Pada hari Rabu, 26 Maret 2025, CNN Indonesia mengadakan Forum Air Indonesia dengan tema "Konservasi Sumber Air untuk Generasi Mendatang." Forum tersebut bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup. Kegiatan forum ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Air Internasional.
Kemudian, forum ini diadakan karena dilatarbelakangi oleh luas krisis air di Indonesia meningkat dari awalnya 6% di tahun 2000, kini menjadi 9,6% pada tahun 2025. Oleh karena itu, jika tidak dikelola dengan baik, maka air di Pulau Jawa akan habis di tahun 2040.
Pada sesi pertama, forum tersebut terdapat tiga pembicara, yaitu Sigit Reliantoro sebagai Deputi Tata Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Diana Kusumastuti sebagai Wakil Menteri Pekerjaan Umum, dan Retno Marsudi sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Isu Air. Pertanyaan pertama dari moderator adalah mengenai kondisi lapangan sumber air di Indonesia.
Sigit Reliantoro mengatakan, "Di Indonesia terdapat masalah air yang tidak merata ketersediaannya di mana ada pulau-pulau yang masuk fase krisis air, yaitu Pulau Jawa paling terbanyak sebesar 119 miliar meter kubik kekurangan air), Bali, dan Nusa Tenggara. Dari segi kualitas air, ada 2.000 lebih sungai di Indonesia, tetapi baku mutu air yang bersih hanya 2,9%. Oleh karena itu, harus ada teknologi pengolahan air tercemar itu, tetapi harus mengeluarkan biaya yang banyak."
Diana Kusumastuti mengatakan, "Akses air yang aman di Indonesia hanya 40% sehingga kita harus mengatasi berbagai tantangan dan cerdas mengelola sumber air melalui konservasi sumber air, revitalisasi tampung air, irigasi padi hemat air sekitar 30% yang bisa menghasilkan 30 ton panen padi, dan harus distribusi pembangunan infrastruktur di luar Jawa dan Bali."
Retno Marsudi mengutip perumpaan, "Air adalah kehidupan dan tidak ada kehidupan tanpa air. Artinya, air memiliki peran penting bagi manusia, perekonomian, dan planet kita (bumi) serta air menjadi elemen utama untuk mencapai SDGs (sustainable development goals), seperti climate change, ketahanan energi, dan ketahanan pangan."
Adapun, alasan PBB menunjuk utusan isu air pertama kali adalah karena dunia melihat perlu lebih keras lagi berupaya advokasi (mendorong pemimpin dunia untuk meletakkan air di agenda politik prioritas), alignment (menyeleraskan dan berkolaborasi), dan acceleration (mempercepat komitmen sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh dunia).
Retno Marsudi juga menambahkan kondisi sumber air secara global, "Sekitar 32 juta jiwa terkena dampak air, 680 juta jiwa terancam kenaikan air laut, dan 900 giga ton glasir mencair. Jika es di kutub dan glasir mencair, maka air laut naik dan ini menjadi ancaman bagi kehidupan kita di masa depan sehingga diperlukan action yang harus dilakukan oleh semua pihak."
Kemudian, diajukan pertanyaan kedua mengenai cara mewujudkan konservasi air dari sudut pandang lingkungan hidup, teknik sipil, dan internasional.
Sigit Reliantoro mengatakan, "Ada dua pendekatan, yaitu pemulihan air di Sungai Ciliwung dan Sungai Citarum serta untuk generasi muda perlu experience di mana mereka membuat komunitas dan diterjunkan ke sungai itu agar bisa mengalami mungut sampah seperti apa, bukan hanya teori saja."
Diana Kusumastuti mengatakan, "Untuk daerah yang kekeringan, maka harus menggunakan teknologi yang tepat guna yaitu reverse osmosis untuk menghasilkan air."
Retno Marsudi mengatakan, "Dari segi hukum internasional, kita harus meningkatkan diplomasi air karena di dalam diplomasi artinya mendekatkan berbagai macam kepentingan agar menjembatani berbagai perbedaan."
Setelah sesi pertama selesai, diadakan sesi tanya jawab di mana peserta diberikan kesempatan bertanya kepada tiga pembicara tersebut.
