Bisnis rumah makan identik dengan masyarakat di Kota Tegal. Warung Tegal (Warteg) sangat mudah dijumpai di jalan-jalan Jabodetabek.
Kesuksesan mereka berbisnis rumah makan bisa di lihat di perkampungannya di Sidokatun, Tegal, Jawa Tengah. Bila diamati ada banyak rumah mewah hingga berlantai dua dengan desain terkini saat memasuki perkampungan ini.
Tak lain, deretan rumah tersebut memang milik para pengusaha Warteg yang sukses. Tetapi rumah-rumah yang berada di pelosok desa itu sering kosong karena ditinggal para pemiliknya merantau mencari penghidupan di area perkotaan.
“Kampung ini terkenal sebagai kampungnya bos warteg. Kampung ini berada di pelosok desa karena ujung kampung ini merupakan hamparan area persawahan. Ini banyak rumah bagus tapi kosong ya guys. Jadi mungkin ini pemiliknya juga baru pada bekerja di kota,” dilihat dari kanal YouTube Rizqunna Channel.
Sukses di perantauan
Pemilik video itu juga mewawancarai salah seorang pensiunan bos warteg ketika berkeliling kampung. Bos Warteg itu mengaku mempunyai bisnis rumah makan di area Tangerang, Banten.
Di usia senjanya kini, dia telah menitipkan usaha wartegnya itu kepada sang keponakan. Selain lantaran pensiun, dia mengaku jika putra-putrinya enggan meneruskan usaha sang ayah.
“Dulu saya sejak tahun 2009. Sekarang saya sudah pensiun empat tahun lalu. Sekarang warung saya di Tangerang dijaga sama keponakan. Anak sih ada empat tapi semua di pelayaran, enggak mau jaga warung,” terangnya.
Ketika memegang usahanya sendiri , dia mengaku pernah mendapat omzet harian luar biasa. Setiap harinya, dia mengaku mampu mengantongi pendapatan bersih sebanyak Rp500 ribu.
“Sekarang sudah pensiun, tinggal menikmati hasilnya. Dulu omzet saya sehari bisa sampai Rp2 juta kotornya ya, kalau bersih ya bisa lah Rp500 ribu,” ceritanya.
Perlu berjuang
Kisah serupa diceritakan oleh pemilik Warteg yang berada di Cikarang. Dia mengaku memiliki omzet harian yang tak kalah fantastis.
Setiap harinya, dia mengaku bisa mendapatkan penghasilan sebanyak Rp2 juta dari berjualan makanan khas warung tegal. Karena itu, dia mampu membangun rumah mewah di kampung halaman.
Meski mampu mendapatkan penghasilan fantastis, dia sendiri tak menampik kerasnya perjuangan membangun usaha. Jatuh bangun seringkali menjadi hal lumrah yang dialaminya selama mendirikan warteg.
“Suka dukanya ya pasti ada ya. Namanya orang usaha itu pasti menemui tantangan, dan itu selalu bertahap yang bikin kita harus siap,” cerita sang istri.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News