Kota Bengkulu terletak di pesisir barat Pulau Sumatra dan merupakan kota terbesar kedua di kawasan tersebut setelah Kota Padang.
Dikenal sebagai Bumi Rafflesia, kota ini menjadi habitat bunga langka Rafflesia arnoldii. Selain kekayaan alamnya, Bengkulu juga menyimpan nilai historis penting. Daerah ini pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno pada 1939–1942, sekaligus kampung halaman Fatmawati, penjahit Sang Saka Merah Putih.
Dengan latar sejarah dan budaya yang kaya, Bengkulu memiliki banyak sebutan yang menggambarkan keunikan kota tersebut. Mari, Kawan kita kenali julukan-julukan Kota Bengkulu secara mendalam!
Sejarah Singkat Kota Bengkulu
Pada awal abad ke-17, Bengkulu berada di bawah kekuasaan penguasa Minangkabau hingga kedatangan bangsa Eropa yang tertarik pada lada sebagai komoditas utama. Belanda lebih dulu hadir dengan mendirikan pos dagang VOC pada 1633, disusul Inggris lewat East India Company yang membangun pos Bencoolen tahun 1685.
Demi mempertahankan pos tersebut, Inggris mendirikan Fort Marlborough dan menguasai Bengkulu selama kurang lebih 140 tahun. Selama periode itu, Fort Marlborough sempat direbut Prancis pada 1760, dan Residen Inggris Thomas Parr dibunuh pada 1807.
Setelahnya, Thomas Stamford Raffles mengambil alih dan berupaya menjalin hubungan damai dengan penguasa lokal. Pada 1824, Inggris menyerahkan Bengkulu kepada Belanda melalui perjanjian, dan administrasi kolonial Belanda baru terbentuk di sana pada 1868.
Seiring waktu, perekonomian Bengkulu berkembang, dan pada 1878 wilayah ini resmi menjadi residentie yang terpisah dari Sumatera Selatan. Setelah Indonesia merdeka, Bengkulu ditetapkan sebagai Kota Kecil berdasarkan UU Darurat No. 6 Tahun 1956, lalu naik status menjadi kotamadya pada 1957.
Tonggak penting terjadi pada 1967 saat Bengkulu ditetapkan sebagai provinsi baru, dengan Kotamadya Bengkulu sebagai ibu kota. Status ini mulai berlaku 1 Juni 1968 melalui Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1968.
Kini, Kota Bengkulu telah berusia 306 tahun dan merayakan hari jadinya setiap 17 Maret, dengan mengusung moto “Dari Bumi Merah Putih untuk Indonesia.”
Asal Usul Nama Kota Bengkulu
Nama Bengkulu memiliki sebutan berbeda dalam berbagai bahasa: Bengkulen dalam bahasa Belanda, Bencoolen dalam bahasa Inggris, dan Bangkahulu dalam bahasa Melayu.
Asal-usul namanya sendiri dipenuhi beragam versi cerita rakyat. Salah satu versi menyebut nama ini berasal dari kata Melayu bang (pesisir) dan kulon (barat), yang kemudian berubah pengucapannya menjadi Bengkulu.
Ada juga kisah yang menyebut gabungan kata Bangkai dan Hulu, merujuk pada banyaknya korban perang di daerah hulu sungai.
Sementara itu, legenda lokal populer mengisahkan penolakan lamaran bangsawan Aceh oleh Putri Gading Cempaka, anak dari Ratu Agung Sungai Serut, yang memicu perang dan seruan “Empang ka hulu!”—artinya “hadang di hulu!”—yang lama kelamaan dipercaya menjadi asal nama Bengkulu.
Bunga raflesia dari Bengkulu @ Rendra Regen Rais/wikimedia commons
Julukan dan Nama Lain dari Kota Bengkulu
Kota Mati
Sir Thomas Stamford Raffles diangkat sebagai Gubernur Bengkulu pada tahun 1818 dan tiba di sana pada bulan Maret bersama istrinya, Lady Sophia Raffles, serta seorang Kepala Adat Jawa, Raden Rana Dipura. Dalam perjalanan dari Inggris, Lady Sophia melahirkan putri mereka yang diberi nama Charlotte Sophia Tanjung Segara Raffles.
Saat tiba, Raffles mendapati Bengkulu hancur akibat gempa dan dijuluki “Tanah Mati”. Meski demikian, ia bersama masyarakat setempat bahu-membahu membangun kembali kota tersebut dari kehancuran. Membangkitkan Bengkulu menjadi kota yang kembali hidup dan berkembang. Begitulah Bengkulu sempat dikenal sebagai “Kota Mati”.
Bencoolen
Dalam bahasa Inggris, Bengkulu dikenal dengan sebutan Bencoolen. Salah satu versi menyebutkan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari sebuah bukit di Cullen, Skotlandia, bernama Ben Cullen.
Namun, teori ini dianggap kurang meyakinkan karena tidak lazim bagi masyarakat Melayu memberi nama daerahnya berdasarkan tempat asing yang tidak dikenal, apalagi dari wilayah yang begitu jauh seperti Skotlandia.
Bumi Merah Putih
Kota Bengkulu memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya karena menjadi tempat kelahiran Sang Saka Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati, putri asli Bengkulu dan istri Presiden pertama Indonesia, Soekarno.
Karena peran bersejarah itu, Bengkulu dikenang sebagai "Kota Merah Putih" yang menjadi simbol nasionalisme. Saat ini, semangat itu diwujudkan melalui pembangunan kawasan perkantoran Kota Merah Putih, seperti Balai Kota dan Pendopo.
Pembangunan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan masyarakat, khususnya di Kota Bengkulu.
Bumi Raflesia
Bengkulu dikenal sebagai Bumi Rafflesia karena menjadi habitat berbagai jenis bunga langka Rafflesia. Hampir seluruh wilayahnya memiliki kawasan hutan lindung tempat bunga ini tumbuh, seperti di Bengkulu Tengah, Kepahiang, Rejang Lebong, hingga Mukomuko.
Tak hanya Rafflesia Arnoldii yang terkenal sebagai bunga terbesar di dunia, Bengkulu juga menjadi rumah bagi spesies lain seperti Rafflesia Gadutensis, Hasselti, Bengkuluensis, dan Kemumu.
Dengan koleksi jenis terbanyak dari total 31 jenis Rafflesia yang ada di dunia, provinsi ini mendapat pengakuan sebagai surga Rafflesia. Bunga langka ini bukan hanya menjadi simbol resmi daerah, tapi juga daya tarik wisata yang memikat banyak pengunjung untuk datang menyaksikan mekarnya.
Kota Bengkulu menyimpan pesona lewat deretan pantai yang menawan, bangunan bersejarah yang sarat cerita, kekayaan budaya, dan kuliner yang menggoda. Dengan segala keunikannya, Bengkulu menjadi destinasi yang sayang untuk dilewatkan. Apa yang paling Kawan ingat soal Bengkulu?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News