sejarah gambang semarang alunan hangat penyambut kedatangan di kota lumpia - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah Gambang Semarang, Alunan Hangat Penyambut Kedatangan di Kota Lumpia

Sejarah Gambang Semarang, Alunan Hangat Penyambut Kedatangan di Kota Lumpia
images info

Sejarah Gambang Semarang, Alunan Hangat Penyambut Kedatangan di Kota Lumpia


Semarang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah yang memiliki kekayaan historis dan kebudayaan. Salah satu contoh kekayaan kebudayaan historis yang masih bertahan sampai saat ini adalah Gambang Semarang. Gambang Semarang menjadi salah satu kesenian tradisional kerakyatan yang berkembang di Kota Semarang.

baca juga

Sejarah Gambang Semarang

Menurut Lynardi (dalam Sadtiti, 2016), sejarah Gambang Semarang dimulai oleh Lie Ho Sun dengan membawa Gambang Kromong (kesenian Betawi) pada tahun 1930 untuk dikembangkan di Semarang.

Kesenian tersebut mendapat respon positif oleh masyarakat Semarang hingga terbentuk komunitas seni Gambang Kromong. Antusiasme masyarakat tersebut melahirkan lagu berjudul Ampat Penari, yang menjadi cikal bakal berkembangnya Gambang Semarang.

Pada pertengahan abad ke-20, kesenian Gambang Semarang berada di puncak kejayaannya, dimana animo masyarakat sangat luar biasa terhadap kesenian ini. Setiap pementasan selalu ramai, rutin mengikuti festival, hingga rasanya tidak lengkap sebuah acara jika tidak ada Gambang Semarang.

Alat musik yang dimainkan pada Gambang Semarang sangat beragam, mulai dari gambang, bonang, gendang, gong, kempul, suling, kecrek, demung, dan kohyan. Dalam permainannya, Gambang Semarang menyajikan akulturasi musik dengan jazz, dangdut, keroncong, mandarin, campursari, dan sebagainya.

Gambang Semarang merupakan kesenian yang mencampurkan berbagai unsur seni seperti vokal, musik, tari, dan komedi. Oleh karena itu, penonton tidak hanya terhibur dari satu aspek saja, tetapi banyak aspek yang bisa dinikmati.

Lagu-lagu yang sering dibawakan dalam Gambang Semarang antara lain Ampat Penari (Gambang Semarang), Gado-Gado Semarang, Simpang Lima, Semarang Tempo Doeloe, dan Tanjung Emas. Lagu yang dibawakan terdapat urutannya saat pertunjukannya, mulai dari instrumentalia, lagu Gambang Semarang, lagu vokal pengiring tarian, lawak, lagu vokal, serta lagu penutup.

Kesenian Gambang Semarang membawa musisi dan pendengarnya ke dalam kebersamaan dan gotong royong satu sama lain. Tak sedikit masyarakat pendengar ikut dalam pementasan, mulai dari menyanyi, menari, atau bermain alat musik secara bergantian.

Eksistensi Gambang Semarang Saat Ini

Septiyan (2016) menjelaskan masa kejayaan Gambang Semarang mulai perlahan memudar mulai tahun 1980-an hingga sekarang. Pada saat ini, kesenian Gambang Semarang seakan tidak terdengar lagi namanya. Bahkan anak muda sampai tidak mengetahui adanya kesenian tradisional ini.

Salah satu faktornya adalah kurangnya tanggung jawab dari banyak pihak dari berkembangnya Gambang Semarang. Hal tersebut diperparah dengan masuknya seni-seni modern yang masuk di telinga anak muda membuat kesenian ini makin tidak terdengar lagi

Alunan Khas yang Selalu Bikin Kangen

Saat ini, musik Gambang Semarang rutin diputar di Stasiun kereta di Kota Semarang dan sekitarnya. Terdengarnya lagu Ampat Penari seakan sebagai ucapan selamat datang bagi mereka yang baru saja tiba di Kota Lumpia ini.

Musik Gambang Semarang adalah suatu hal yang sangat dirindukan oleh para perantau, khususnya bagi mereka yang menggunakan transportasi kereta api. Hal tersebut karena instrumen Gambang Semarang dimainkan ketika kereta tiba di Stasiun Poncol maupun Stasiun Tawang.

baca juga

Bagi mereka kaum pendatang, instrumen tersebut bagaikan ucapan selamat datang kembali ke aktivitas hiruk pikuk kota Semarang. Hal-hal tersebut sangat dirasakan oleh para perantau yang kerja ataupun para mahasiswa yang melaksanakan studi di Semarang.

Sebaliknya, bagi mereka yang baru pulang ke kota asal, instrumen Gambang Semarang bagaikan ucapan selamat beristirahat sejenak di kota asal dan kembali menikmati kota Semarang.

Kesenian Gambang Semarang perlu adanya upaya pelestarian agar kesenian ini tidak benar-benar hilang. Sebagai salah satu kekayaan kebudayaan historis di Kota Semarang, tentu dapat meningkatkan perekonomian melalui wisata budaya sekaligus meningkatkan minat anak muda untuk mencintai kesenian ini.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.