gemar membaca inilah 5 buku kesukaan ra kartini - News | Good News From Indonesia 2025

Gemar Membaca, Inilah 5 Buku Kesukaan RA Kartini

Gemar Membaca, Inilah 5 Buku Kesukaan RA Kartini
images info

Gemar Membaca, Inilah 5 Buku Kesukaan RA Kartini


“Tiga dari empat papan di dalamnya penuh dengan buku." Demikian Raden Ajeng Kartini, pahlawan nasional perempuan asal Jepara, menggambarkan betapa buku telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. Suherman dalam bukunya, Jalan Literasi: Menuju Bangsa Berdaulat.

Di tengah tradisi yang membatasi gerak seorang perempuan, Kartini menemukan jendela dunia melalui buku-buku yang diperkenalkan oleh ayah dan kakaknya, Bupati Raden Mas Adipati Aryo Sosroningrat dan Raden Mas Panji Sosrokartono.

Sejak kecil, sebagaimana tertulis dalam buku Kartini: Sebuah Biografi yang ditulis Soeroto, Kartini telah menunjukkan minat yang besar terhadap membaca. Bacaan baginya membuka dunia baru.

Saat masa pingitan membatasi ruang geraknya, Kartini justru semakin intens membaca dan memanfaatkan waktu luangnya dengan membaca buku, seperti kata Marihandono dari buku Sisi Lain Kartini.

Sejak usia dini, Kartini telah cakap dalam memilih bacaan dan memberikan pandangan kritis terhadap isinya. Buku yang dianggap menyebalkan akan langsung ia sisihkan, sementara buku berkualitas yang memberinya pengetahuan baru akan dibaca berulang kali dan disimpan rapi di lemari.

baca juga

Ia pun memiliki kebiasaan mencatat hal-hal penting dalam bentuk ringkasan. Kata-kata asing yang ditemuinya selalu dicatat untuk ditanyakan kepada kakaknya, Sosrokartono.

Kawan, berikut rangkuman lima buku yang tak hanya dibaca, tetapi juga disukai oleh Kartini.

Max Havelaar karya Multatuli (1860)

Max Havelaar menyoroti dampak negatif dari sistem tanam paksa terhadap kehidupan masyarakat pribumi. Buku Kartini: Hidupnya, Renungannya, dan Cita-Citanya karya Djojonegoro menyatakan bahwa Kartini sangat menyukai karya Multatuli, terutama Max Havelaar. Ketertarikannya bukan hanya pada bahasa buku yang mengagumkan, tetapi juga pada riwayat penulisnya.

Sebagai Asisten Residen Lebak, Multatuli memperjuangkan hak, kebenaran, dan perbaikan nasib rakyat di daerahnya. Dari Max Havelaar inilah Kartini mendapatkan pemahaman tentang bagaimana pemerintah Belanda menindas dan memeras rakyat Indonesia.

Minnebrieven karya Multatuli (1861)

Dilansir dari Historia, setelah menerbitkan Max Havelaar, Multatuli hadir dengan Minnebrieven setahun kemudian. Lebih dari sekadar kumpulan surat cinta antara Multatuli, Fancy, dan Tine, buku ini juga menyelami isu penting seperti emansipasi.

Tine adalah istri Multatuli, sementara Fancy adalah representasi perempuan muda ideal dalam imajinasinya.

Terkesan dengan karya ini, sebagaimana dikutip dari buku Djojonegoro, Kartini: Kumpulan Surat-Surat 1899–1904, Kartini menulis kepada sahabat penanya, Stella Zeehandelaar, pada 12 Januari 1900, bahwa ia telah membacanya dua kali, “Hari ini saya membaca ‘Minnebrieven’ (‘Surat-Surat Cinta’) Multatuli untuk kedua kalinya. Alangkah jeniusnya dia. Sungguh menyenangkan bahwa edisi murah dari semua karyanya akan segera muncul. Aku akan mohon Ayah permohonan yang manis.”

baca juga

Hilda van Suylenburg karya C. Goekoop De Jong Van Beek En Donk (1897)

Hilda van Suylenburg menceritakan perjuangan Hilda, seorang wanita muda yang berusaha menempatkan diri di masyarakat dikutip dari buku Kartini: Guru Emansipasi Perempuan Nusantara karya Susanto.

Di tengah kuatnya norma patriarki pada akhir abad ke-19, buku ini menimbulkan perdebatan. Kartini sangat terkesan hingga membacanya tiga kali, ungkapnya dalam surat kepada Stella Zeehandelaar pada 25 Mei 1899, sebagaimana ditulis oleh Djojonegoro dalam Kartini: Kumpulan Surat-Surat 1899-1904.

Ia menulis, “Buku Nyonya Goekoop yang luar biasa indahnya, saya nikmati secara keseluruhan sampai 3 kali saya membacanya. Saya tidak bosan membacanya, malahan buku ini menjadi lebih bagus dengan setiap saat saya membaca ulang. Apa pun yang akan saya berikan untuk bisa hidup bersama dan hidup di zaman Hilda. Oh! Andai saja kami di Hindia telah sampai sejauh ini sehingga sebuah buku dapat menyebabkan badai sedahsyat seperti yang dilakukan dan masih dilakukan oleh Hilda van Suylenburg di negara Nona!”

Eline Vere karya Louis Couperus (1889)

Kartini tidak pernah secara eksplisit menyebutkan karya Louis Couperus yang ia baca. Akan tetapi, berdasarkan buku karya Toer, Panggil Aku Kartini Saja, kuat dugaan bahwa itu adalah Eline Vere, karya pertama Couperus yang langsung populer di Belanda.

Eline Vere sendiri mengisahkan ironi kehidupan mewah orang Belanda yang justru membawa mereka pada kelemahan dan kehancuran. Dalam suratnya tertanggal 12 Januari 1900 kepada Stella Zeehandelaar, sebagaimana tercantum dalam buku Kartini: Kumpulan Surat-Surat 1899-1904 yang disusun oleh Djojonegoro, Kartini mengungkapkan kekagumannya terhadap keindahan bahasa dalam buku karya Couperus.

“Couperus masih di Hindia, ketika dia kembali ke Tanah Air lagi, saya percaya sebuah buku yang luar biasa tentang negara saya akan diterbitkan. Betapa khas dan indah bahasanya!”

De Vrouw en het Socialisme karya August Bebel (1897)

De Vrouw en het Socialisme karya August Bebel menjadi bacaan krusial bagi Kartini karena kritiknya yang tajam terhadap perkawinan borjuis, dikutip dari buku Toer, Panggil Aku Kartini Saja.

Sebagai karya yang sangat progresif pada masanya, buku ini mengusung isu kemajuan dan sosialisme. Relevansi pemikiran Bebel tentang emansipasi wanita bertahan hingga kini, menjadikannya rujukan penting dalam diskusi-diskusi di berbagai negara.

Berpandangan jauh ke depan, Kartini memanfaatkan waktunya untuk membaca, yang baginya adalah penerang kegelapan menuju pemahaman yang lebih luas. Pengetahuan inilah yang menjadi landasan perjuangannya mewujudkan kesetaraan manusia.

Bagaimana denganmu, Kawan? Buku apa yang membuka wawasanmu?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PC
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.