sejarah balai pustaka - News | Good News From Indonesia 2025

Sejarah Balai Pustaka, Melahirkan Ragam Buku Bahasa Daerah dan Sastra

Sejarah Balai Pustaka, Melahirkan Ragam Buku Bahasa Daerah dan Sastra
images info

Sejarah Balai Pustaka, Melahirkan Ragam Buku Bahasa Daerah dan Sastra


Sastra menyajikan alam pemikiran dan jati diri pengarangnya yang seringkali membawa kultur yang ada di diri penulisnya. Bahasa pun menjadi salah satu simbol yang disajikan sastra. Tidak sedikit karya prosa, seperti novel, puisi, cerita pendek, dan sebagainya, hadir dengan bahasa daerah. Salah satu pelopor terbitnya karya sastra berbahasa daerah yang terbit ialah Balai Pustaka.

Balai Pustaka dahulunya lahir dari kepentingan pemerintah kolonial, tetapi dianggap berperan pula dalam mencetak dan mendistribusikan buku-buku berbahasa daerah. Kehadiran buku-buku terbitan Balai Pustaka melengkapi aneka ragam bahasa yang ada di Indonesia.

Mari kita ulik bersama sejarah kehadiran Balai Pustaka hingga terbitnya ragam buku bahasa daerah, yuk, Kawan GNFI! 

baca juga

Sejarah Berdirinya Balai Pustaka

Ruang kerja Balai Pustaka | Foto: Dokumentasi Pribadi
info gambar

Ruang kerja Balai Pustaka | Foto: Dokumentasi Pribadi di buku "dari Buku ke Buku"


Berdasarkan catatan yang tercantum dalam buku Indonesia Poenja Tjerita, pada abad ke-19 orang-orang Tionghoa peranakan telah menerbitkan surat kabar, majalah, dan buku sastra dalam bahasa Melayu Tionghoa dan Melayu Pasar atau dapat disebut bahasa Melayu Rendah. Menjelang abad ke-20 jumlah masyarakat melek huruf semakin banyak.

Oleh karena itu, pemerintah Hindia Belanda merasa perlu untuk “memelihara kepandaian membaca”, “memenuhi kegemaran membaca”, “menambah pengetahuan”, dan “menjauhkan masyarakat dari pengaruh buku-buku yang berbau politik dan anti pemerintah”.

Berdasarkan tujuan tersebut, dari sinilah dibentuk badan bernama Commissie voor de Inlandsche School en Volkslectuur (Komisi Bacaan Rakyat) pada 14 September 1908. Tugas utamanya ialah memberikan pertimbangan kepada Departemen Pengajaran masa kolonial untuk memilih naskah yang akan terbit sebagai buku bacaan sekolah-sekolah pribumi dan bacaan rakyat.

Demi mempercepat penanganan penerbitan bacaan rakyat, dalam kurun waktu selanjutnya dibangunlah Kantoor voor de Volkslectuur bernama Balai Poestaka pada tanggal 22 September 1917. Kehadiran Balai Pustaka pada masa kolonial Belanda berhasil memonopoli penerbitan buku khususnya buku-buku pelajaran dan buku bacaan umum.

Penerbitan Buku dalam Bahasa Daerah

Data jumlah buku yang diterbitkan dalam bahasa daerah | Foto: Dokumentasi Pribadi dari buku Balai Pustaka Sewadjarnya
info gambar

Data jumlah buku yang diterbitkan dalam bahasa daerah | Foto: Dokumentasi Pribadi dari buku "Balai Pustaka Sewadjarnya"


Saat tahun 1917–1942, Balai Pustaka membagi jenis terbitan menjadi tiga jenis seri, yaitu seri A, seri B, dan Seri C. Seri A untuk bacaan anak dalam bahasa Melayu dan daerah, seri B sebagai bacaan hiburan dan penambah pengetahuan untuk orang dewasa dalam bahasa daerah, dan seri C yang serupa dengan seri B, tetapi ditujukan untuk orang yang telah lebih luas pengetahuannya tentang bahasa Melayu.

