fakta sejarah indonesia yang sering terlupakan - News | Good News From Indonesia 2025

Fakta Sejarah Indonesia yang Sering Terlupakan

Fakta Sejarah Indonesia yang Sering Terlupakan
images info

Fakta Sejarah Indonesia yang Sering Terlupakan


Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak akan pernah terlepas dari sejarah masa lalu yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Oleh sebab itu, kita sebagai Warga Negara Indonesia hendaknya selalu mengingat, menghormati, dan meneladani pentingnya sejarah serta perjuangan para pendahulu bangsa.

Pentingnya perjalanan sejarah Indonesia menjadi salah satu tanda bahwa pembahasan itu sudah mulai dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan Indonesia sejak awal kemerdekaan. Tentunya hal itu bertujuan supaya tiap keturunan yang akan membawa Indonesia ke depannya, tidak melupakan dan senantiasa meneladani setiap kejadian penting di masa lalu untuk dapat diterapkan dari zaman ke zaman.

Meski begitu, mungkin sebagian dari Kawan GNFI ada yang belum mengetahui atau telah melupakan beberapa fakta sejarah Indonesia di bawah ini. Apa sajakah itu?

1. Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Digaungkan Tanpa Menggunakan Lirik

Lagu Indonesia Raya ciptaan W.R. Supratman pertama kali digaungkan pada Kongres Pemuda II tanggal 28 Oktober 1928 pada peristiwa Sumpah Pemuda. Keadaan Indonesia saat itu masih berada di bawah penguasaan Belanda.

Lagu Indonesia Raya yang digaungakan saat itu memang hanya diperdengarkan menggunakan biola oleh W.R. Supratman sendiri. Bukan tanpa alasan, dilansir dari Kompas.com, hal itu dilakukan supaya tidak terjadi gesekan dengan pihak pemerintah kolonial Belanda yang juga memantau acara tersebut. Meski begitu, W.R. Supratman tetap membagikan lirik dari lagu Indonesia Raya kepada tiap peserta yang hadir dalam Kongres Pemuda II.

2. Konstitusi RIS Merupakan Konstitusi Paling Sebentar yang Berlaku di Indonesia

Indonesia pernah mengalami perubahan bentuk negara menjadi negara federal, yakni negara yang terdiri dari negara-negara bagian yang masing-masing dapat mempunyai konstitusi sendiri. Bentuk negara seperti itu jelas sangat bertentangan dengan Negara Indonesia yang mulanya adalah negara kesatuan.

Rakyat Indonesia menentang berlakunya konstitusi RIS sebab tidak sesuai dengan jejak sejarah dan kepribadian bangsa Indonesia. Sampai akhirnya, konstitusi RIS hanya berlaku kurang dari satu tahun (27 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950) dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan menggunakan konstitusi UUDS 1950.

3. Terdapat Arti di Balik Garis Hitam Horizontal di Perisai Garuda Pancasila

Jika diperhatikan dengan saksama, terdapat sebuah garis horizontal tebal berwarna hitam yang berada di tengah perisai Garuda Pancasila. Bukan tanpa alasan, bagian ini ternyata memberikan arti bahwa secara geografis negara Indonesia dilewati oleh garis khatulistiwa yang menyebabkan Negara Indonesia beriklim tropis.

4. Pendidikan Menjadi Titik Balik Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah

Bermula dari adanya Politik Etis yang diprakarsai oleh Pieter Brooshooft dan C. Th. Van Deventer, dengan tujuan membalas budi rakyat Indonesia yang telah memberikan seluruh tenaga dan kekayaannya kepada pemerintah Belanda selama peristiwa tanam paksa.

Dilansir dari Tirto.id, Politik Etis berisikan 3 program utama antara lain irigasi, edukasi, dan emigrasi. Pemerintah Belanda berupaya memperbaiki kesejahteraan rakyat Indonesia dengan berfokus pada 3 bidang tersebut. Meski awalnya nampak menguntungkan tetapi dalam praktiknya masih terdapat banyak penyelewengan dan diskriminasi.

