kenapa kita harus berkomunitas sebuah refleksi dari achmad irfandi pendiri kampung lali gadget - News | Good News From Indonesia 2025

Kenapa Kita Harus Berkomunitas? Sebuah Refleksi dari Achmad Irfandi, Pendiri Kampung Lali Gadget

Kenapa Kita Harus Berkomunitas? Sebuah Refleksi dari Achmad Irfandi, Pendiri Kampung Lali Gadget
images info

Kenapa Kita Harus Berkomunitas? Sebuah Refleksi dari Achmad Irfandi, Pendiri Kampung Lali Gadget


Kenapa kita harus berkomunitas atau berserikat?

Bahwa hakikat manusia, sebagai individu yang sekaligus juga sebagai makhluk sosial membutuhkan kerja sama dalam bentuk apapun. Maka, komunitas dibentuk atas dasar kesamaan ketertarikan, minat, atau visi, menjadi bagian alat untuk mencapai tujuan bersama.

Bukan hanya sekadar perkumpulan, komunitas hadir untuk berbuat lebih. Landasannya adalah keinginan yang sama dan dicapai dengan cara mengumpulkan berbagai ide atau gagasan dari banyak kepala.

“Ada hal yang ingin ditekuni dan didalami. Setiap orang yang berkomunitas ingin mencapai sesuatu yang lebih dari biasanya, itu sudah pasti,” ungkap Achmad Irfandi dalam bootcamp Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget pada Kamis (22/5/2025).

Achmad Irfandi adalah salah satu pelopor komunitas yang bergerak pada kepedulian terhadap anak. Tujuan utamanya, membebaskan anak-anak Indonesia dari belenggu gadget. Digagas sejak 2018, komunitas KLG telah menjadi rujukan dari komunitas berbagai daerah.

baca juga

Tiga Kunci Utama Keberhasilan Komunitas

KLG adalah bukti nyata bagaimana komunitas yang berhasil tidak hanya dilihat dari segi kuantitas, tetapi juga dampak yang dihasilkan.

Ada banyak cerita tersimpan di komunitas asal Sidoarjo itu yang berhasil mengantarkan anak melepaskan gadget. Anak-anak yang pernah merasakan serunya bermain di KLG, mulai tertarik pada permainan tradisional yang dikenalkan, bahkan merasa ingin terus bermain.

Irfandi menyadari, keberhasilan komunitasnya ditopang oleh tiga kunci utama, yakni ide atau program, sumber daya manusia, dan daya. Tanpa ketiga unsur ini, pergerakan suatu komunitas akan tersendat.

baca juga

Sebuah gagasan yang memiliki sumber daya melimpah dan potensial, akan menjadi sekadar rencana jika tanpa daya atau dana. Sedangkan, program yang didukung dengan dana tetapi tanpa adanya komitmen dari manusia, hanya menjadi acara yang seketika itu tamat.

Kondisi ketiga, jika SDM dan dana tersedia tetapi komunitas belum menentukan arah gerak, mereka tentu akan bingung dengan program dan tujuannya. Oleh karena itu, Irfandi mengatakan perlu gagasan awal sebelum membentuk komunitas.

Merasakan sendirian dan kesepian saat pertama kali menggagas komunitas adalah hal normal. Sebab, pada masa awal pendirian, masing-masing anggota akan bergelut dengan idenya masing-masing.

baca juga

“Dengan berkomunitas, manusia tidak merasa sendiri. Kita menemukan teman-teman yang sefrekuensi. Meskipun dalam praktiknya, setiap pejuang gerakan, setiap perintis komunitas, pasti akan sendirian dulu dalam berjuang. Minimal dia memikirkan idenya sendiri dulu, atau mungkin dengan temannya,” terang Irfandi.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa komunitas sebenarnya tidak selalu berdasar pada suatu tujuan. Ada pula komunitas yang dibentuk atas kesukaan yang sama, misalnya sama-sama menyukai hewan atau hobi tertentu.

Meski demikian, komunitas ini, pada akhirnya tidak menutup kemungkinan akan mencapai tahap lebih—bergerak untuk tujuan tertentu yang berbasis masalah. Proyeksinya adalah membantu menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat.

baca juga

Setiap Orang adalah Kepingan Puzzle

“Setiap kita adalah satu keping solusi untuk menyempurnakannya.”

Achmad Irfandi terinspirasi kalimat tersebut dari seorang tokoh sejarawan Indonesia, Asep Kambali. Menurut penggagas Historia Indonesia ini, hadirnya satu komunitas ibarat satu kepingan puzzle solusi dalam menyelesaikan permasalahan di Indonesia.

Maka, masing-masing individu memiliki peran dalam melengkapi puzzle yang belum lengkap. Setiap orang dengan potensinya adalah solusi dari banyaknya bermasalahan.

“Jadilah satu keping solusi, jangan jadi kepingan masalah. Kita jadi pemuda Indonesia, jadi warga Indonesia, ya jangan jadi puzzle masalah gitu. Apalagi menghilangkan salah satu part puzzlenya, tapi jadilah puzzle untuk solusi. Jadi puzzle lain saling menyempurnakan, seperti itu,” tandas Irfandi.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.