Buku-buku terbitan Balai Pustaka didistribusi melalui Taman Pustaka. Berdasarkan temuan data oleh Christantiowati dalam buku Bacaan Anak Indonesia Tempo Doeloe, pada tahun 1931 jumlah Taman Pustaka berkembang pesat. Sebanyak 1326 di daerah berbahasa Jawa, 447 di daerah berbahasa Sunda, 115 di daerah berbahasa Madura, dan 745 di daerah berbahasa Melayu.

Balai Pustaka melakukan terobosan baru ketika tahun 1925 tiba, yakni mengadakan empat mobil keliling yang menjajakan dan meminjamkan buku terutama di pelosok Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Melihat terobosan cermelang tersebut, kelahiran Balai Pustaka bukan hanya untuk mencetak buku bacaan bagi masyarakat Hindia Belanda, tetapi sekaligus bertugas mendistribusikannya ke setiap daerah di Hindia Belanda.

Mengutiip dari buku Ikhtisar Sastra Indonesia, diketahui bahwa Balai Pustaka menerbitkan buku-buku bacaan dalam berbagai bahasa. Terdapat buku bacaan bahasa Sunda, Jawa, Madura, Belanda, Padang, dan bahasa Melayu. Tidak hanya itu, Kawan GNFI, Balai Pustaka mengumpulkan cerita-cerita yang hidup dan berkembang di berbagai daerah dari seluruh Nusantara.

Saat tahun 1920, penerbitan buku berbahasa Jawa tercatat paling banyak dibanding buku berbahasa daerah yang lain. Terdapat 200 judul buku berbahasa Jawa. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pembaca di Jawa dan sering digunakan pada sekolah-sekolah modern di Jawa.

Kemudian pada tahun 1923, barulah Balai Pustaka menyediakan katalog berisi 608 judul karya dalam empat bahasa. Empat bahasa daerah mendominasi karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka, yaitu bahasa Jawa, Melayu, Sunda, dan Madura.

baca juga

Beragam Buku Berhasil diterbitkan Balai Pustaka

Tidak hanya buku-buku berbahasa daerah saja yang berhasil diterbikan Balai Pustaka, Kawan GNFI. Tepatnya di tahun 1931, lahirlah buku sastra berbahasa Bali berjudul Nemoe Karma oleh I Wayan Gobiah. Buku ini termasuk dalam novelet dengan tebal 64 halaman dan didapuk sebagai sastra modern Bali pertama yang terbit.

Selain roman atau novel, Balai Pustaka menerbitkan buku pengetahuan di bidang kesehatan yang hadir dalam bahasa Jawa, Melayu, dan Sunda. Beberapa bukunya berjudul Penjakit Mata oleh Dr. G. Bakker, Penjakit Perempoean oleh Dr. F.W. van Haeften, dan seterusnya. Buku-buku ini awalnya ditulis dalam bahasa Belanda, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, Jawa, dan Sunda.

Ada pula buku anak dengan berbagai bahasa daerah yang mewarnai katalog Balai Pustaka dalam 6 bahasa. Bahasa yang tersedia pada buku anak, yaitu Melayu, Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Kaili. Serta, berbagai buku anak berhasil terbit dengan tiga aksara, seperti aksara Latin, Jawa, dan Bali. Buku anak berupa cerita rakyat, dongeng, dan buku anak dari bahasa asing yang diterjemahkan ke dalam bahasa daerah.

baca juga

Demikian sejarah tentang Balai Pustaka dan buku-buku yang diterbitkan sepanjang penerbit ini hadir melengkapi koleksi sastra di Indonesia. Kawan GNFI tertarik membaca buku bahasa daerah maupun terbaru dari Balai Pustaka?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DS
AW
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.