legenda plintheng semar di wonogiri jawa tengah peluru besar yang mengalahkan raksasa - News | Good News From Indonesia 2025

Legenda Plintheng Semar di Wonogiri Jawa Tengah, Peluru Besar yang Mengalahkan Raksasa

Legenda Plintheng Semar di Wonogiri Jawa Tengah, Peluru Besar yang Mengalahkan Raksasa
images info

Legenda Plintheng Semar di Wonogiri Jawa Tengah, Peluru Besar yang Mengalahkan Raksasa


Plintheng Semar merupakan salah satu monumen yang bisa Kawan jumpai di daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Terdapat sebuah legenda yang menceritakan tentang asal usul dari Plintheng Semar tersebut dulunya.

Bagaimana kisah dari legenda Plintheng Semar yang ada di Wonogiri, Jawa Tengah tersebut?

Legenda Plintheng Semar

Dilihat dari buku Wahyu Setyorini dan Tim Wong Indonesia Nulis yang berjudul 78 Legenda Ternama Indonesia, alkisah terdapat empat orang abdi Pandawa yang dikenal dengan nama Punakawan. Keempat abdi Pandawa ini adalah Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.

Semar merupakan pemimpin dari Punakawan. Dirinya juga merupakan ayah dari Gareng, Petruk, dan Bagong.

Mereka berempat selalu mengikuti ke mana saja Pandawa pergi. Mereka akan selalu siap melindungi tuannya tersebut dari berbagai macam bahaya yang mungkin menghampiri.

Pada suatu waktu, Pandawa tengah pergi ke Grojogan Sewu untuk pergi bertapa. Para Punakawan juga ikut serta untuk menjaga daerah Grojogan Sewu dari gangguan jin, raksasa, maupun makhluk lainnya.

Ketika hendak berpatroli, Semar menanyakan kondisi ketiga anaknya. Semar bertanya apakah ketiga anaknya mampu menjaga gerbang tempat pertapaan tersebut selagi dirinya pergi berpatroli ke daerah sekitar.

Gareng sebagai anak tertua mencoba meyakinkan sang ayah. Dia berkata bahwa mereka akan mampu menjaga wilayah tersebut selagi sang ayah mulai berpatroli.

Bagong kemudian menimpali perkataan kakaknya. Dia berkata bahwa semua musuh yang datang akan mudah mereka kalahkan karena energi yang dimilikinya jauh lebih kuat.

Semar kemudian menegur perkataan anak bungsunya tersebut. Dia berkata bahwa mereka tidak boleh takabur dengan kemampuan sendiri.

Petruk kemudian menengahi pembicaraan tersebut. Dia meyakinkan sang ayah bahwa situasi di sana akan baik-baik saja.

Akhirnya Semar menyerahkan penjagaan daerah itu kepada ketiga anaknya. Semar kemudian terbang ke angkasa untuk pergi berpatroli.

Baru saja Semar terbang, dirinya langsung mendengar dentuman besar dari arah belakang. Semar kemudian memutuskan untuk terbang kembali ke tempat tersebut.

Di sana dia mendapati Gareng, Bagong, dan Petruk sudah tersungkur tak berdaya. Ternyata ketiga putranya tengah menghadapi sosok raksasa yang memegang gada.

Semar kemudian membuat dinding pelindung tak kasat mata untuk melindungi ketiga anaknya. Setelah berhasil menghalangi serangan raksasa tersebut, Semar memerintahkan ketiga anaknya untuk menyelamatkan diri.

Sejurus kemudian, Semar mulai melancarkan berbagai macam serangan kepada raksasa tersebut. Namun raksasa itu bisa menerima semua serangan Semar tanpa terluka sedikit pun.

Semar kemudian mencari cara agar bisa mengalahkan sang raksasa. Dirinya kemudian membuat sebuah bayangan untuk mengalihkan perhatian sang raksasa.

Setelah itu, Semar memutuskan untuk bermeditasi. Dia meminta petunjuk kepada Tuhan agar bisa mendapatkan cara untuk mengalahkan raksasa tersebut.

Semar pun akhirnya mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Dia diberikan sebuah "plintheng" atau peluru ketapel raksasa.

Setelah itu, Semar diperintahkan untuk membuat katapel agar bisa melontarkannya. Semar pun menuruti perintah tersebut dan membawa katapel beserta plintheng ke medan pertempuran.

Sekembalinya di sana, Semar langsung melontarkan peluru tersebut ke arah raksasa tersebut. Peluru itu berhasil mengenai sang raksasa dan terlontar jauh ke arah selatan.

Raksasa tersebut akhirnya terjatuh kesakitan. Dirinya meminta ampun kepada Semar agar tidak menghabisinya.

Semar pun akhirnya mengampuni raksasa itu. Namun dia memberikan syarat agar raksasa tersebut tidak mengganggu setiap orang yang bertapa di Grojogan Sewu.

Raksasa pun bersedia memenuhi persyaratan dari Semar. Dirinya kemudian berterima kasih dan pergi dari sana.

Sesaat kemudian, dentuman keras berbunyi dari arah selatan. Ternyata plintheng Semar tersebut jatuh di bawah sebuah pohon asam besar di wilayah perbukitan.

Konon peluru inilah yang kemudian dikenal sebagai Monumen Plintheng Semar yang ada di daerah Wonogiri, Jawa Tengah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.