Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama strategis di sektor pertambangan, dengan penekanan pada pengembangan mineral kritis.
Penandatanganan ini dilakukan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, mewakili Indonesia, bersama Menteri Industri dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi, Bandar bin Ibrahim Al-Khorayef, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
Ekspansi Kerja Sama di Sektor Mineral Kritis
Menurut Menteri Bahlil, kerja sama ini bertujuan untuk memperluas hubungan kedua negara yang sebelumnya lebih terfokus pada sektor minyak, ke bidang mineral kritis seperti nikel, bauksit, dan mangan.
“Kerja sama ini masih dalam tahap awal, berupa MoU, namun kedua negara akan segera membentuk tim kecil ad hoc untuk merumuskan langkah-langkah lebih teknis dan spesifik,” ujar Bahlil seusai penandatanganan sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis.
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia membuka peluang besar bagi sektor swasta dan BUMN untuk ikut serta dalam proyek-proyek pertambangan yang akan dilakukan dalam kerangka kerja sama ini.
"Kami mengajak sektor swasta dan pengusaha nasional untuk berinvestasi bersama, memperkuat sektor pertambangan, dan membangun kemitraan yang saling menguntungkan," katanya.
Arab Saudi Sambut Positif Kerja Sama
Menteri Bandar bin Ibrahim Al-Khorayef juga menyambut baik peluang kolaborasi ini. Menurutnya, Indonesia memiliki pengalaman yang sangat berharga dalam pengembangan sektor pertambangan, yang akan bermanfaat dalam meningkatkan daya saing industri kedua negara.
"Kerja sama ini memiliki tiga fokus utama, yaitu peningkatan impor produk pertambangan, memperkuat rantai pasok industri mineral, dan menciptakan kemitraan dalam perdagangan dan investasi," ujar Bandar.
Kerja sama ini juga sejalan dengan Visi 2030 Arab Saudi, yang bertujuan mendiversifikasi ekonomi negara tersebut dengan mengurangi ketergantungan pada sektor minyak.
Sektor pertambangan menjadi salah satu pilar utama dalam Visi 2030, dengan fokus pada pengembangan mineral seperti emas, fosfat, bauksit, dan logam tanah jarang. Arab Saudi juga berkomitmen untuk mengembangkan industri pertambangan yang berkelanjutan dan berdaya saing global.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News