NovelHati Suhita yang ditulis oleh Khilma Anis memberikan gambaran yang rumit tentang kehidupan perempuan di lingkungan keluarga dan pesantren. Tokoh utama novel ini, Alina Suhita, menunjukkan perempuan yang tidak hanya menghadapi tekanan struktural dalam rumah tangga, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menangani konflik dalam pernikahan tanpa cinta.
Dalam artikel ini, kami akan membahas bagaimana sikap, tindakan, dan perkembangan emosional Alina sepanjang cerita mencerminkan ketahanan karakternya.
Konflik utama dalam novel ini berakar pada pernikahan Alina dengan Gus Birru, pewaris pesantren Al Anwar. Pernikahan ini bukan atas dasar cinta, melainkan kehendak orang tua.
Sejak awal, Alina sudah menyadari bahwa pernikahannya tidak diwarnai kasih sayang, melainkan kewajiban sosial dan kultural. Namun, ia tidak serta-merta menyerah pada nasib. Justru dari sinilah terlihat ketangguhan mental dan emosionalnya.
Salah satu bentuk ketahanan Alina tampak dari caranya merespons penolakan Gus Birru. Meskipun suaminya bersikap dingin dan menjaga jarak, Alina tidak membalas dengan kemarahan atau keputusasaan. Ia justru menjaga martabat dan kehormatan dirinya dalam diam. Dalam satu adegan, Alina berkata dalam hati, “Aku bukan perempuan sembarangan, aku tidak akan mengemis cinta dari laki-laki yang bahkan tidak bisa melihat keberadaanku sebagai istri” (hlm. 24). Kutipan ini mencerminkan keteguhan prinsip dan rasa harga diri yang tinggi dari karakter Alina.
Kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang konservatif dan menuntut menunjukkan kekuatan Alina. Ia mempertahankan identitasnya sebagai menantu kiai dengan penuh tanggung jawab. Alina tetap mandiri dalam pikiran dan tindakan bahkan ketika ia hanya menjadi "istri secara administratif" Gus Birru. Ia menunjukkan bahwa dia tidak pasif dengan mengambil bagian dalam kegiatan pesantren.
Pada satu titik, Alina menghadapi pilihan berat: bertahan dalam pernikahan yang hambar dan bukan atas dasar cinta atau mundur demi harga diri. Namun, ia memilih bertahan bukan karena lemah, tetapi karena memiliki tujuan yang lebih besar.
Ia ingin membuktikan bahwa perempuan bisa tetap bermartabat meski berada dalam situasi yang tidak ideal. Dalam dialog dengan dirinya sendiri, ia mengungkapkan, “Aku ingin menguat, bukan mengalah. Aku ingin tetap di sini, berdiri, bukan pergi” (hlm. 78).
Ketahanan emosional Alina juga terlihat ketika ia mengetahui bahwa Gus Birru masih menjalin hubungan dengan cinta lamanya atau biasa disebut dengan perselingkuhan, Rengganis. Alih-alih melabrak atau menunjukkan kecemburuan secara destruktif, Alina memilih jalan yang lebih dewasa.
Ia berdialog dengan Gus Birru, menunjukkan bahwa ia tidak akan memaksakan cinta, tetapi juga tidak akan merendahkan dirinya. “Aku tidak akan meminta, tidak akan memohon. Tapi aku juga tidak akan menyerah sebelum kamu tahu siapa aku sebenarnya” (hlm. 102). Sikap ini sangat keren karena, memperlihatkan keberanian untuk tetap hadir tanpa kehilangan harga diri pada diri Alina.
Berhasil mengubah sikap Gus Birru menunjukkan ketahanan Alina. Ia menunjukkan dengan lembut dan tegas bahwa cinta dapat berkembang dari penghormatan dan pemahaman tanpa paksaan. Bukan hanya karena waktu, tetapi karena Alina telah membuktikan dirinya sebagai perempuan yang kuat dan pantas dicintai, Gus Birru akhirnya mengakui Alina sebagai istrinya.
Kisah Alina dalam Hati Suhita menantang gagasan bahwa perempuan pasrah dalam lingkungan patriarkal. Meskipun dia tidak berbicara dengan keras, tindakannya menunjukkan kekuatan yang dalam. Ketahanan Alina bukanlah ketundukan; itu adalah keputusan sadar untuk tetap hidup tanpa mengorbankan harga diri.
Khilma Anis menyampaikan pesan melalui karakter Alina bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk bertahan dengan cara yang bermartabat. Pertengkaran atau pengunduran diri tidak selalu merupakan cara untuk menyelesaikan konflik rumah tangga; tapi, hal itu dapat diselesaikan dengan tetap tenang, sabar, dan percaya pada diri sendiri.
Alina adalah contoh perempuan yang berdaya di tengah keterbatasan dalam konteks sosial Indonesia yang sering menempatkan perempuan sebagai subordinat.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News