pendakian gunung rinjani dalam catatan sejarah frusthorfer akhir abad 19 - News | Good News From Indonesia 2025

Pendakian Gunung Rinjani dalam Catatan Sejarah Frusthorfer Akhir Abad 19

Pendakian Gunung Rinjani dalam Catatan Sejarah Frusthorfer Akhir Abad 19
images info

Pendakian Gunung Rinjani dalam Catatan Sejarah Frusthorfer Akhir Abad 19


Gunung Rinjani merupakan salah satu medan pendakian yang tidak boleh dilewatkan bagi para pendaki yang ingin menamatkan gunung-gunung di Indonesia. Ketertarikan akan pendakian Gunung Rinjani ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada saat sekarang saja.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa pendakian Gunung Rinjani juga dilakukan oleh orang-orang di masa lalu. Bahkan pendakian gunung yang ada di Lombok, Nusa Tenggara Barat ini sudah dilakukan jauh sebelum Indonesia merdeka.

Salah satu pendakian Gunung Rinjani yang pernah dilakukan di masa lampau adalah perjalanan Fruhstorfer pada 1890-an. Peneliti asal Jerman ini diketahui pernah melakukan pendakian ke Gunung Rinjani pada saat kunjungannya ke wilayah Nusantara pada waktu itu.

Bagaimana perjalanan Fruhstorfer serta kesan yang dia dapatkan dalam proses pendakian tersebut?

Ketertarikan dengan Wilayah Nusantara

Hans Fruhstorfer, penjelajah asal Jerman yang melakukan pendakian Gunung Rinjani pada akhir abad ke-19 | Wikimedia Commons
info gambar

Hans Fruhstorfer, penjelajah asal Jerman yang melakukan pendakian Gunung Rinjani pada akhir abad ke-19 | Wikimedia Commons


Dikutip dari surat kabar Java-bode edisi 9 September 1896, Hans Fruhstorfer diketahui sebagai seorang peneliti asal Jerman yang sudah melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Dirinya dikenal sebagai penjelajah yang melakukan penelitian tentang kupu-kupu.

Fruhstorfer diketahui sudah melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Misalnya pada 1889, dirinya sempat menetap selama tiga bulan di Kepulauan Canary. Setelah itu, dia juga pergi ke Ceylon atau Sri Lanka untuk melakukan riset terkait bidang keilmuan yang dia dalami.

Pada 1890, Fruhstorfer meninggalkan Ceylon dan melanjutkan perjalanannya ke Penang sebelum kembali ke Berlin untuk mengklasifikasi koleksi yang dia temukan. Setelah itu, Fruhstorfer memutuskan untuk melakukan perjalanan ke daerah Jawa setelah menyelesaikan tugas tersebut.

Pada awalnya, Fruhstorfer berniat untuk menetap selama setahun di Jawa. Namun pada akhirnya Fruhstorfer diketahui menetap hingga tiga tahun lamanya.

Dirinya tertarik dengan keberagaman fauna yang ada di Jawa pada waktu itu. Selain itu, kenyamanan dari para penduduk yang dia dapatkan membuat Fruhstorfer menetap selama tiga tahun sebelum kembali ke negara asalnya.

Kepulangannya dari Jawa tidak menjadi akhir dari perjalanan Fruhstorfer di Nusantara. Bahkan dirinya berniat kembali untuk menjelajahi pulau-pulau lain yang ada di Kepulauan Hindia.

Pendakian Gunung Rinjani

Pada pertengahan 1890-an, Fruhstorfer akhirnya kembali ke Nusantara untuk melanjutkan ekspedisinya. Lombok menjadi salah satu daerah yang turut didatangi oleh penjelajah tersebut.

Fruhstorfer diketahui menetap selama tiga bulan dalam kunjungannya ke Lombok ini. Dirinya membawa serta 20 orang yang menjadi stafnya dalam ekspedisi ke Lombok.

Dalam kunjungan tersebut, Fruhstorfer diketahui juga sempat melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Dirinya melakukan perjalanan untuk mendaki gunung yang memiliki ketinggian 3.726 m tersebut.

Fruhstorfer berhasil mencapai puncak Gunung Rinjani dalam perjalanannya ini. Fruhstorfer menyebutkan bahwa dia bisa melihat danau kawah yang letaknya lebih rendah dari puncak gunung.

Bahkan Fruhstorfer meyakini bahwa dirinya merupakan orang Eropa pertama yang berhasil menaklukkan puncak Gunung Rinjani pada waktu itu.

Temuan Menarik di Lombok

Selain melakukan pendakian ke Gunung Rinjani, Fruhstorfer juga mendapatkan temuan menarik dalam kunjungannya ke Lombok. Wilayah zoologi yang ada di Lombok memiliki perbedaan dengan apa yang ada Jawa dan Bali.

Hal ini sesuai dengan garis imajiner yang dipelopori oleh Wallace yang membagi wilayah zoologi yang ada di Nusantara. Hal ini membuat fauna-fauna yang ada di Jawa dan Bali memiliki kemiripan dengan Asia, berbeda dengan Lombok yang lebih condong ke Australia.

Meskipun demikian, Fruhstorfer menyebutkan bahwa perbedaan ini sangat mencolok jika dilihat pada spesies burung. Namun hal berbeda tidak ditemukan pada jenis serangga.

Fruhstorfer menjelaskan bahwa serangga yang ada di Lombok menunjukkan karakteristik khas Asia. Hal ini menjadi temuan menarik yang dia dapatkan dalam penelitiannya di Lombok pada waktu itu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.