Namun, berkat perjuangan tanpa batas dari pejuang Indonesia, di tengah masa sulit itu lahirlah organisasi Budi Oetomo. Sejak saat itu, muncul berbagai organisasi di berbagai daerah sebagai wujud persatuan diantara kalangan terpelajar dan cendekia, mengawali masa pergerakan nasional untuk bersama-sama melawan kolonialisasi penjajah.

5. Bhinneka Tunggal Ika Telah Ada Sejak Zaman Kerajaan

Bhinneka Tunggal Ika mengartikan bahwa di tengah keberagaman yang terjadi diantara bangsa Indonesia, kita semua tetap satu dan tidak akan terpisahkan satu sama lain. Keadaan ini bahkan sudah ada sejak Negara Indonesia masih dikuasai oleh kerajaan-kerajaan.

Salah satu buktinya adalah Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha. Dilansir dari Kompas.com, Kerajaan Majapahit dikenal sangat toleran terhadap perbedaan agama dan menganut 2 agama resmi yakni Siwa dan Buddha. Bahkan ditemukan pula bukti-bukti bahwa agama Islam juga telah berkembang dan mulai dipeluk oleh penduduk di Kerajaan Majapahit.

Dengan adanya keberagaman itu, justru membuat Kerajaan Majapahit menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling berjaya di Indonesia kala itu.

6. Jangan Terbalik Antara Eduard Douwes Dekker dengan Ernest Douwes Dekker

Sewaktu menempuh pelajaran sejarah di sekolah, mungkin kawan GNFI tidak asing dengan Douwes Dekker, nama yang sering disandingkan dengan Ki Hajar Dewantara dan dr. Tjipto Mangunkusumo sebagai Tiga Serangkai, pendiri organisasi Indische Partij.

Namun jika kita melihat nama panjang dari salah satu tokoh perjuangan Indonesia tersebut, ternyata ada perbedaan signifikan antara Eduard Douwes Dekker dengan Ernest Douwes Dekker. Lantas Douwes Dekker yang mana yang termasuk ke dalam Tiga Serangkai?

Kedua tokoh tersebut memang masih berkaitan dengan perjalanan panjang dari sejarah Indonesia. Eduard Douwes Dekker adalah seorang Belanda yang menulis buku terkenal, Max Haveelar, berisikan tentang penentangan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) oleh pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Sementara itu, Ernest Douwes Dekker adalah seorang Indonesia-Belanda yang menjadi salah satu pencetus berdirinya Indische Partij dan berperan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia di masa pergerakan nasional.

7. Cara Jepang Mulai Menguasai Indonesia yang Saat itu Masih di Bawah Jajahan Belanda

Secara cepat, Jepang menyerbu wilayah-wilayah penting yang ada di Indonesia termasuk ibukota Indonesia saat itu, Batavia. Jepang menyerang dan menguasai pusat pemerintahan di wilayah-wilayah itu saat Belanda lengah.

Berakhir pada kekalahan Belanda dalam mempertahankan pemerintahannya. Sejak saat itu, Belanda menyerah tanpa syarat terhadap Jepang melalui perjanjian Kalijati dan dimulailah zaman kolonialisme Jepang di Indonesia.

8. Peristiwa Bergesernya Zaman Kerajaan di Indonesia menjadi Zaman Kolonial

Zaman Kerajaan erat kaitannya dengan kegiatan jual beli, baik antar kerajaan dalam satu negara maupun beda negara. Negara Indonesia yang saat itu masih bernama Nusantara untuk pertama kalinya didatangi oleh Bangsa Portugis di Maluku.

Semuanya terlihat normal sejak kedatangan Bangsa Portugis yang menginginkan untuk berdagang saat pertama kali tiba di Nusantara. Namun, lambat laun kedatangan Bangsa Portugis di Nusantara semakin mengarah ke sebuah kegiatan monopoli perdagangan rempah dan penguasaan wilayah. Kerajaan-kerajaan di Maluku yang saat itu tak mempunyai kekuatan lebih dibanding Bangsa Portugis yang datang, akhirnya dikalahkan.

Sejak saat itu, zaman kerajaan berakhir dan wilayah Nusantara masuk ke zaman kolonial sebab semakin luasnya wilayah jajahan asing dan semakin banyaknya negara yang menjajah wilayah Nusantara.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IM
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.