Kota Magelang memiliki posisi geografis yang unik karena menjadi enklave di tengah wilayah Kabupaten Magelang, kota ini pun juga berada di jalur strategis yang menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta.
Kabupaten Magelang, beribu kota Mungkid, dikenal kaya akan warisan sejarah. Termasuk Candi Borobudur, peninggalan Dinasti Syailendra. Wilayah ini dikelilingi lima gunung megah yang menambah pesona alam dan nilai budaya.
Kekayaan alam, budaya, dan sejarah berpadu di daerah Magelang. Itu sebabnya ada banyak julukan yang disematkan pada wilayah ini. Mari Kawan, kita mengenal 9 julukan dari Kabupaten/Kota Magelang!
Mengenal Kabupaten dan Kota Magelang
Wilayah Magelang terdiri dari kota dan kabupaten yang memiliki garis sejarah yang sama. Kota Magelang, resmi berdiri sejak 11 April 907M berdasarkan Perda Nomor 6 Tahun 1989. Daerah ini dulunya merupakan ibu kota Kabupaten Magelang, sebelum berkembang menjadi kota mandiri.
Letaknya strategis, di jalur utama Semarang–Yogyakarta. Menjadikannya pusat perlintasan penting di Jawa Tengah. Kota ini berada sekitar 15 km utara Kota Mungkid (ibu kota Kabupaten Magelang), 75 km selatan Semarang, dan 43 km utara Yogyakarta.
Kabupaten Magelang sendiri mengelilingi Kota Magelang. Berbatasan dengan sejumlah kabupaten lain di Jawa Tengah, serta wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Secara administratif, Kota Magelang terbagi menjadi 3 kecamatan dan 17 kelurahan. Sedangkan Kabupaten Magelang, memiliki 21 kecamatan, 5 kelurahan, dan 367 desa.
Pemandangan dari Atas Gunung Andong @ Deepsea13/wikimedia commons
Sekilas Sejarah Kabupaten/Kota Magelang
Asal-usul nama Magelang memiliki beberapa versi. Salah satu versi menyebut bahwa nama ini berasal dari kata "Mage" yang berarti orang budiman dan "lang" sebagai kependekan dari bahasa, sehingga bermakna "bahasa orang budiman" atau "kota para budiman."
Versi yang lebih populer menyatakan bahwa nama Magelang berasal dari "tepung gelang", yang berarti dikepung rapat seperti gelang. Istilah ini merujuk pada peristiwa pengepungan Raja Jin Sonta oleh pasukan Mataram yang kemudian tewas di tangan Pangeran Purbaya.
Kota Magelang sendiri bermula dari desa perdikan Mantyasih (kini Kampung Meteseh), yang tercatat dalam Prasasti Poh, Gilikan, dan Mantyasih dari masa Mataram Kuno.
Dalam Prasasti Mantyasih, yang ditulis pada masa Raja Rake Watukura Dyah Balitung tahun 907 M, disebutkan penetapan Mantyasih sebagai desa bebas pajak serta penyebutan gunung-gunung yang kini dikenal sebagai Sindoro dan Sumbing.
Dalam perkembangannya, Magelang menjadi pusat penting di wilayah Karesidenan Kedu. Pada masa kolonial Inggris, kota ini dijadikan pusat pemerintahan setingkat kabupaten dan Mas Ngabehi Danukromo diangkat sebagai Bupati pertama.
Setelah Belanda mengambil alih, Magelang dijadikan kota militer sekaligus pusat ekonomi karena letaknya yang strategis dan udaranya yang sejuk. Infrastruktur kota diperkuat, termasuk pembangunan menara air tahun 1918 dan operasional perusahaan listrik tahun 1927.
Berdasarkan Keputusan Desentralisasi 1905, Magelang menjadi gemeente (kotapraja) bersama Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Kota ini pun sempat menjadi ibu kota Kabupaten Magelang,
Kemudian melalui keputusan tahun 1984, pusat pemerintahan Kabupaten Magelang dipindahkan ke Kota Mungkid. Hal ini mengukuhkan pemisahan administratif antara kota dan kabupaten di wilayah Magelang.
Sekilas Sejarah Kota Magelang
Asal-usul nama Magelang memiliki beberapa versi. Salah satu versi menyebut nama ini berasal dari kata "Mage" yang berarti orang budiman dan "lang" sebagai kependekan dari bahasa. Maknanya jadi "bahasa orang budiman" atau "kota para budiman."
