kisah asosiasi origami indonesia dari selembar kertas membangun gerakan nasional - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Asosiasi Origami Indonesia: Dari Selembar Kertas, Membangun Gerakan Nasional

Kisah Asosiasi Origami Indonesia: Dari Selembar Kertas, Membangun Gerakan Nasional
images info

Kisah Asosiasi Origami Indonesia: Dari Selembar Kertas, Membangun Gerakan Nasional


  • AOI berawal dari komunitas daring dan kini hadir di lebih dari 22 kota di Indonesia
  • Menyelenggarakan konvensi, workshop rutin, hingga majalah komunitas
  • Mendorong anak dan keluarga menjauh dari gawai lewat aktivitas kreatif
  • Telah mencetak desainer origami internasional dan menjadi bagian dari gerakan nasional
  • Kolaboratif, terbuka untuk semua kalangan, dan terus melipat harapan dari selembar kertas

Di balik lipatan-lipatan sederhana kertas, tersimpan semangat besar untuk berbagi, berkarya, dan merawat kebersamaan.

Dalam riuhnya zaman digital dan tantangan menjaga fokus anak-anak dari layar, sekelompok pecinta seni lipat kertas di Indonesia memilih jalan yang unik,melipat masa depan lewat origami.

Mereka menyebut dirinya Asosiasi Origami Indonesia (AOI). Sebuah komunitas yang awalnya hanya saling sapa di grup Facebook, kini telah menjelma menjadi gerakan nasional yang menghadirkan ruang belajar, kolaborasi, hingga panggung internasional untuk para pelipat kertas tanah air.

 

Dari Forum Daring ke Ruang Berkarya

Berawal dari grup Komunitas Origami Indonesia di Facebook, para anggota saling bertukar teknik, inspirasi, dan cerita. Mereka menyimpan mimpi yang sama, menjadikan origami sebagai bagian dari budaya kreatif Indonesia.

Pada Oktober 2019, mimpi itu dilipat menjadi nyata.

AOI resmi berdiri sebagai wadah nasional bagi para pecinta origami dari berbagai kota, usia, dan latar belakang. Komunitas ini lahir dari keresahan bersama, yaitu tidak adanya ruang yang cukup untuk belajar, berkembang, dan mendapat apresiasi.

Melipat origami pun menjadi proses yang menghubungkan manusia, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Lewat workshop dan konvensi, AOI menciptakan ruang aman untuk bereksperimen, belajar sabar, dan menghargai kesalahan.

“Kami ingin menjadikan origami sebagai rumah bersama. Bukan sekadar hobi, tapi ruang kolaborasi dan edukasi yang hidup,” ujar Linda Lookman, pendiri AOI.




Melipat Bersama, Bertumbuh Bersama

Berbasis di Jawa Barat, AOI kini telah menyebar ke lebih dari 22 kota di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatra hingga Bali.

Beberapa anggotanya kini telah menjadi Desainer Origami Internasional, bahkan diundang sebagai narasumber dalam konvensi dunia. Semua berawal dari selembar kertas dan semangat untuk berbagi.

Setiap bulan, Asosiasi Origami Indonesia rutin mengadakan berbagai kegiatan yang membuat komunitas ini tetap hidup dan berkembang. Salah satu acara besarnya adalah Konvensi Origami Indonesia yang digelar setiap dua tahun sekali di kota yang berbeda.

Di sana, para anggota dari berbagai daerah berkumpul, memamerkan karya, ikut workshop, dan saling bertukar cerita.

Di luar itu, ada juga workshop bulanan tingkat lanjut yang diadakan setiap minggu pertama, biasanya menghadirkan pembicara internasional dan membahas teknik origami yang lebih kompleks.

Bagi yang baru mulai belajar atau ingin mencoba-coba dulu, AOI punya Fun Origami Workshop yang diadakan secara online setiap minggu ketiga. Kelas ini lebih santai, terbuka untuk umum, dan jadi cara seru buat mengenal origami dari rumah.

Selain itu, AOI juga menerbitkan majalah komunitas setiap tiga bulan sekali, berisi cerita-cerita menarik, tutorial, dan inspirasi karya dari para anggota.

Lalu, setiap bulan September, AOI hadir di Festival Payung Indonesia di Solo, membawa karya-karya origami ke ruang publik lewat pameran, workshop, dan bazar produk buatan komunitas.



Berpihak pada Anak dan Masa Depan Tanpa Layar

Kini, AOI menjadi bagian dari Gerakan 100 Komunitas Bermain Tanpa Gadget, hasil kolaborasi GNFI dan Kampung Lali Gadget. Inisiatif ini hadir untuk menciptakan lebih banyak ruang tumbuh sehat, bahagia, dan penuh kreativitas bagi anak-anak Indonesia.

Melalui kegiatan origami, anak-anak diajak melatih fokus dan koordinasi tangan-mata, tanpa bantuan gawai. Aktivitas sederhana ini sekaligus melatih logika, imajinasi, dan kedekatan emosional bersama orang tua atau pendamping.

Tak sekadar komunitas seni, AOI hadir sebagai ruang inklusif yang membuka jalan bagi siapa pun yang ingin belajar, berbagi, dan tumbuh bersama. Kegiatan mereka menyentuh dunia pendidikan, budaya, bahkan sosial.

“Kami percaya bahwa dari selembar kertas pun, kita bisa melipat perubahan. Karena setiap anak, setiap orang tua, dan setiap seniman berhak punya ruang untuk tumbuh,” tutup Linda.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MF
AA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.