Ketika dunia makin sibuk mencari ketenangan jiwa, Bali sudah lebih dulu menyuguhkannya lewat jalan yang berbeda, yakni wellness berbasis kearifan lokal.
Bukan sekadar spa modern beraroma lavender, tapi sebuah pengalaman utuh yang menyentuh jiwa dan raga.
Wellness tourism di Bali bukan tren baru. Sejak awal 2000-an, Bali telah merintis paket wisata yang memadukan keindahan alam, kekayaan budaya, dan praktik penyembuhan tradisional.
Kini, ketika negara-negara Asia Tenggara berlomba membangun rumah sakit modern untuk menarik wisatawan medis, Bali justru memperkuat posisinya sebagai destinasi wellness holistik yang otentik. Dunia pun mulai melirik.
Tradisi, Spiritualitas, dan Ketahanan Budaya
Menurut I Made Mendra Astawa, pegiat pariwisata Bali, kekuatan utama wellness Bali terletak pada pendekatan holistik berbasis budaya.
Di sini, spa bukan sekadar perawatan tubuh, tetapi bagian dari ritual penyucian diri. Lulur coklat, scrub kopi, dan aromaterapi dikombinasikan dengan meditasi, yoga, pelukatan, hingga singing bowl. Semuanya bertujuan menyelaraskan tubuh, pikiran, dan jiwa.
“Bali mengemas wellness sebagai pengalaman spiritual, bukan sekadar medis. Ini yang membedakan kami dengan Thailand atau Singapura,” ungkap Mendra.
Tak hanya hotel-hotel bintang lima di Ubud yang menawarkan paket ini. Banyak desa wisata mulai mengembangkan program serupa. Wisatawan diajak menginap di homestay, mengikuti blessing atau meditasi pagi, dan menjalani pengalaman perawatan tradisional yang menyentuh sisi batin mereka.
Wellness Holistik, Daya Tarik Global yang Tak Tergantikan
Di tengah tren global tentang penyembuhan alternatif, wisatawan, khususnya dari Eropa dan Amerika, kian tertarik pada pendekatan non-medis yang menyatu dengan alam dan budaya. Bali, dengan nuansa tropis dan spiritual yang kuat, menjadi magnet tersendiri.
Meski negara lain mengembangkan medical tourism dengan rumah sakit berteknologi canggih, Bali punya kekuatan lain yang sulit ditiru, yakni nuansa magis dan spiritualitas hidup dalam masyarakatnya.
Hal ini membuat pengalaman wellness di Bali terasa lebih personal, menyeluruh, dan menyentuh sisi emosional wisatawan.
Pemerintah pun melihat potensi ini. Salah satunya dengan mendorong sertifikasi bagi para terapis agar memiliki daya saing. Lahirnya Bali Wellness Spa Association menjadi tonggak penting dalam penguatan kapasitas SDM lokal.
Menuju Pariwisata Berkelanjutan Lewat Wellness
Dampak wellness tourism tak hanya dirasakan pelaku industri, tapi juga masyarakat lokal.
Ketika desa wisata ikut terlibat, ekonomi kerakyatan bisa tumbuh. Kegiatan seperti yoga bersama di bale banjar, meditasi di pinggir sawah, atau blessing di pura desa membuka peluang inklusi dan pelestarian budaya.
Bila sudah memiliki pengemasan yang tepat dan promosi yang konsisten, Bali berpeluang besar menegaskan dirinya bukan sekadar tujuan wisata, tapi destinasi penyembuhan holistik dunia. Dan di tengah dunia yang semakin bising, Bali hadir menawarkan ketenangan yang nyata, bukan lewat mesin, tapi lewat kearifan.
“Kita tidak perlu ikut bersaing dalam sisi modern. Justru kembali ke kearifan lokal adalah jawabannya,” ujar Mendra.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News