rupiah melemah kelas menengah terhimpit apa yang harus dilakukan pemerintah - News | Good News From Indonesia 2025

Rupiah Melemah, Kelas Menengah Terhimpit. Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Rupiah Melemah, Kelas Menengah Terhimpit. Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
images info

Rupiah Melemah, Kelas Menengah Terhimpit. Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?


Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sorotan utama dalam perekonomian Indonesia.

Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah kebijakan moneter Amerika Serikat, khususnya di era pemerintahan Donald Trump terbaru, yang menaikkan suku bunga acuan.

Kenaikan suku bunga ini menarik arus modal asing ke Amerika Serikat, sehingga mata uang negara-negara berkembang, termasuk Rupiah, mengalami tekanan.

Enrico Tanuwidjaja, ASEAN Economist UOB dalam acara Media Literacy “Investasi Via Digital: Strategi Kelas Menengah di Tengah Biaya Hidup Tinggi dan Gejolak Pasar” pada 11 Maret 2025 di Jakarta, menjelaskan, "Ketidakpastian global ini menyebabkan kondisi masyarakat menengah ke bawah akan terguncang. Mereka harus berhemat. Ketika mereka berhemat, tentu dampaknya akan ke ekonomi nasional."

Selain itu, kondisi pasar keuangan Indonesia yang masih kurang dalam (shallow market) membuatnya rentan terhadap gejolak eksternal.

Enrico menambahkan, "Secara real, Indonesia aman, tapi secara finansial sangat berisiko karena pasarnya kurang dalam sehingga akan mudah digoncang." Hal ini memperburuk kepercayaan investor dan memperparah pelemahan Rupiah.

baca juga

Kelas Menengah Makin Terhimpit

Dampak melemahnya Rupiah terhadap masyarakat kelas menengah sangat signifikan. Kelas menengah, yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional, menghadapi tantangan besar dalam menjaga daya beli mereka. Biaya hidup yang semakin tinggi, terutama untuk barang-barang impor, membuat pengeluaran rumah tangga meningkat. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelas menengah menurun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Artinya, sekitar 9,48 juta orang keluar dari kategori kelas menengah dan turun ke kelompok yang lebih rentan.

Banyak keluarga kelas menengah juga memiliki utang dalam mata uang asing, sehingga beban pembayaran utang mereka semakin berat. Enrico Tanuwidjaja memperingatkan bahwa ketika confidence rendah, investasi menurun, dan konsumsi masyarakat juga tertekan. Hal ini berpotensi mendorong lebih banyak orang keluar dari kategori kelas menengah dan masuk ke kelompok yang lebih rentan secara ekonomi.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis. Pertama, pemerintah harus meningkatkan kepercayaan (confidence) masyarakat dan investor dengan menjaga stabilitas politik dan ekonomi. 

“Selain investasi, pemerintah harus meningkatkan confidence agar masyarakat mau berinvestasi dan meningkatkan konsumsi. Ketika confidence tinggi, maka investasi akan meningkat, dan konsumsi masyarakat akan terjaga,” kata Enrico.

Enrico juga menyarankan adanya kebijakan fiskal yang pro-pertumbuhan, seperti insentif pajak untuk investasi dan konsumsi, dapat membantu mendorong perekonomian.

Ketiga, pemerintah perlu memperkuat sektor riil dengan mendorong industri lokal dan mengurangi ketergantungan pada impor. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kelas menengah Indonesia dapat bertahan dan bahkan berkembang di tengah gejolak ekonomi global.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.