“Merdeka atau Mati” menjadi sebuah ungkapan yang tidak pernah terlupakan oleh seluruh Warga Negara Indonesia. Bahkan bagi orang awam sekalipun, mereka yang mendengar ungkapan ini besar kemungkinan akan berkesimpulan pada sebuah keadaan yang penuh dengan perjuangan dan pertumpahan darah.
Bung Tomo, salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang pertama kali menggaungkan ungkapan itu. Beliau membakar semangat perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah melalui ungkapan itu melalui Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 10 November 1945.
“Habis Gelap Terbitlah Terang” juga menjadi salah satu ungkapan yang begitu terkenal di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ungkapan berkonotasi yang merujuk pada sebuah keadaan yang pasti akan selalu dipenuhi oleh kebaikan dan kebahagiaan setelah masa-masa sulit yang dialami.
R.A. Kartini, salah satu pejuang perempuan Indonesia yang perannya begitu krusial dalam memperjuangkan hak-hak perempuan di Indonesia melalui pendidikan. Ungkapan tersebut tersaji dalam buku beliau tentang sebuah perjuangan dan harapan untuk meraih impian.
Kedua fakta di atas merupakan contoh sederhana bahwa sampai kapanpun, sejak dulu hingga sekarang. Bung Tomo akan selalu melekat dengan ungkapan “Merdeka atau Mati” sedangkan R.A Karini akan selalu terhubung dengan ungkapan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Inilah pentingnya sebuah identitas atau ciri khas.
Ciri khas akan memberikan dampak pada sebuah perbedaan dan keunikan pada sesuatu yang bisa membuatnya terlihat menonjol dari sesuatu yang lain. Meskipun Indonesia mempunyai beribu-ribu pejuang di masa perjuangan kemerdekaan, hanya beberapa pejuang yang nampak menonjol dan dikenal oleh banyak orang sampai sekarang. Salah satu hal yang mungkin menjadi nilai tambah bagi mereka adalah keunikan itu sendiri yang membentuk kepribadian mereka.
Bagi sebuah negara sekalipun, penting untuk mempunyai ciri khas. Selain membuatnya bisa membedakan dengan negara lain, ciri khas bagi sebuah negara sekaligus sebagai pengingat tentang identitas, aturan, dan budaya yang dimiliki suatu negara sehingga bangsanya tidak akan pernah melupakan dan selalu taat dengan nilai yang terkandung di dalamnya, meskipun berada di tengah gempuran globalisasi dan perubahan zaman yang begitu cepat.
Mengenal Sejarah Singkat Ciri Khas Negara Indonesia
1. Ideologi Pancasila
Pancasila pertama kali dibahas dalam sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membentuk sebuah dasar bagi berdirinya negara Indonesia. Moh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno memberikan usulan terhadap sila-sila yang akan diresmikan nantinya dan disepakati bahwa usulan Ir. Soekarno dipilih untuk menjadi dasar negara Pancasila.
Sempat terdapat perubahan pada usulan Ir. Soekarno yang ada di dalam Piagam Jakarta sebab salah satu silanya hanya mengatur pada salah satu agama saja. Namun perdebatan itu telah menemukan titik terang hingga akhirnya Pancasila yang dikenal hingga saat ini, diresmikan pada sidang pertama PPKI 18 Agustus 1945.
2. Konstitusi UUD 1945
Diawali dengan UUD 1945, negara Indonesia mengalami 3 kali perubahan konstitusi setelahnya. Yang paling menonjol adalah saat Indonesia menggunakan konstitusi RIS yang membuat negara Indonesia menjadi negara serikat.
Dikarenakan hal itu tidak sesuai dengan bentuk negara Indonesia, pada akhirnya negara Indonesia kembali pada konstitusi UUD 1945. Hingga beberapa waktu berlalu, UUD 1945 mengalami 4 kali amandemen terhadap pasal-pasalnya dan sampailah pada UUD 1945 setelah amandemen yang dikenal saat ini.
3. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia menjadi sebuah pembahasan yang berkaitan dengan nasionalisme Indonesia. Puncak dari nasionalisme yang dapat mempersatukan perjuangan bangsa Indonesia yang dulu bersifat kedaerahan, salah satu faktor penyebabnya adalah adanya bahasa Indonesia, yakni saat pertama kali digaungkan dalam Kongres Pemuda II pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
4. Lambang Garuda Pancasila
Desain Garuda Pancasila merupakan hasil rancangan Sultan Hamid II yang kemudan dipilih, disempurnakan, dan dikukuhkan sebagai lambang negara oleh Ir. Soekarno. Dikutip dari tempo.co, pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) membentuk panitia teknis bersama Panitia Lambang Negara tanggal 10 Januari 1950 untuk memilih beberapa desain lambang negara yang telah dibuat.
Beberapa hal yang diubah dari desain awal milik Sultan Hamid II oleh Ir. Soekarno antara lain, pita yang dicengkeram diubah warnanya dari merah menjadi putih, burung garuda yang awalnya digambarkan dengan bahu dan tangan kemudian dihilangkan kedua elemen tersebut dan dibentuk seperti burung rajawali, burung garuda yang awalnya terlihat gundul kemudian ditambahkan jambul di atasnya, serta posisi cakar yang semula di belakang pita kemudian dibuat menjadi di depan pita dengan mencengkeram.
5. Bendera Merah Putih
Melansir dari laman Kementerian Sekretariat Negara RI dalam antaranews.com, warna merah dan puth pertama kali terinsprasi dari warna panji atau pataka bendera kerajaan Majapahit pada abad ke-13. Warna merah dan putih sering digunakan dalam berbagai panji perang dan dianggap sebaga lambang kebesaran kerajaan.
Bendera merah putih yang asli dikibarkan pertama kali pada saat peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia dan dijahit oleh istri dari Ir. Soekarno, Fatmawati. Bendera ini terus dikibarkan setiap hari kemerdekaan di Istana Negara sampai tahun 1968. Setelahnya, bendera yang digunakan dalam berbagai upacara kenegaraan hanyalah bendera imitasi. Hal itu dilakukan untuk menjaga keaslian dan kesakralan dari bendera merah putih yang asli.
6 Lagu Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya juga erat kaitannya dengan puncak dari rasa nasionalisme bangsa Indonesia yaitu saat Kongres Pemuda II pada peritiwa Sumpah Pemuda 1928. Lagu yang diciptakan oleh W.R. Supratman ini pertama kali dilantunkan tanpa lirik dan hanya berasal dari suara biola yang beliau mainkan.
7 Semboyan Bhineka Tunggal Ika
Semboyan yang dikutip dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular ini, mempunyai arti bahwa bangsa Indonesia selalu dipenuhi oleh banyak perbedaan, seperti budaya, suku, agama, adat, kebiasaan dan sebagainya. Namun hal itu tidak membuat bangsa Indonesia menjadi terpecah belah. Justru perbedaanlah yang membuat rasa persatuan dan kesatuan menjadi semakin kuat.
Dilansir dari kompas.com, hal itu juga berkaitan dengan kerajaan Majapahit yang kehidupan sosial budaya masyarakatnya sudah dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat keagamaan. Salah satu fungsi agama yang berkembang pada zaman itu menjadi suatu hal yang bisa menumbuhkan rasa toleransi antar warga meskipun agama yang berkembang saat itu mencakup agama Siwa, Budha, Hindu, kepercayaan animisme hingga Islam.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News