Membangun bangsa dan negara bisa melalui berbagai cara. Salah satunya dengan berkontribusi membangun infrastruktur via fasilitas publik yang canggih, inovatif, dan tetap ramah lingkungan.
Fasilitas publik yang dimaksud adalah salah satu tempat persinggahan di Tol Transjawa, yakni Rest Area Kilometer 456 Pendopo yang berlokasi di jalur tol Semarang - Salatiga. Pihak Rest Area KM 456 sudi berbagi informasi pada dunia maya dengan klub diskusi bertajuk Pelita Pandu Parivahana Tahun 2025.
Sebagai informasi, Pelita Pandu Parivahana adalah klub diskusi organik yang terdiri dari para ASN lintas instansi pusat-daerah di Republik Indonesia bersama konsultan atau aktivis masyarakat transportasi yang bergerak pada bidang perbaikan pelayanan publik, khususnya sektor transportasi.
Melalui diskusi secara daring via rapat Zoom, Kamis, 24 April 2025 pukul 16.00 - 17.30 WIB, pengelola Rest Area KM 456 yang sering disebut Resta Pendopo KM 456 berbagi pengalaman dan perspektif.
Rapat secara online tersebut menghadirkan dua orang narasumber atau pemateri selaku pihak BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) dan pengelola Rest Area KM 456, yakni Sutomo Halim selaku Finance Director dari PT Trans Marga Jateng. Selain itu juga Raymond Aditya selaku Head of Property ManagementResta Pendopo KM 456.
Zoom dimoderatori oleh duet ASN secara bersamaan yang berkolaborasi mewakili pemerintah pusat dan daerah, yakni Hafil Gusni Santana Aji (Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan) dan Danny Richard P Tampubolon (Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Sulawesi Selatan).
Secara historis, Rest Area KM 456 Pendopo dibangun oleh PT Astari Marga Sarana yang merupakan hasil kerja sama bisnis Astra Property, Astra Infra, dengan Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT).
Sutomo Halim pada bagian introduksi menjelaskan bahwa Resta 456 bukan sekadar rest area biasa pada umumnya. Namun, sebagai suatu tempat persinggahan dengan berbagai inovasi teknologi tinggi yang canggih dan ramah lingkungan.
"Resta KM 456 adalah rest area yang didominasi oleh pengunjung golongan I. Kita selalu improve, coba kita lihat rest area mana yang ada lift-nya? Hanya di Resta KM 456", ujar Sutomo Halim di sela-sela acara.
Sebagai informasi, golongan I adalah golongan dalam konteks lalu lintas yang merupakan sedan, mobil penumpang kelas sedang, pickup hingga truk kecil dengan karakteristik satu gandar roda belakang.
Sementara, Raymond Aditya (Ray) menambahkan bahwa Resta 456 adalah rest area yang senantiasa mengedepankan kemajuan bernafaskan continuous improvement atau perbaikan dan pengembangan berkelanjutan tanpa henti.
Resta 456 sendiri beberapa kali mengantongi predikat sebagai Rest Area Tipe B terbaik yang disematkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia.
Ray menandaskan bahwa tidak dapat dipungkiri Resta 456 membutuhkan biaya operasional besar, sehingga secara bisnis tetap diperlukan manuver dan strategi jangka panjang. Selain menitikberatkan toilet yang bersih dan cenderung terpelihara, Resta 456 juga diisi puluhan tenant yang sifatnya restoran atau waralaba nasional hingga UMKM yang lokal.
Hal ini akan meningkatkan roda perekonomian UMKM masyarakat. Fasilitas lain adalah kapasitas parkir yang bisa dijejali antara 100—150 unit kendaraan, masjid/musala, lampu penerangan dengan panel surya, ruang terbuka hijau hingga arsitektur bangunan yang lebih menyerupai mal atau bandar udara megah yang hadir di tol.
Tidak lupa, hadir pula fasilitas SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) bagi pengguna mobil listrik. Beristirahat sambil menunggu baterai mobil listrik terisi sembari sembahyang atau meminum secangkir kopi adalah ide bagus yang bisa dilakukan.
Selain sesi pemaparan atau eksplanasi dari Resta 456, rapat juga diisi sesi tanya jawab. Zoom bertajuk "Peranan Rest Area Tol Transjawa Pada Resta Pendopo KM 456 Pasca Lebaran Tahun 2025" ini diikuti 13 peserta secara daring.
Para peserta yang merupakan anggota Pelita Pandu Parivahana 2025 ikut bertanya menyumbangkan tanggapan, gagasan dan pikiran yang konstruktif. Sebagai contoh, bagaimana pengembangan rest area berlandaskan transportasi publik, khususnya bus antarkota antarprovinsi yang kiranya akan lebih digemari masyarakat dibanding kendaraan pribadi.
Ada pula yang berkontribusi lewat ide agar pengelola rest area dan seluruh pengguna transportasi lebih mengedepankan safety dalam berlalu lintas, sehingga fatalitas dan angka kecelakaan bisa terus ditekan.
Budaya berlalu lintas kita, baik pada jalur tol atau pada jalan non-tol juga perlu disempurnakan secara konsisten. Seperti bus yang dihimbau lebih tertib dalam menaikkan dan menurunkan penumpang dan tidak di tempat yang krusial risiko bahayanya.
Nah, keputusan menaikkan dan menurunkan penumpang bus ini menang terdengar sederhana. Namun ini melibatkan keputusan kedua belah pihak, yaitu antara pihak masyarakat selaku pengguna jasa transportasi dengan pihak perusahaan otobus yang diwakili pola perilaku supir dan kondektur.
Rest Area Pendopo KM 456 yang resmi beroperasi sejak Tahun 2020 ini memiliki fasilitas connecting bridge atau jembatan penyeberangan tertutup di atas jalur tol. Desain dan bentuknya cukup futuristik serta canggih dengan material serba ramah lingkungan.
"Connecting bridge ini bisa membuat orang di rest area sisi A bisa menyeberang ke sisi B dan sebaliknya. Bahkan di connecting bridge ini sering dijadikan tempat meeting point pengunjung atau pemudik yang mau janjian ketemu", tandas Ray.
Karena Resta 456 ini memiliki jembatan penghubung, maka tempat persinggahan ini menjangkau dua sisi lajur tol yakni Kilometer 456 A dengan Kilometer 456 B, jadi bagi kita yang melaju dari arah Jakarta menuju Solo-Surabaya, bisa singgah ke Resta 456 sisi A.
Sebaliknya dari arah Surabaya-Solo menuju Jakarta, mereka juga bisa singgah di sisi B Resta KM 456 yang memiliki konektivitas antara sisi A dengan B.
Jadi bagi kawan GNFI yang melaju di tol Transjawa khususnya jika melewati kilometer 456, bisa sejenak singgah untuk merasakan sensasi rest area canggih sarat beraneka ragam fasilitas ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News