Kawan GNFI, dalam beberapa tahun terakhir, stevia telah menjadi salah satu alternatif pemanis yang populer, terutama bagi konsumen yang ingin mengurangi asupan gula tanpa mengorbankan rasa manis.
Stevia diekstrak dari daun Stevia rebaudiana, tumbuhan yang secara alami mengandung senyawa pemanis seperti steviosida dan rebaudiosida. Senyawa ini diketahui memiliki tingkat kemanisan hingga 100-300 kali lebih tinggi dari sukrosa, tetapi dengan kalori yang hampir nol.
Beberapa penelitian telah dilakukan pada manusia dan hewan untuk mengevaluasi keamanan konsumsi stevia. Salah satu fokus utamanya adalah pengaruh stevia terhadap kadar insulin dan glukosa darah pada penderita diabetes mellitus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mengonsumsi stevia memiliki kadar gula darah yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mengonsumsi stevia.
Meskipun ada peningkatan kadar insulin pada kelompok yang mengonsumsi stevia, perubahan tersebut tidak signifikan dan jumlahnya pun kecil. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa stevia aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Hasil pemantauan juga menunjukkan bahwa stevia tidak membahayakan pasien obesitas, sehingga dapat pula dikonsumsi oleh kelompok ini.
Selain itu, terdapat studi tambahan yang meneliti hubungan antara konsumsi stevia dan perubahan tekanan darah. Penelitian dilakukan dengan metode double-blind, membagi responden menjadi dua kelompok: satu mengonsumsi stevia dan satu lagi placebo, selama 12 minggu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi stevia berkontribusi dalam penurunan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik. Efek ini menjadikan stevia sebagai alternatif pemanis yang potensial tidak hanya bagi penderita diabetes, tapi juga untuk mereka yang memiliki hipertensi.
Namun, di balik popularitasnya, penting bagi kita untuk memahami bahwa tidak semua pemanis alami aman dikonsumsi tanpa batas.
Oleh karena itu, analisis keamanan stevia dalam makanan dan minuman menjadi sangat penting, baik dari sisi toksikologi, batas konsumsi harian, interaksi dengan bahan lain, hingga dampaknya terhadap kesehatan dalam jangka panjang.
Batas Aman Konsumsi Stevia
Pada tahun 2006, dalam literatur Pujiastuti et al. (202),WHO menyatakan bahwa stevia tidak menunjukkan sifat mutagenik atau karsinogenik, serta memiliki potensi memberikan manfaat farmakologis bagi penderita hipertensi dan diabetes tipe 2.
FDA sendiri menetapkan batas aman konsumsi harian stevia sebesar 4 mg per kilogram berat badan.
Batas ini ditetapkan setelah melalui berbagai uji keamanan. Jika dikonsumsi melebihi batas atau dicampur sembarangan dengan bahan lain tanpa pengujian yang jelas, dapat menimbulkan efek samping yang belum kita ketahui sepenuhnya.
Pengaruh pada Pencernaan dan Tubuh
Stevia tidak menaikkan gula darah, jadi aman untuk penderita diabetes. Namun, para peneliti masih mempelajari apakah stevia memengaruhi bakteri baik di usus yang penting untuk pencernaan dan kekebalan tubuh.
Risiko Alergi dan Efek Samping
Meski sangat jarang, ada orang yang mungkin alergi terhadap stevia, terutama jika bentuknya belum benar-benar murni. Maka dari itu, produk berbahan stevia harus diuji terlebih dahulu agar aman dikonsumsi oleh semua orang.
Perlu Standar yang Jelas
Tidak semua produk yang mengklaim “mengandung stevia” benar-benar aman atau memiliki kualitas yang sama. Proses pembuatan dan pengolahan stevia harus sesuai standar. Di sinilah pentingnya pengujian di laboratorium untuk memastikan produk benar-benar aman dan sesuai aturan.
Apa yang Perlu Dianalisis?
Analisis Proksimat
Analisis proksimat pada stevia (Stevia rebaudiana) untuk menentukan komposisi kimia utama suatu bahan makanan. Parameter yang diukur meliputi kadar air, abu, protein, lemak, serat kasar, dan karbohidrat.
Analisis ini penting untuk mengevaluasi nilai gizi dan kestabilan produk berbasis stevia, baik dalam bentuk daun kering, bubuk, maupun ekstrak serta potensi penggunaan bahan pangan dalam formulasi produk.
Analisis Kadar Gula (% Brix)
Analisis kadar gula dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer untuk mengukur total padatan terlarut dalam larutan ekstrak stevia, yang secara umum diasosiasikan dengan kandungan steviosida dan senyawa manis lainnya.
Analisis Gugus Fungsi dengan FTIR
Untuk memastikan bahwa cairan hasil ekstraksi benar-benar mengandung zat manis dari stevia, peneliti menggunakan alat khusus bernama FTIR.
Alat ini memeriksa jenis-jenis senyawa di dalam larutan berdasarkan getaran ikatan kimianya. Hasilnya menunjukkan bahwa zat manis (steviosida) memang ada, meskipun masih tercampur dengan beberapa senyawa lain.
Analisis Indeks Bias
Indeks bias diukur untuk mengukur bagaimana cahaya dibelokkan saat melewati larutan. Ini dilakukan untuk mengetahui seberapa pekat dan bersih larutan tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa larutan cukup pekat dan mengandung banyak zat terlarut, termasuk steviosida.
Analisis pada stevia itu penting agar kita tahu bahwa stevia bukan cuma sekadar manis dan rendah kalori, tapi juga benar-benar aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, stevia juga bisa memberi manfaat bagi kesehatan, sehingga cocok digunakan sebagai pengganti gula, terutama bagi orang yang punya penyakit seperti diabetes, kegemukan (obesitas), atau tekanan darah tinggi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News