Legenda Dewi Luing Indung Bunga adalah salah satu kisah dalam cerita rakyat yang berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Legenda ini menceritakan pengorbanan seorang gadis agar musibah yang tengah melanda negerinya bisa segera berakhir.
Bagaimana cerita lengkap dari legenda Dewi Luing Indung Bunga tersebut?
Legenda Dewi Luing Indung Bunga
Dinukil dari buku Irwan Rouf dan Shenia Ananda yang berjudul Rangkuman 100 Cerita Rakyat Indonesia: dari Sabang sampai Merauke, pada zaman dahulu di daerah Kalimantan Selatan terdapat sebuah perkampungan yang saling berdekatan. Masyarakat di kampung ini suka menebang pohon yang ada di hutan-hutan daerah tersebut.
Namun sayangnya masyarakat ini tidak menanami kembali pohon yang sudah ditebang. Hal ini membuat hutan dan alam di sekitar daerah tersebut menjadi rusak.
Pada suatu waktu, wilayah perkampungan ini dilanda kekeringan. Sudah enam bulan lebih hujan tidak turun membasahi wilayah tersebut.
Situasi ini membuat masyarakat mulai menderita. Satu per satu korban jiwa mulai berjatuhan di perkampungan itu.
Salah satu daerah yang mengalami kondisi paling parah adalah Kampung Datar. Kampung ini dipimpin oleh Datu Beritu Taun.
Datu Beritu Taun dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Dirinya memiliki sepasang anak, yang laki-laki bernama Antum Kumara Sukma dan yang perempuan bernama Dewi Luing Indung Bunga.
Pada suatu hari, Datu Beritu Daun mengumpulkan semua masyarakat di Kampung Datar untuk membahas situasi yang tengah terjadi. Mereka berusaha mencari jalan keluar atas musibah yang sedang melanda tersebut.
Masyarakat kemudian memutuskan untuk menggali sumber air yang ada di wilayah mereka. Semua masyarakat saling bahu membahu untuk menggali sumber air ini.
Namun setelah berhari-hari berlalu, usaha yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil. Masyarakat pun merasa putus asa atas usaha yang mereka lakukan.
Para tetua kampung kemudian mengajak masyarakat untuk berdoa meminta hujan. Doa bersama ini mereka lakukan setiap hari, baik siang maupun malam.
Pada suatu malam, Datu Beritu Taun tertidur ketika sedang berdoa akibat kelelahan. Dalam tidurnya Datu Beritu Taun mendapatkan mimpi yang memberikan solusi atas masalah yang sedang terjadi.
Mimpi tersebut menjelaskan bahwa daerah Kampung Datar akan makmur kembali ketika ada satu orang gadis suci yang rela berkorban untuk negerinya. Datu Beritu Taun langsung terbangun ketika mendapatkan mimpi tersebut.
Keesokan harinya, Datu Beritu Taun kembali mengumpulkan semua masyarakat Kampung Datar. Dirinya kemudian menyampaikan mimpi yang dialaminya semalam.
Namun sayang tidak ada satu orang gadis yang rela berkorban. Datu Beritu Taun pun merasa sedih akibat hal tersebut.
Perlahan-lahan tubuh Datu Beritu Taun mulai sakit-sakitan. Tidak hanya itu, badannya juga mulai kurus dan lemas akibat beban pikiran yang dia emban.
Dewi Luing Indung Bunga merasa tidak tega melihat kondisi ayahnya. Dirinya kemudian membulatkan tekad untuk berkorban demi negerinya.
Keesokan hari, Dewi Luing Indung Bunga menyampaikan niatnya di hadapan semua keluarga. Hal ini tentu mengejutkan Datu Beritu Taun beserta keluarganya.
Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa atas keputusan Dewi Luing Indung Bunga. Pada hari yang sudah ditentukan, Dewi Luing Indung Bunga berjalan ke tengah kampung dan mengucapkan salam perpisahan.
Setelah itu, Dewi Luing Indung Bunga duduk dan berdoa dengan khusyuk. Tidak lama kemudian, Dewi Luing Indung Bunga jatuh tersungkur dan meninggal dunia.
Tiba-tiba hujan langsung turun dengan deras. Akhirnya Kampung Datar kembali menjadi daerah yang subur dan makmur seperti sedia kala.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News