Baltasar Nahak, Duta Mangrove Indonesia, bertanya, "Bagaimana strategi nasional yang berdampak pada daerah? Karena di Papua sungainya sangat banyak di mana dulu kami bisa memanfaatkan airnya mulai dari berenang dan mandi, tetapi sekarang kami merasakan krisis airnya mulai dari deforestasi dari hulu sampai hilir. Kemudian, apa saja yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Pusat?"
Diana Kusumastuti menjawab, "Agar air tetap bersih, maka harus bikin proses sinkronisasi imbal jasa pengelolaan lingkungan seperti di bogor harus konservasi hutan untuk jaga Bekasi dan Jakarta agar tidak banjir sehingga Jakarta dan Bekasi harus melakukan kompensasi kepada komunitas dan Pemerintah Kabupaten Bogor untuk konservasi air dan hutan. Di Sorong, proyek strategis nasionalnya berupa embung-embung (penampungan air) untuk menjaga keberadaan air dan food estate."
Dilanjutkan lagi pada sesi kedua, pembicaranya di sektor swasta terdiri dari Bernardus Irmanto sebagai Direktur PT Vale, Firdaus Ali sebagai pakar bioteknologi, Suparno Jumar sebagai Relawan Komunitas Peduli Ciliwung Bogor. Pertanyaan yang diajukan yaitu bagaimana PT Vale berperan dalam keberlanjutan air? Karena nikel harus menguras banyak air sehingga banyak dampak ekosistem.
Bernardus Irmanto mengatakan, "Mengapa ada hubungan antara industri nikel dan Danau Matano? Karena danaunya berdampingan dengan PT Vale, perusahaan bidang pertambangan nikel di mana pertambangannya sudah berjalan selama 50 tahun. Artinya, itu memiliki filosofis bahwa PT Vale berkomitmen menjaga ekosistem air yaitu di Danau Matano mengalir ke 3 PLTA hingga 300 MW lebih yang menjadi jantung operasi PT Vale, terdapat kolam pengendapan yang digunakan untuk menyaring air ke danau, dan sudah menutup 64% lahan bekas tambang dijadikan penghijauan."
Firdaus Ali memberikan pandangan dari segi ekologi, "Setiap pelaku usaha harus butuh komitmen misalnya PT Vale listriknya 100% dari hydropower."
Firdaus Ali juga memberikan ilustrasi di negara maju seperti China bahwa negara China bisa maju ekonominya karena fokus pada pembangunan di bidang ketahanan air di mana tanpa air, manusia tidak bisa hidup, melakukan aktivitas ekonomi, dan bercocok tanam.
Dilanjutkan dengan Suparno Jumar mengenai tantangan konservasi Sungai Ciliwung. Beliau mengatakan, "Sungai Ciliwung banyak sampah plastik, tekstil, dan styrofoam. Selain itu, tidak semua area mudah dibersihkan karena ada area yang batu besar, batu kecil, dan tebing tinggi."
Firdaus Ali menambahkan tentang peningkatan kesadaran terhadap pelestarian air, "Yang bertanggung jawab paling utama adalah orang tua di mana kita harus edukasi orang tua untuk mengajar anak pelestarian lingkungan karena sekolah padat dengan kurikulum. Kunci pentingnya adalah enforcement, komunikasi, dan edukasi dalam meningkatkan kesadaran pelestarian lingkungan."
Setelah pemaparan materi di sesi kedua selesai, dilanjutkan sesi tanya jawab kepada pembicara secara langsung.
Ariel Guslandi, Duta Mangrove Indonesia, bertanya, "Apakah dari PT Vale dalam membangun PLTA juga membangun irigasi bagi pertanian lokal dan misalnya pelatihan agroforestri dan pemberdayaan UMKM hasil pertanian dalam rangka program food estate?"
Bernardus Irmanto menjawab, "Kita memiliki 3 PLTA di mana 10,3 MW dialirkan ke PLN untuk masyarakat setempat dan melakukan pemberdayaan masyarakat melalui agroforestri (memadukan tanaman lada dan hutan) dan UMKM sehingga program yang kita bawa cukup berhasil."
Setelah selesai, semua peserta melaksanakan bukber.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News