apa itu malam satu suro simak larangan dan pandangan dalam islam - News | Good News From Indonesia 2025

Apa Itu Malam Satu Suro? Simak Larangan dan Pandangan dalam Islam

Apa Itu Malam Satu Suro? Simak Larangan dan Pandangan dalam Islam
images info

Apa Itu Malam Satu Suro? Simak Larangan dan Pandangan dalam Islam


Malam Satu Suro menjadi salah satu momen sakral dalam kalender Jawa yang penuh makna dan simbolisme. Bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah, malam ini tidak hanya dipandang sebagai awal tahun baru Islam, tetapi juga memiliki tempat istimewa dalam budaya masyarakat Jawa.

Banyak tradisi, larangan, dan pandangan keagamaan yang menyertainya. Lantas, apa sebenarnya makna malam Satu Suro? Apa saja larangannya, dan bagaimana pandangan Islam terhadap malam ini?

Apa Itu Malam Satu Suro?

Malam Satu Suro adalah malam yang menandai awal bulan Suro dalam penanggalan Jawa, yang bertepatan dengan malam 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Suro sendiri diambil dari kata “Asyura” dalam bahasa Arab, yang berarti sepuluh, merujuk pada hari ke-10 bulan Muharram yang memiliki keutamaan tersendiri dalam Islam.

Namun dalam konteks budaya Jawa, malam Satu Suro memiliki makna lebih luas. Malam ini dipercaya sebagai waktu keramat dan penuh aura mistis. Banyak masyarakat Jawa yang menghindari aktivitas tertentu pada malam ini karena diyakini sebagai malam ketika dunia spiritual sedang sangat aktif. Oleh karena itu, tidak jarang ditemui berbagai ritual adat, seperti tirakat, kungkum (berendam di sungai), tapa bisu (berdiam diri tanpa berbicara), hingga doa-doa keselamatan yang dilakukan di malam tersebut.

baca juga

Larangan Saat Malam Satu Suro

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam Satu Suro bukanlah malam yang biasa. Ada berbagai pantangan yang dipercaya dapat membawa sial jika dilanggar. Berikut ini beberapa larangan umum yang diyakini dan masih dijalankan sebagian masyarakat hingga saat ini:

1. Tidak Keluar Rumah di Malam Hari

Keluar rumah pada malam Satu Suro dipercaya dapat membawa petaka, karena diyakini roh halus sedang berkeliaran. Oleh karena itu, banyak orang memilih untuk berdiam diri dan memperbanyak doa atau zikir di rumah.

2. Larangan Menggelar Hajatan

Mengadakan pesta pernikahan, khitanan, atau acara besar lainnya di malam Satu Suro dianggap tidak membawa berkah dan bahkan bisa mendatangkan malapetaka. Karena itu, banyak keluarga menunda hajatan hingga bulan berikutnya.

3. Tidak Melakukan Perjalanan Jauh

Bepergian di malam ini dipercaya berisiko tinggi karena dianggap rawan kecelakaan atau gangguan non-fisik. Larangan ini biasanya sangat dihormati oleh masyarakat Jawa yang masih memegang adat.

4. Menghindari Pertengkaran

Malam Satu Suro diyakini sebagai malam yang sensitif secara spiritual. Maka, emosi dan konflik sebisa mungkin dihindari agar tidak mengundang energi negatif.

5. Tidak Menunjukkan Sifat Sombong

Kepercayaan Jawa mengajarkan untuk menjaga perilaku pada malam ini, termasuk tidak bersikap angkuh, karena malam ini adalah saat untuk introspeksi dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Pantangan-pantangan ini meskipun tidak memiliki dasar ilmiah, tetap dijalankan sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi leluhur dan kearifan lokal.

Pandangan Islam tentang Malam Satu Suro

Secara Islam, malam Satu Suro bertepatan dengan malam 1 Muharram, yang merupakan salah satu bulan suci dalam Islam. Muharram adalah bulan yang dimuliakan, dan Rasulullah SAW menyebutnya sebagai bulan Allah. Banyak amalan baik yang dianjurkan pada bulan ini, seperti puasa Tasu’a dan Asyura, serta memperbanyak ibadah dan doa.

Namun, terkait keyakinan tentang aura mistis, roh gentayangan, atau larangan-larangan tertentu yang tidak memiliki dasar syariat, Islam memandang hal tersebut sebagai bagian dari khurafat (keyakinan tanpa dasar agama). Menurut pandangan ulama, tidak ada larangan khusus dalam Islam untuk keluar rumah, bepergian, atau mengadakan hajatan di malam 1 Muharram. Segala sesuatu yang terjadi tetap dalam kekuasaan Allah, bukan karena malam tersebut dianggap “angker”.

Dalam skripsi karya Isdiana dari UIN Raden Intan Lampung, dijelaskan bahwa sebagian masyarakat masih mencampurkan nilai-nilai budaya dengan ajaran agama dalam memperingati malam Satu Suro. Hal ini sah-sah saja selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akidah Islam, seperti tidak meyakini bahwa malam tertentu memiliki kekuatan gaib yang bisa mencelakakan manusia.

Sebaliknya, Islam mendorong umatnya untuk menjadikan malam 1 Muharram sebagai momentum muhasabah diri dan awal perubahan ke arah yang lebih baik. Bukan dengan rasa takut akan sial, melainkan dengan memperkuat niat untuk menjadi pribadi yang lebih taat dan bertakwa.

baca juga

Malam Satu Suro merupakan momen spiritual yang kental dengan tradisi Jawa sekaligus bertepatan dengan awal Muharram dalam kalender Islam. Meski identik dengan berbagai larangan dan ritual adat, Islam memaknainya sebagai waktu yang mulia untuk memperbanyak ibadah dan refleksi diri.

Selama tidak bertentangan dengan syariat, tradisi bisa tetap dijaga sebagai bagian dari kearifan lokal. Gunakan malam ini sebagai ajang introspeksi dan memperkuat keimanan untuk menyambut tahun baru dengan semangat positif.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
AN
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.