Azka Alfi Rijalul Fikri adalah ilustrator Indonesia yang sudah dikenal di dunia sepak bola. Gambar-gambarnya perihal sepak bola kerap mejeng di lintas platform, dari media sosial sampai media cetak.
Pandai melahirkan karya seni lewat tangannya, sosok asal Temanggung, Jawa Tengah tersebut menariknya bukanlah lulusan sekolah seni. Meski jago gambar, Azka mengenyam bangku pendidikan tinggi di jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro, Kota Semarang.
Namun, setelah lulus Azka lebih memilih menjalani minat bakatnya. Dan kini, ia sukses menjadi ilustrator yang dipercaya pemain maupun tim sepak bola dalam dan luar negeri.
Seolah tak ada tantangan berarti bagi Azka karena ia dipersenjatai kreativitas sehingga bisa mendapatkan hasil positif dari pekerjaan dan hal yang ia cintainya yaitu sepak bola. Akan tetapi, ilustrator dewasa ini mendapat “lawan” berat yaitu artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Tinggal masukkan prompt, maka jadilah sudah gambar yang dimau. Azka selaku ilustrator sadar akan hal itu dan ikut menanggapi maraknya penggunaan AI di masyarakat dan dampaknya bagi teman-teman satu profesinya.
AI di Mata Ilustrator
Awal tahun 2025 dunia internet dihebohkan gambar ala Studio Ghibli. Banyak dari pengguna media sosial mencoba tren tersebut dengan mengubah wajah mereka ala kartun buatan Hayao Miyazaki itu dan dibagikan di berbagai platform. Tren tersebut pun semakin mendapat perhatian lebih karena ada sejumlah pihak yang mencoba menarik keuntungan dengan membuka jasa membuat gambar ala Ghibli melalui AI.
Orang-orang yang kontra lalu bermunculan. Bagi mereka, AI sudah sangat bablas karena tidak menghormati Miyazaki sebagai kreator asli kartun Ghibli yang sejak awal tak menyukai karya hasil kreasi kecerdasan buatan.
Bagi Azka sendiri, karya buatan AI sama sekali tidak orisinal. Baginya penggunaan AI tidak selaras dengan cara kerjanya yang mengutamakan emosi dan riset dalam berkarya.
“Aku senang riset dan aku senang gambar. Ada urutannya, alurnya, aku bisa bikin dan punya pasar sendiri. Kalau mereka (pengguna AI) mau pakau itu dan pakai pasar mereka itu oke-oke aja,” ucap Azka kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Kegelisahan sebenarnya terjadi di komunitas ilustrator akan keberadaan AI, dan Azka melihat itu. Ia pun melihat beberapa teman seprofesinya terbagi menjadi dua kubu, yang melawan dan bersahabat.
“Beberapa respons ta dapetin dari teman-teman ada yang bersahabat dengan AI. Istilahnya bersahabat dengan AI atau ngelawan. ‘Oh, aku enggak bisa nih kayak gini, harus ngasih lebih ke klien, harus nilai plus’. Nilai plusnya masih ngulik juga gitu loh. Mau diapain yang AI enggak bisa tuh apa? Kan AI bisa semua,” ucap sosok yang menggilai klub Liverpool tersebut.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News