Perayaan khatam Al-Qur'an di Sumatera Barat memiliki perbedaan yang cukup unik dibandingkan dengan tempat lain. Dimulai dari acara, pakaian, bahkan kekhasan adat bernuansa agama. Akan tetapi acara ini mendapat perhatian yang cukup besar dari kalangan akademisi maupun tokoh masyarakat.
Perhatian yang dimaksud adalah dialektika antara Islam dan adat Minangkabau dalam perayaan khatam Al-Qur’an. Dikarenakan acara ini dinilai mengalami semacam pergeseran orientasi kalau tidak malah degradasi. Berujung kepada makna, bahwa acara ini hanya seremonial belaka.
Perayaan khatam Al-Qur’an bermaksud sebagai ajang apresiasi terhadap anak-anak yang telah belajar membaca Al-Qur’an dengan baik sekaligus memperkenalkan budaya Minangkabau yang khas. Sesuai dengan filosofi utama adat Minangkabau, adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah, syara’ mangato adat mamakai.
Acara ini dilaksanakan setahun sekali, lebih tepat nya setelah hari raya Idulfitri. Diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat Minangkabau, baik yang ada di kampung maupun perantauan. Diawali dengan pembukaan diringi tari pasambahan.
Tari Pasambahan adalah tarian untuk menyambut tamu dalam budaya Minangkabau dan dalam acara ini dilaksanakan guna menyambut pejabat atau tokoh masyarakat yang hadir.
Dilanjutkan dengan arak-arakan pawai diiringi drumband dan tambua tansa. Tambua Tansa adalah salah satu permainan alat musik tradisional Minangkabau, yang dimainkan seperti drum. Setelah itu, dilakukan makan bajamba.
Makan Bajamba adalah makan bersama yang dilaksanakan satu kampung, dimana hari sebelumnya mereka sudah terlebih dahulu memasak bersama. Lalu acara puncak, yaitu khatam Al-Qur’an dan ditutup dengan tausiyah agama sekaligus pembagian hadiah.
Acara ini dinilai menjadi ajang pembelajaran terakhir bagi remaja Minangkabau. Dikarenakan anak yang selesai khatam cenderung tidak melanjutkan bacaan Al-Qur’an nya. Anak yang selesai khatam mendapat gelar adat dan masyarakat: gelar adat berupa kari.
Kari adalah gelar yang diberikan kepada anak-anak yang telah khatam Al-Qur’an dan diberikan setelah mereka menikah.Sedangkan gelar Masyarakat yangh dimaksud berupa diarak keliling kampung untuk diberitahukan kepada seluruh masyarakat bahwa mereka telah khatam.
Hal ini menjadi sebuah permasalahan sosial, sudah seharusnya seluruh elemen (baik pemerintah, niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai) menjadi problem solving dalam menyelesaikan masalah ini.
Dengan menyediakan organisasi alumni khatam-an contohnya, yang mana kelak organisasi ini menjadi media belajar sekaligus kebanggan untuk mewakili daerah Minangkabau dalam MTQ (Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an).
Begitu juga permasalahan struktural, seperti acara yang cenderung ramai ketika perhelatan budaya saja dan sepi ketika khatam itu sendiri. Hal ini menjadi perhatian besar bagi kita, dikarenakan puncak acara malah menjadi acara sekunder.
Terlebih dari kekurangan yang tertera dalam acara ini, tidak bisa kita pungkiri bahwa acara ini memiliki manfaat yang cukup besar terhadap kehidupan keagamaan masyarakat. Terkhusus terkait baca tulis Al Quran.
Masyarakat semakin termotivasi memasukkan anak dan kemenakannya ke TPA ( Taman Pendidikan Alquran) dan MDA (Madrasah Diniyah Awaliyah), dikarenakan setelah tamat akan dirayakan.
Selain meningkatkan baca tulis Al-Qur’an dan menjadi motivasi. Perayaan memiliki kelebihan kelebihan bermakna lainnya, seperti: Pertama, nilai pendidikan Islam tersirat dari susunan acara yang sarat dengan pesan-pesan syiar agama Islam.
Kedua, ragam pakaian yang dikenanakan ketika acara dinuansai dengan nilai ibadah dan akhlak yang berlandaskan agama dan kearifan lokal. Ketiga, pada acara arak-arakan terdapat unsur-unsur yang terlibat memberikan makna pendidikan akhlak, terlihat dari peran dan bagian yang ditampilkan dari masing-masing peserta pawai yang terikat dengan nilai-nilai adat basandi syarak.
Maka dari itu, dengan meningkatkan nilai-nilai yang tertera dalam acara Perayaan Khatam Al-Qur’an sama dengan menjaga dan mewarisi kearifan lokal juga ke-Islaman. Hal ini sesuai dengan program kerja unggulan Kementrian Agama Republik Indonesia: pengguatan literasi agama berbasis kebudayaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News