Versi yang lebih populer menyatakan nama Magelang berasal dari "tepung gelang", yang berarti dikepung rapat seperti gelang. Istilah ini merujuk pada peristiwa pengepungan Raja Jin Sonta oleh pasukan Mataram, yang kemudian tewas di tangan Pangeran Purbaya.
Kota Magelang sendiri bermula dari desa perdikan Mantyasih (kini Kampung Meteseh). Hal tersebut tercatat dalam Prasasti Poh, Gilikan, dan Mantyasih dari masa Mataram Kuno.
Prasasti Mantyasih ditulis pada masa Raja Rake Watukura Dyah Balitung tahun 907 M. Ditorehkan, penetapan Mantyasih sebagai desa bebas pajak dan penyebutan gunung-gunung yang kini dikenal sebagai Sindoro dan Sumbing.
Dalam perkembangannya, Magelang menjadi penting di wilayah Karesidenan Kedu. Pada masa kolonial Inggris, kota ini dijadikan pusat pemerintahan setingkat kabupaten. Mas Ngabehi Danukromo diangkat menjadi Bupati pertama.
Setelah Belanda mengambil alih, Magelang dijadikan kota militer sekaligus pusat ekonomi. Pertimbangannya karena letak yang strategis dan udaranya yang sejuk. Infrastruktur kota diperkuat, termasuk pembangunan menara air pada 1918 dan operasional perusahaan listrik tahun 1927.
Berdasarkan Keputusan Desentralisasi 1905, Magelang menjadi gemeente (kotapraja) bersama Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Kota ini sempat menjadi ibu kota Kabupaten Magelang,
Kemudian melalui keputusan tahun 1984, pusat pemerintahan Kabupaten Magelang dipindahkan ke Kota Mungkid. Hal ini mengukuhkan pemisahan administratif antara kota dan kabupaten di wilayah Magelang.
Menikmati Pesona Magelang Dari Ketinggian di 5 Tempat Wisata Ini
9 Julukan Kota Magelang
1. Tuin van Java
Magelang dikelilingi oleh deretan pegunungan dan bukit-bukit indah. Sejak masa kolonial Belanda, Magelang telah dijuluki Tuin van Java atau "Taman Jawa". Hal ini karena panorama alamnya yang memesona.
Julukan tersebut merujuk pada keindahan kota yang menyerupai taman alami, dengan lanskap hijau yang memikat. Kini, sebutan Tuin van Java kembali dihidupkan oleh Pemerintah Kota Magelang sebagai nama kawasan kuliner di Alun-Alun Kota Magelang. Kawasan ini menampung sekitar 100 pedagang kaki lima dengan ragam sajian khas.
2. Kota Sejuta Bunga
Magelang dikenal dengan julukan "Kota Sejuta Bunga". Hal ini mencerminkan keindahan alam, kekayaan budaya, dan lingkungan yang asri. Dikelilingi pegunungan hijau dengan tanah yang subur, kota ini dipenuhi taman-taman bunga yang mempercantik sudut-sudutnya.
Secara filosofis, bunga melambangkan harmoni dan kedamaian. Sejalan dengan suasana tenteram yang terasa di kota ini. Tak heran bila Magelang meraih penghargaan Adipura sebanyak 12 kali. Ini merupakan bukti nyata kepedulian terhadap kebersihan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.
Suasana fajar dengan pemandangan 2 gunung, Merapi dan Merbabu @Ahmad Ribhi/wikimedia commons
3. Kota Beong
Magelang tidak hanya memikat lewat alam dan budayanya, tetapi juga melalui kekayaan kulinernya yang menggoda selera. Salah satu hidangan khas yang patut dicoba adalah mangut beong.
Mangut beong merupakan sejenis gulai berbumbu pedas yang menggunakan ikan beong—ikan air tawar khas Magelang. Ikan ini mirip lele, tetapi berukuran lebih besar dan berdaging tebal.
Cita rasanya yang kaya rempah, menjadikan kuliner ini favorit banyak orang. Menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner daerah. Inilah yang menjadi ciri khas Magelang sebagai Kota Beong.
4. Kota Getuk
Julukan Magelang sebagai "Kota Getuk" berawal dari inovasi kuliner di masa penjajahan Jepang. Ketika itu, beras langka dan masyarakat mengandalkan singkong sebagai makanan pokok.
