Kesenian kaligrafi di Indonesia memiliki posisi istimewa dalam tradisi seni Islam serta memiliki sejarah yang panjang dan kaya, terutama setelah masuknya agama Islam. Secara etimologis, kata kaligrafi berasal dari bahasa Yunani, yakni kaligraphia atau kaligraphos, yang tersusun dari dua kata: kallos, yang artinya indah dan grapho yang berarti tulisan.
Dalam konteks Islam di Indoneisa sendiri, kaligrafi dikenal sebagai “Khat” dan dianggap sebagai salah satu bentuk warisan budaya Islam yang dihormati.
Seiring perkembangan zaman, seni kaligrafi tidak hanya menjadi bagian dari ritual keagamaan, tetapi juga berkembang sebagai sarana pendidikan, dakwah, dan ekonomi kreatif. Salah satu tokoh penting yang berperan besar dalam pengembangan seni kaligrafi dan merupakan maestro kaligrafi di Indonesia adalah Drs. H. D. Sirojuddin AR, M.Ag, pendiri Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (LEMKA). Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji sejarah, kontribusi, dan sistem pendidikan yang dikembangkan LEMKA dalam pelestarian kaligrafi Islam di Indonesia.
Sejarah dan Perkembangan LEMKA
Lembaga Kaligrafi Al-Qur`an yang disingkat dengan sebutan LEMKA. Lembaga ini merupakan cita-cita yang sudah ada sejak lama, dimulai dari keinginan untuk mendirikan semacam organisasi atau Lembaga untuk mengembangkan seni menulis halus Arab atau khat yang menjadi kegemarannya, didirikan pada tanggal 20 April 1985 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan adanya lembaga ini bertujuan untuk lebih menyiarkan serta mengembangkan kesenian kaligrafi Islam di Indonesia.
Selanjutnya, pada 9 Agustus 1998/1419 H, LEMKA mendirikan Pondok Pesantren Kaligrafi Al-Qur’an, di kota Sukabumi, Jawa Barat. Pesantren ini dibangun di atas tanah wakaf dan menjadi pesantren pertama di Indonesia yang secara khusus menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan seni kaligrafi Islam.
Munculnya Lembaga Kaligrafi Al-Quran ini membuat banyak masyarakat dari berbagai provinsi antusias berdatangan untuk belajar kaligrafi. Santri-santri yang belajar di Lemka pun bukan hanya dari sekitar Sukabumi, Jawa Barat saja, akan tetapi dari segala penjuru provinsi datang berbondong-bondong untuk belajar.
Fasilitas dan Infrastruktur
Untuk mendukung proses pendidikan dan kreativitas para santri, LEMKA menyediakan berbagai fasilitas, antara lain:
- Asrama putra dan putri
- Masjid dan mushola
- Perpustakaan
- Kelas seni dan galeri lukisan
- Koperasi seni dan toko peralatan kaligrafi
- Sentra pelatihan dan produksi kerajinan
- Gedung toko daring (online)
Sistem Pendidikan dan Pelatihan
- Diklat Kaligrafi Al-Qur’an (1 Tahun)
Program ini dirancang untuk para santri yang ingin mendalami seni kaligrafi secara intensif. Materi yang diajarkan mencakup berbagai gaya khat seperti Naskhi, Tsuluts, Diwani, Farisi, Kufi, dan Riq‘ah.
Selain itu, santri mempelajari teknik melukis di berbagai media seperti kertas, kanvas, kaca, dan logam. Program ini juga mencakup studi tafsir Al-Qur’an, gaya kaligrafi kontemporer, serta pelatihan kewirausahaan.
- Kursus Kaligrafi (16 Pertemuan)
Program ini bersifat fleksibel dan diperuntukkan bagi peserta yang ingin belajar kaligrafi secara dasar. Materi yang diajarkan meliputi khat Naskhi, Sulus, Riq‘ah, dan Diwani, termasuk teknik tata warna. Kursus diadakan setiap akhir pekan dengan durasi 1,5 jam per pertemuan
Metode Pembelajaran Khas LEMKA
LEMKA mengembangkan pendekatan pembelajaran yang bersifat rekreatif, aplikatif, dan spiritual. Beberapa metode unik yang digunakan meliputi:
- Mengajarkan berbagai aliran huruf Arab dengan metode demonstratif.
- Pendalaman struktur huruf tunggal, komposisi, proporsi, teknik goresan, hingga teknik gubahan.
- Belajar di alam terbuka seperti bukit, pantai, dan tempat rekreasi untuk mengasah sensitivitas artistik.
- Kajian tafsir, pengajian seni, serta pelatihan teknik mengajar kaligrafi.
- Pelatihan kewirausahaan dan pemasaran karya kaligrafi ke pasar domestik dan internasional.
- Partisipasi dalam lomba dan pameran seni kaligrafi.
Kontribusi Sosial dan Budaya LEMKA
LEMKA tidak hanya berfokus pada aspek teknis kaligrafi, tetapi juga aktif dalam kegiatan sosial, budaya, dan dakwah. Melalui pendekatan dakwah bil qolam (dakwah melalui tulisan), LEMKA menyebarkan nilai-nilai Islam melalui media seni. Beberapa aktivitas yang rutin dilakukan antara lain:
- Pameran seni kaligrafi
- Lomba kaligrafi tingkat daerah, nasional, dan internasional
- Safari seni dan pelatihan di berbagai wilayah seperti Jawa Barat, Banten, dan Jakarta
Lulusan LEMKA telah banyak mengharumkan nama Indonesia di ajang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), baik tingkat nasional maupun internasional.
Selama lebih dari tiga dekade, LEMKA telah membuktikan diri bahwa pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendidikan agama semata, tetapi juga sebagai pusat pengembangan seni dan budaya Islam yang bermutu tinggi. Melalui semangat “dakwah bil qolam,” LEMKA telah menginspirasi banyak generasi muda untuk mencintai dan melestarikan seni kaligrafi.
Sebagai mercusuar seni kaligrafi Islam di Indonesia, LEMKA diharapkan terus berkembang dan menginspirasi lembaga-lembaga lain untuk mengintegrasikan seni, pendidikan, dan dakwah dalam membentuk generasi Islam yang kreatif dan berwawasan luas.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News