Indonesia Emas adalah gagasan dan visi yang lahir dari benak pemerintah RI dalam menatap usia bangsa yang ke-100 tahun pada 2045 nanti. Ada segumpal optimisme mencuat agar cita-cita itu benar-benar tercapai.
Salah satu alasan yang terkemuka adalah bonus demografi. Pemerintah percaya usia produktif akan melimpah di Indonesia dan itu akan berdampak ke pertumbuhan dan kemajuan khususnya di sektor ekonomi.
Di tengah optimisme yang menderu-deru tetap ada pesimisme tumbuh. Bonus demografi yang dielu-elukan dianggap bisa menjadi bumerang dengan berubah sedemikian rupa menjadi bencana demografi. Hal itu diyakini karena melihat situasi terkini di mana masih banyaknya permasalahan di lingkup pemerintah dan masyarakat yang tidak mencerminkan siap menjadi negara maju.
Rasa pesimisme yang meruncing membuat moto Indonesia Emas kerap dipelesetkan menjadi Indonesia Cemas. Mungkin sekadar gurauan, tapi juga bisa dibilang kritik tak langsung karena pelesetan itu buah refleksi dari permasalahan hari ini. Yang jelas, tak sedikit kalangan merasa pesimistis cita-cita Indonesia emas bisa tercapai.
Tokoh industri kreatif Indonesia yang merupakan salah satu pendiri M Bloc Group, Handoko Hendroyono menjadi sosok yang ikut menanggapi impian tersebut. Menurutnya, Indonesia Emas tetap bisa terwujud justru dari kecemasan-kecemasan yang lahir sejak dini.
Cemas Melahirkan Imajinasi
Energi negatif bisa diubah menjadi positif. Mental seperti itu dipakai Handoko dalam menyikapi kecemasan cita-cita Indonesia Emas. Ia menilai kecemasan memang patut dipelihara karena dapat mendorong keinginan menggapai impian Indonesia menjadi negara yang diinginkan pemerintah pada usia ke-100.
“Saya sih happy dengan kata-kata cemas karena balik lagi, saya enggak ngomong politik, saya ngomong lebih sebagai orang kreatif yang berimajinasi kalau kita enggak cemas enggak akan ada ide-ide cemerlang,” ucap Handoko kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Handoko juga menilai Indonesia Emas semestinya diwujudkan dengan sumber daya alam sendiri, jangan melulu fokus sifatnya yang materialistis. Semisal memanfaatkan kopi agar semakin diterima di dunia internasional yang bisa membuat Indonesia menjadi lebih terpandang dalam produksi komoditi tersebut.
“Jangan materialistis aja dan akhirnya enggak membahagiakan. Harusnya kecemasan itu dipelihara untuk emas yang sebenarnya. Mau itu black gold, blue gold. Misalnya blue gold dari langit biru yang dihasilkan hutan-hutan Indonesia, black gold dari kopi,” ucapnya lagi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