Ali Mohtar, warga Desa Karet, menciptakan getuk sebagai variasi olahan singkong yang lebih menarik. Ini menggantikan cara mengonsumsi singkong yang sebelumnya hanya direbus atau dibakar.
Sejak itu, getuk—terutama getuk lindri—menjadi ikon kuliner khas Magelang. Keistimewaannya diabadikan dalam Tradisi Grebeg Getuk. Tradisi ini merupakan perayaan tahunan setiap 11 April yang dimulai sejak 2006, untuk memperingati Hari Jadi Kota Magelang.
5. Kota Militer
Magelang dikenal sebagai "Kota Militer" karena perannya sebagai pusat pendidikan militer. Akademi Militer (Akmil) Magelang telah banyak melahirkan perwira-perwira TNI Angkatan Darat.
Akmil sendiri berdiri pada 31 Oktober 1945 dan diresmikan Presiden Soekarno pada 11 November 1957. Akademi ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta, yang sejak awal telah menjadi pilihan utama bagi lulusan SMA dari seluruh Indonesia.
Julukan ini sebenarnya berakar pada era kolonial Belanda. Ketika itu Magelang menjadi markas kekuatan militer Hindia Belanda selama Perang Jawa (1824–1830) melawan pasukan Pangeran Diponegoro. Hingga kini, identitas militer melekat kuat pada wajah Kota Magelang.
6. Kota Gunung Api
Salah satu daya tarik alam Magelang adalah letaknya yang berdekatan dengan dua gunung berapi terkenal, yakni Gunung Merbabu di sebelah barat dan Gunung Merapi di sebelah timur.
Kedekatan dengan kedua gunung ini, memperkaya panorama alam Magelang. Selain itu, menjadikan kota ini sebagai destinasi favorit bagi para pecinta alam dan pendaki gunung.
7. Cincin Emas
Secara geografis, Magelang terletak di antara lima gunung (Panca Arga), yakni Merapi, Merbabu, Sumbing, Telomoyo, dan Andong. Hal tersebut menghadirkan lanskap alam yang indah dan menjadikan kawasan ini dijuluki cincin emas.
Keindahan bentang alam dapat dinikmati dari berbagai destinasi wisata populer. Sebagai misal, Ketep Pass, Negeri Kahyangan, jalur pendakian Gunung Andong, hingga Gunung Telomoyo via Dalangan. Semuanya menyuguhkan pesona pegunungan khas Magelang.
8. Surga Wisata
Magelang juga terkenal dengan keberadaan Candi Borobudur. Salah satu warisan dunia yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan. Dibangun pada abad ke-8, Borobudur adalah candi Buddha terbesar di dunia. Arsitekturnya megah dengan ukiran halus, yang menjadikannya keajaiban dunia.
Selain Borobudur, Magelang juga menawarkan destinasi wisata lain seperti Taman Kyai Langgeng. Destinasi ini semakin menambah pesona daerah ini sebagai tujuan wisata unggulan. Apalagi bila berbicara tentang wisata alam, Magelang benar-benar adalah surga wisata!
9. Paku Tanah Jawa
Julukan Magelang sebagai "Pakuning Tanah Jowo" atau "Paku Pulau Jawa" berasal dari bangsa kolonial Belanda. Pihak Belanda menyebut Gunung Tidar dengan sebutan Tidar de Spijker van Java.
Julukan ini diberikan karena lokasi strategis Gunung Tidar yang terletak di pusat Pulau Jawa, dikelilingi pegunungan, serta berada di tengah-tengah arah timur-barat dan utara-selatan Pulau Jawa. Dalam budaya Jawa, gunung ini dianggap sebagai paku bumi, yang menjaga keseimbangan dan melindungi Pulau Jawa dari berbagai ancaman.
Magelang menawarkan beragam keindahan alam dan kekayaan budaya. Hal inilah yang membuat Magelang menjadi populer dan diminati oleh banyak wisatawan.
Dengan berbagai julukan yang melekat padanya, Magelang memberikan pengalaman tak terlupakan bagi setiap wisatawan.
Mulai dari pesona alam yang memukau hingga warisan budaya yang kaya, tempat ini menjadi destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan.
Jadi Kawan, jangan ragu untuk mengunjungi Magelang dan menikmati segala wisatanya!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News