lahan di kawasan tersebut.

Di tingkat internasional, Surili masuk dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Flora and Fauna (CITES) pada Apendix II serta terdaftar di IUCN sebagai spesies yang dilindungi karena termasuk dalam kategori terancam punah (Endangered/EN).

baca juga

Tantangan untuk melestarikan primata ini akan dihadapi oleh generasi mendatang jika pemahaman tentang tujuan dan manfaat konservasi tidak di tingkatkan.

Jadi, Kawan GNFI, mari kita cintai hutan, lestarikan satwa agar tetap hidup, dan hidup bersinergi dengan alam demi masa depan yang berkelanjutan agar bumi tetap terjaga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.