Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia baru-baru ini adalah sulitnya mendapatkan pekerjaan bagi warga negaranya. Hal itu menjadi sebuah anomali sebab jumlah yang tinggi untuk lulusan SMA/sederajat maupun universitas, ternyata bukanlah jaminan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Lantas, kenapa hal itu bisa terjadi?
Memperoleh pekerjaan nampaknya sudah menjadi salah satu kebutuhan yang perlu dipenuhi sebagai manusia yang hidup di zaman sekarang. Bukan hanya laki-laki, perubahan zaman juga telah merubah pola pikir perempuan untuk mendapatkan pekerjaan demi kemandirian maupun kestabilan hidup. Bahkan kebutuhan itu rasanya telah menjadi suatu beban tersendiri di kalangan pelajar, terlebih bagi seorang mahasiswa.
Tahukah Kawan, di Indonesia, mayoritas mahasiswa yang telah lulus berakhir kesulitan mendapat pekerjaan. Situasi ini bisa menjadi salah satu ketakutan yang melanda sebagian mahasiswa selama masa perkuliahan mereka.
Dalam praktiknya, sulitnya mendapatkan pekerjaan bisa disebabkan oleh kuantitas lulusan universitas yang begitu banyak, tidak diiringi dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia. Ditambah, sebagian lowongan kerja mempunyai persyaratan yang rumit dalam merekrut pekerja baru, seperti pengalaman kerja minimal 2 tahun untuk fresh graduate hingga batasan umur yang terbilang tidak cukup adil. Lantas, apakah keadaan seperti itu sepenuhnya disebabkan oleh si penyedia lowongan saja, atau bisa jadi mahasiswa itu sendiri yang menjadi penyebabnya?
Dalam kehidupan perkuliahan, tentu banyak dijumpai berbagai jenis mahasiswa. Ada mahasiswa yang sangat aktif ikut organisasi di sela waktu kuliahnya, sebagian yang lain sangat berambisi untuk mengejar prestasi akademik maupun non akademik. Bahkan ada juga mahasiswa yang hanya mengikuti alur saja tanpa menjalani hal lain di luar kegiatan perkuliahannya.
Yang menjadi masalah selanjutnya adalah mahasiswa yang hanya mengikuti alur, mungkin akan mengalami situasi lebih sulit dibanding jenis mahasiswa yang lain. Satu hal yang menyebabkan hal itu masuk akal sebab mereka tidak mempunyai tujuan jangka panjang yang harus digapai dan alasan untuk berkuliah yang terbilang masih samar.
Mereka yang berada pada situasi itu bisa menjadi salah satu alasan kenapa muncul berita susahnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia, sebab dari mahasiswa itu sendiri yang bisa jadi tidak mempunyai pengalaman maupun skill yang dibutuhkan oleh tiap pekerjaan yang ada.
Pentingnya Pengalaman dan Skill di Dunia Kerja
Pada dasarnya, menjalani kehidupan perkuliahan menjadi salah satu kesempatan untuk menambah pengalaman dan skill di samping menjalani pembelajaran biasa. Melakukan praktikum, survei, menyusun laporan atau sekadar bertemu dan bersosialisasi dengan teman satu angkatan dari berbagai latar belakang. Selain pengetahuan, secara tak langsung kegiatan-kegiatan itu akan menambah pengalaman sekaligus skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
Apapun program studinya, kebanyakan HRD di suatu perusahaan tidak akan fokus terhadap hal itu. Namun mereka lebih ingin mengetahui skill, keterampilan atau kontribusi apa yang mahasiswa telah lakukan selama masa kuliah, mau itu yang sesuai dengan program studinya ataupun di luar daripada itu. Tentu, hal itu juga harus dibarengi dengan ketepatan memilih perusahaan dengan kualifikasi yang relevan dengan program studi yang pernah dijalani.
Kalau memang seperti itu, lantas bagaimana nasib mahasiswa yang selama masa kuliahnya hanya mengikuti alur saja. Dalam artian, mereka yang tidak pernah mendalami skill apapun atau mempunyai pengalaman apapun yang dirasa mendukungnya untuk memperoleh pekerjaan.
Kesempatan Bagi Mahasiswa Nol Pengalaman dan Skill untuk Bisa Mendapat Pekerjaan
Mengetahui jika pengalaman dan skill adalah hal yang penting di dunia kerja, mau tidak mau situasi itu akan menjadi sulit bagi seorang lulusan universitas dengan nol pengalaman dan skill. Jika bisa kembali, waktu bagi mahasiswa untuk menjalani perkuliahan tidaklah selama sewaktu mereka berada di bangku sekolah menengah. Umumnya, mereka hanya menggunakan waktu sekitar 5 sampai 6 jam sehari hanya untuk berkuliah, sehingga masih ada waktu luang untuk dapat melakukan berbagai kegiatan yang mampu menambah pengalaman dan meningkatkan skill.
Meski begitu, hidup bukanlah soal perlombaan lari antar satu individu dengan individu lain. Mungkin akan memakan waktu lebih lama, tetapi kenyataan tersebut bisa memaksa mahasiswa dengan nol pengalaman dan skill untuk dapat mencarinya setelah lulus dari universitas. Bukan karena alasan lain, tetapi sebagai sebuah pembuktian kepada perusahaan tempat mahasiswa tersebut melamar dan untuk memenuhi tuntutan kerja yang lebih banyak membutuhkan adanya skill bagi pekerjanya.
Mengikuti pelatihan, kursus, workshop, volunteer, panitia suatu acara, magang, atau sesederhana menjadi pengurus di organisasi desa, bisa dijadikan pilihan untuk menambah pengalaman dan skill yang dibutuhkan di dunia kerja. Sejatinya, kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan bisa menjadi jauh lebih ringan jika Kawan mempunyai sebuah tujuan. yakni tujuan hidup yang jelas terhadap apa saja yang Kawan ingin capai dan hal apa saja yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News