Tahukah Kawan GNFI, Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis yang sangat kaya dan subur dan merupakan habitat bagi primata ikonik yang saat ini di ambang kepunahan yaitu orang utan.
Kehadiran orang utan semakin terancam oleh adanya tantangan yang serius seperti deforestasi, kebakaran hutan, serta perburuan dan perdagangan secara ilegal. Lingkungan alami orang utan kini semakin berkurang, terutama di daerah Indonesia.
Habitat mereka di hutan tropis Kalimantan dan Sumatra mengalami penyusutan yang cepat. Penyebabnya adalah perluasan perkebunan kelapa sawit, kegiatan pertambangan, dan penebangan liar, yang mengakibatkan orang utan kehilangan tempat tinggal hingga sumber pangan mereka.
Dengan kondisi ini, orang utan menjadi lebih rentan terhadap konflik dan perburuan karena mereka terpaksa mencari tempat tinggal di wilayah manusia.
Baca juga: Serupa tapi Tak Sama, Perbedaan Orangutan Sumatera, Kalimantan, dan Tapanuli
Orangutan Haven, Hadir sebagai Safe Zone bagi Orang Utan Sumatra
Di tengah dilema ini, muncul harapan baru dalam bentuk upaya konservasi orang utan khususnya orang utan Sumatra yang penuh komitmen dan berdedikasi.
Hal ini menjadi kabar positif, ya, Kawan GNFI khususnya di dunia konservasi!
Orangutan Haven merupakan sebuah wilayah yang tercipta untuk orang utan Sumatra yang tidak dapat kembali lagi ke habitat alaminya karena menjadi korban konflik dan perburuan.
Orangutan Haven berlokasi di Desa Bintang Meriah, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara.
Dibuka untuk umum pada awal tahun 2024, Orangutan Haven menjelma menjadi tempat aman (safe zone) bagi orang utan Sumatra yang tidak bisa kembali ke habitat alaminya, yaitu hutan. Orangutan Haven memberi kesempatan pada orang utan Sumatra untuk terus menjalani kehidupan layaknya di alam liar.
Terletak di atas tanah seluas 50 hektar yang ditanami 112 jenis pohon dan 15 jenis bambu, tempat ini dihuni oleh tujuh individu orang utan Sumatra yang telah tinggal lebih dari lima tahun di pusat karantina dan rehabilitasi.
Pembentukannya berawal dari pengalaman Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan melalui Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) yang sejak tahun 2001 telah berhasil melepasliarkan lebih dari 350 orang utan ke habitat aslinya.
Kemudian, Orangutan Haven muncul sebagai pusat karantina untuk menyelamatkan orang utan dari kondisi piaraan atau yang mengalami konflik dengan manusia.
Tidak semua orangutan yang dikarantina ini dapat kembali ke hutan, terutama bagi spesies yang mengalami masalah fisik atau mental (psikis). Di mana membuat mereka tidak dapat bertahan hidup mandiri di alam liar, sehingga berpotensi membahayakan dirinya.
Orangutan Haven didirikan untuk menyelesaikan isu-isu tersebut. Agar orangutan Sumatra dapat hidup bebas tanpa adanya konflik dan perburuan. Tempat ini hadir sebagai zona aman hingga satwa itu dapat pulih dari berbagai traumanya.
Orangutan di sini dapat bebas memanjat, membuat sarang, serta keluar-masuk kandang, di mana setiap pulau dihuni oleh satu orang utan yang hidup seperti di habitat aslinya.
Pengasuh (keeper) akan memastikan bahwa semua orangutan disini tetap sehat, memiliki pola makan yang teratur, serta melakukan aktivitas normal, dan setiap perkembangan akan dicatat serta datanya disimpan.
Upaya Transformasi Orangutan Haven untuk Lingkungan
Orangutan Haven saat ini telah bertransformasi menjadi pusat pendidikan dan riset lingkungan yang bertujuan untuk mempelajari orangutan dan habitat mereka.
Wilayah tersebut menerapkan konstruksi bangunan yang berkelanjutan, pengembangan pertanian organik, sumber energi terbarukan, dan aspek-aspek kehidupan lainnya.
Dengan adanya Orangutan Haven ini, diharapkan dapat mengukuhkan statusnya sebagai salah satu dedikasi global dalam dunia konservasi untuk memberikan pengalaman yang inspiratif, edukatif, dan informatif bagi publik.
Fokus berkelanjutan yang terlihat di area ini adalah dengan mengadaptasi gaya hidup hutan untuk tempat tinggal orangutan.
Ada juga penerapan bahan bangunan yang berbasis bambu, khususnya dari jenis betung atau petung yang dikenal dengan nama ilmiah Dendrocalamus asper dan 14 jenis bambu lainnya dengan karakteristik serta penggunaan yang beragam.
Selain itu, energi yang dimanfaatkan di kawasan ini adalah tenaga surya yang merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Kontribusi Konservasi untuk Melindungi Orangutan
Misi inti dari pusat konservasi orangutan adalah menjadi garda terdepan dalam melindungi setiap spesies agar tetap ada, serta berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi mereka.
Lebih jauh, konservasi pun berperan sebagai zona aman bagi satwa yang terluka, sakit, atau yatim piatu melalui proses penyelamatan serta rehabilitasi menyeluruh.
Ini meliputi perawatan medis, pemulihan dari trauma, dan pelatihan ketahanan hidup di alam liar sebelum akhirnya dilepas ke habitat alami yang lebih aman.
Proses pelepasliaran akan menjadi cukup rumit dan kompleks karena reintroduksi ke habitat asal membutuhkan kepastian yang jelas agar orang utan dapat hidup mandiri. Hutan yang dipilih juga harus benar-benar mendukung keberlangsungan hidup mereka di masa depan.
Baca juga: Menilik Kawasan Konservasi Orangutan Terbesar Dunia yang Ada di Indonesia
Misi lain dari dunia konservasi ini adalah sebagai sarana pendidikan dan kesadaran akan peran penting yang dimiliki untuk mengedukasi masyarakat lokal maupun internasional mengenai pentingnya konservasi khususnya bagi orangutan Sumatra.
Program edukasi, keterlibatan komunitas, dan partisipasi wisatawan dapat mencerminkan dukungan terhadap upaya konservasi yang sedang berlangsung.
Pusat konservasi ini juga berfungsi sebagai lokasi penelitian serta perlindungan habitat dalam kajian ilmiah tentang satwa dan ekosistem mereka, serta sebagai langkah dalam melindungi dan merestorasi hutan sebagai zona aman bagi orangutan ke depannya.
Orangutan Haven menjadi bukti nyata dalam usaha penyelamatan orangutan Sumatra di Indonesia.
Benar-benar menginspirasi, ya, Kawan GNFI!
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News