Salah satu tradisi yang selalu ada di bulan Ramadan adalah menyediakan takjil atau makanan kudapan untuk mempercepat buka puasa.
Biasanya, masyarakat Indonesia selalu memilih takjil manis dan ringan untuk membatalkan puasa seperti kue-kue basah, gorengan dan minuman manis sebelum memakan makanan berat.
Tidak hanya itu, biasanya para penjual takjil juga menjual aneka ragam makanan tradisional atau jajanan pasar sebagai opsi lain dari kudapan modern.
Jika Kawan GNFI tinggal di daerah Purworejo, pasti sudah tidak asing dengan kudapan seperti dawet ireng, kue lompong dan clorot.
Ketiga kudapan tersebut dapat dijadikan opsi sebagai takjil saat berbuka puasa karena tidak kalah enaknya dengan kudapan lainya.
Lalu, untuk Kawan GNFI yang belum pernah mencicipi dawet ireng, kue lompong dan clorot, yuk simak artikel berikut!
Dawet Ireng
Dawet Ireng | Instagram @purworejoculinary
Dawet ireng menjadi salah satu minuman khas Purworejo yang menyegarkan dan dapat dijadikan sebagai takjil berbuka puasa.
Berbeda dari dawet pada umumnya, dawet ireng khas Purworejo ini berwarna hitam pekat yang diperoleh dari damen (batang padi) yang dibakar menjadi abu atau merang.
Melansir artikel jurnal Makna Ikonis dan Makna Indeks Pada Kuliner Khas Purworejo Kajian Ekolinguistik yang ditulis oleh Jasmine Belinda dan R. Kunjana, merang untuk pewarna dawet akan dibakar lalu diberi air dan diendapkan.
Air endapan tersebutlah yang digunakan dan dicampurkan dengan tepung beras dan tepung maizena dengan hasil akhirnya menjadi dawet.
Warnanya yang sangat hitam pekat inilah yang membuat dawet ini dijuluki dawet ireng. Ireng dalam bahasa Jawa memiliki arti hitam.
Biasanya, dawet ireng disajikan dengan kuah santan yang gurih, gula aren dan potongan-potongan kecil buah nangka lalu diberi es.
Rasanya yang manis dan gurih tersebut sangat cocok dijadikan sebagai takjil saat berbuka puasa.
Jika Kawan GNFI berkunjung ke Purworejo, jangan lupa mencicipi dawet ireng yang bisa didapatkan dengan mudah sepanjang jalan atau sekitar Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh Purworejo.
Kue Lompong
Kue Lompong | Instagram @williamwongso
Kudapan khas Purworejo kedua yang bisa Kawan GNFI jadikan takjil selanjutnya adalah kue lompong.
Kue lompong merupakan salah satu jajanan pasar yang bisa ditemukan dengan mudah di Purworejo.
Memiliki warna yang sama dengan dawet ireng, kue lompong juga berwarna hitam namun warna hitam tersebut didapatkan dari batang lompong atau talas.
Lompong merupakan tanaman keladi atau talas (Colocasia esculenta L.), tanaman ini memiliki batang yang kosong sehingga dijuluki sebagai lompong dalam bahasa Jawa.
Sebelum diolah dengan bahan lainya, batang talas atau lompong ini dipotong kecil-kecil dan direndam untuk menghilangkan getahnya lalu direbus hingga hancur menjadi bubur.
Batang lompong yang telah menjadi bubur tersebut kemudian disaring dan hanya diambil airnya saja yang berwarna hitam.
Warna hitam inilah yang nanti dicampur dengan adonan tepung ketan lalu diisi dengan campuran kacang halus dan gula merah.
Adonan kue lompong yang sudah jadi dibungkus dengan daun pisang dan dikukus hingga matang.
Kudapan bertekstur kenyal dan memiliki rasa manis patut dicoba dan dinikmati sebagai takjil berbuka puasa yang nikmat.
Clorot
Clorot | Instagram @punyapurworejo.blog
Jajanan pasar Purworejo yang juga memiliki cita rasa khas dan sangat cocok dijadikan takjil adalah clorot.
Penamaan clorot sendiri diambil dari cara memakan kudapan ini yang harus dipencet pada bagian bawah atau di-clorot.
Clorot memiliki tekstur yang sama seperti dodol, bedanya clorot dibungkus dengan janur kuning dan dibentuk lonjong mengerucut.
Clorot terbuat dari adonan tepung beras dan tepung pati yang diberi garam, gula dan daun pandan.
Adonan clorot tersebut dimasak sampai mengental, lalu dimasukan ke dalam selongsong janur kuning yang sudah dibentuk mengerucut.
Jika Kawan GNFI sedang berkunjung atau berada di Purworejo, jangan lupa cicipi tiga kudapan tradisional tadi sebagai takjil untuk berbuka puasa ya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News