Wilmar Group kembali menjadi sorotan publik setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita dana sebesar Rp 11,8 triliun dari lima anak usahanya dalam kasus dugaan korupsi ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya.
Kelima perusahaan yang ditetapkan sebagai terdakwa dalam perkara ini adalah PT Multimas Nabati Asahan, PT Multimas Nabati Sulawesi, PT Sinar Alam Permai, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, dan PT Wilmar Nabati Indonesia.
Siapa Pemilik Wilmar Group?
Wilmar International Limited, induk dari Wilmar Group, didirikan pada 1 April 1991 oleh dua tokoh besar di industri agribisnis Asia, yaitu Kuok Khoon Hong dan Martua Sitorus.
Perusahaan pertama yang mereka bangun adalah Wilmar Trading Pte Ltd di Singapura, yang saat itu hanya memiliki lima karyawan dan modal awal sebesar 100.000 dolar AS.
Dalam waktu singkat, mereka memperluas bisnis ke Indonesia, dimulai dengan membuka perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektar di Sumatera Barat lewat PT Agra Masang Perkasa.
Kuok Khoon Hong saat ini menjabat sebagai Chairman sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Wilmar Group. Ia merupakan lulusan Administrasi Bisnis dari University of Singapore dan memiliki pengalaman lebih dari lima dekade dalam industri biji-bijian dan minyak nabati.
Selain memimpin operasional Wilmar, ia juga duduk dalam berbagai komite internal perusahaan, seperti Komite Eksekutif, Komite Pembelian Saham, Komite Manajemen Risiko, Komite Nominasi, dan Komite Keberlanjutan.
Ia juga memegang jabatan direktur di sejumlah entitas besar seperti Shree Renuka Sugars Limited, Yihai Kerry Arawana Holdings, dan Adani Wilmar Limited.
Struktur kepemilikan Wilmar Group melibatkan dua pemegang saham utama, yakni Kuok Group dan Archer Daniels Midland Company (ADM), yang menjadi pemilik melalui Archer Daniels Midland Asia-Pacific Limited.
Kekayaan Kuok Khoon Hong
Menurut laporan terbaru dari Forbes per 18 Juni 2025, Kuok Khoon Hong diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar US$ 3,4 miliar atau setara Rp 54,4 triliun, sehingga menjadi salah satu orang terkaya di dunia dengan peringkat ke-1.222.
Kekayaan tersebut sebagian besar berasal dari berbagai lini bisnis yang dijalankan Wilmar Group. Pada tahun 2020, ia mencatatkan anak perusahaan Wilmar di Bursa Saham Shenzhen, Tiongkok, melalui entitas Yihai Kerry Arawana.
Selain dari sektor agribisnis, Kuok Khoon Hong juga berinvestasi di berbagai sektor properti dan keuangan. Ia tercatat sebagai pemegang saham di Yanlord Land, perusahaan milik miliarder Zhong Sheng Jian, dan Perennial Real Estate Holdings.
Di luar Asia, ia juga merupakan salah satu pemilik Aviva Tower di London bersama rekan bisnisnya, Martua Sitorus.
Perjalanan dan Ekspansi Bisnis Wilmar Group
Wilmar Group berkembang pesat sejak awal berdirinya. Setelah mendirikan perkebunan di Sumatera Barat, perusahaan ini terus melakukan ekspansi dengan membangun kilang dan mengakuisisi pabrik-pabrik di berbagai wilayah seperti Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Barat.
Pada awal 2000-an, Wilmar mulai memasarkan produk minyak goreng dengan merek sendiri, seperti Sania, Fortune, Siip, dan Sovia.
Tahun 2005 menjadi tonggak penting ketika Wilmar mengakuisisi PT Cahaya Kalbar Tbk, produsen lemak dan minyak khusus untuk industri makanan. Setahun setelahnya, Wilmar Trading Pte Ltd resmi berubah nama menjadi Wilmar International Limited dan kembali melantai di Bursa Singapura.
Hingga akhir tahun 2020, Wilmar tercatat memiliki lahan tanam seluas 232.053 hektar, di mana 65 persen di antaranya berada di Indonesia.
Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah, sedangkan sisanya berada di Malaysia, Uganda, dan Afrika Barat. Selain itu, Wilmar mengelola lebih dari 35.000 hektar lahan milik petani kecil dan bermitra dengan komunitas petani di Indonesia dan Afrika.
Kini, Wilmar tidak hanya dikenal sebagai produsen minyak sawit mentah, tetapi juga sebagai produsen minyak goreng kemasan terbesar di dunia.
Di luar produk minyak goreng, perusahaan ini juga memproduksi beras, mie, tepung, bumbu masak, dan bahkan pupuk. Untuk sektor pupuk, kapasitas produksinya mencapai 1,2 juta metrik ton per tahun dan difokuskan untuk mendukung sektor kelapa sawit.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News