Memori akan tertata dengan pembiasaan hidup yang baik, salah satunya ialah pola tidur berkualitas, demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Kaliey, dkk., (2023) mengenai “Hubungan Kualitas Tidur dan Memori pada Anak Usia Dini”.
Penelitian dalam jurnal Obsesi itu mengungkap bahwa keteraturan, utamanya pola tidur pada anak usia dini sangat berperan dalam membentuk memori anak.
Kualitas tidur memiliki hubungan yang berbanding lurus dan signifikan terhadap perkembangan memori anak. Semakin buruk kualitas tidur anak, semakin sulit pula otak memproses beragam informasi yang diterima.
Sebab, tidur merupakan fase bagi otak kerja otak untuk terjadi konsolidasi memori.
Konsolidasi memori adalah proses pengolahan memori yang baru dipelajari menjadi bentuk yang lebih stabil. Pada proses ini, otak membuat kepingan memori menjadi lebih mudah diakses.
Gangguan tidur—waktu pendek maupun panjang—berdampak berbagai aspek. Tidak hanya kecerdasan dalam hal menyimpan memori jangka pendek, memori kerja, dan keterampilan fokus terhadap sesuatu, buruknya kualitas tidur juga memengaruhi kemampuan meregulasi emosi.
Gangguan Fokus pada Anak Disebabkan Pola Tidur dan Penggunaan Ponsel
Sebagian guru dan orang tua mengeluhkan perkembangan kognitif anak pascapendemi. Anak-anak kerap kali susah fokus dan justru mudah terdistraksi.
“Anak sekarang, paska pandemi cenderung tidak peduli atau acuh sehingga tak banyak mengingat peristiwa, pengalaman, bahkan materi yang diajarkan, selain yang disukai,” ungkap Kaliey dalam penelitiannya.
Kurangnya interaksi dan eksplorasi dengan sesama, paparan ponsel terus menerus, hingga buruknya kualitas tidur dinilai menjadi pemicu turunnya kemampuan memori anak.
Penggunaan ponsel dan gangguan kualitas tidur memang memiliki hubungan yang berbanding lurus. Artinya, penggunaan ponsel pintarpada anak berpotensi menyebabkan kualitas tidur anak menjadi buruk (Balbina, 2021).
Waktu tidur anak yang seharusnya selama 9 – 12 jam per hari, bisa saja kurang atau bahkan lebih.
Gangguan pada siklus kebiasaan tidur dan bangun ini akan berpotensi menurunkan daya ingat dan perkembangan kognitif.
Strategi Terapkan Pola Tidur Sehat
Orang tua atau pendamping sangat berperan dalam menentukan jam tidur anak. Orang tua dapat mulai menata waktu tidur anak setelah usia 6 bulan bersama dengan keteraturan pola asupan ASI yang telah diterapkan sejak lahir.
Latihan tidur teratur ini dilakukan secara bertahap dan konsisten agar diperoleh kebiasaan waktu tidur rutin.
Ricci dan peneliti Spatz Health Study menambahkan, orang tua dapat membentuk atau bahkan mengatasi gangguan pola tidur dengan membacakan buku, utamanya dongeng.
Cerita yang menarik akan memengaruhi psikologis sang anak. Penuturan dongeng menggunakan suara yang lebih halus dan lembut menciptakan efek menenangkan sehingga mengurangi kecemasan dan menginduksi keadaan santai sebelum tidur.
Selain waktu mengawali tidur, waktu bangun tidur juga tidak boleh luput dari perhatian. Waktu bangun yang sama setiap harinya menjadi bagian dari siklus tidur sehat.
Sebab, suasana hati waktu bangun adalah kunci untuk menentukan mood sepanjang hari. Emosi negatif pagi hari juga berpotensi menurunkan prestasi kognitif.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News