dari generasi ke generasi cinta yang menghidupi kesenian kuda kepang - News | Good News From Indonesia 2025

Dari Generasi ke Generasi: Cinta yang Menghidupi Kesenian Kuda Kepang

Dari Generasi ke Generasi: Cinta yang Menghidupi Kesenian Kuda Kepang
images info

Dari Generasi ke Generasi: Cinta yang Menghidupi Kesenian Kuda Kepang


Kuda lumping adalah salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTB) yang hingga kini masih lestari di berbagai daerah di Pulau Jawa, termasuk di wilayah Jawa Barat. Tarian tradisional ini merupakan hasil akulturasi budaya antara masyarakat Jawa dan Sunda.

Dalam pertunjukannya, para penari menunggangi kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu dan membawa pecut panjang sambil mengikuti irama musik tradisional.

Tarian kuda lumping juga membawakan atraksi-atraksi ekstrem, seperti kesurupan, makan beling, menyayat lengan dengan golok, atau berjalan di atas bara api. 

Di Jawa Barat, kesenian kuda lumping kerap hadir dalam berbagai acara adat, hajatan, hingga peringatan hari-hari besar. Pertunjukan ini tidak hanya hadir sebagai hiburan, tetapi juga menjadi simbol kekuatan, ketangguhan, dan semangat rakyat.

Tradisi ini juga diperkaya dengan unsur lokal Sunda. Misalnya, penggunaan alat musik khas daerah, peran dayang-dayang dalam menjaga kelancaran jalannya pertunjukan, dan panayagan yang diperankan oleh anggota senior dalam kelompok kesenian ini.

Di Kabupaten Sukabumi sendiri, kesenian kuda lumping masih dipertahankan oleh komunitas seni lokal dan kerap ditampilkan dalam kegiatan desa sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus sarana mempererat hubungan antarwarga.

baca juga

Di Desa Nangela terdapat tiga kelompok kesenian kuda lumping yang secara lokal lebih dikenal dengan sebutan kuda kepang. Awalnya, hanya terdapat satu kelompok kesenian yang aktif di desa ini.

Namun, seiring meningkatnya antusiasme masyarakat, baik sebagai penonton maupun sebagai pelaku seni, kelompok kesenian tersebut pun berkembang hingga kini menjadi tiga tim. Masing-masing memiliki peran dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini.

Penari Jaipong, Adhibah Najwa Fitria. Jumat, 18 Juli 2025.
info gambar

Penari Jaipong, Adhibah Najwa Fitria. Jumat, 18 Juli 2025.


Salah satu kelompok kesenian yang masih aktif hingga saat ini adalah Lingkung Seni Langeun Dwi Tunggal, yang telah berdiri sejak tahun 1970.

Grup ini menjadi bagian penting dalam sejarah kesenian kuda kepang di Desa Nangela. Kelompok tersebut kerap diundang untuk tampil dalam berbagai acara, mulai dari perayaan Tahun Baru Islam, syukuran, ulang tahun, hingga resepsi pernikahan.

Eksistensinya tidak hanya terbatas di tingkat desa; pada bulan lalu, kelompok ini diundang ke Provinsi Banten untuk memeriahkan acara syukuran, menunjukkan bahwa daya tarik dan kualitas pertunjukan mereka telah dikenal hingga ke luar daerah.

“Seni itu, kalau kita menjalaninya dengan hobi, meskipun usia sudah tidak muda lagi, kita tetap senang melakukannya,” ujar Ani Indriani, salah satu panayagan senior dari kelompok Lingkung Seni Langeun Dwi Tunggal.

Antusiasme generasi muda dalam turut ambil bagian pada pertunjukan kesenian tradisional menjadi salah satu daya tarik yang mendukung keberlanjutan kelompok kesenian tersebut.

Kelompok ini beranggotakan anak-anak warga asli Desa Nangela, mulai dari usia 5 tahun hingga pelajar tingkat SMA, yang dibina dan dirangkul langsung oleh para penampil senior.

baca juga

Keberagaman usia di dalam kelompok ini menambah daya tarik tersendiri bagi para penonton. Bahkan, memicu rasa ingin tahu masyarakat yang kemudian tertarik untuk datang langsung ke sanggar di Dusun Pasirsalam dan mengikuti sesi latihan bersama.

Sejak usia dini, para dayang kuda kepang telah dibekali dengan disiplin latihan yang rutin dilaksanakan setiap Sabtu malam di sanggar yang terletak di Dusun Pasirsalam.

Dalam sesi latihan tersebut, anak-anak didik diajarkan tarian tradisional sebagai bagian dari prosesi pengiring bagi para penampil senior sebelum ritual kuda kepang dimulai.

Selain itu, mereka juga dilatih menari tarian tradisional Jaipong, yang kerap menjadi pertunjukan pembuka dalam kesenian kuda kepang di Desa Nangela.

Salah satu anggota dari kelompok kesenian Lingkung Seni Langeun Dwi Tunggal, yaitu Adhibah Najwa Fitria, turut menjadi penari Jaipong yang aktif.

Dia membawakan tarian kreasi jaipong yang dikembangkannya melalui referensi dan pembelajaran dari media sosial, khususnya YouTube, bersama rekan-rekan sesama dayang kuda kepang.

“Seni budaya ini kalau tidak dikembangkan dengan kita-kita ini, sama siapa lagi,” tutur Purnomo selaku Ketua Badan Pengurus Desa yang juga aktif dalam kelompok kesenian kuda kepang di Desa Nangela.

Dengan pesatnya perkembangan media sosial, harapan terhadap pelestarian kesenian kuda kepang, khususnya di Desa Nangela, semakin terbuka lebar.

baca juga

Media sosial dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan kesenian ini kepada generasi muda, tidak hanya sebagai upaya mencegah kepunahannya. Namun, juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri terhadap budaya dan kesenian tradisional, baik bagi para pelaku seni maupun masyarakat Desa Nangela dan sekitarnya.

Besar harapan agar kelompok-kelompok kesenian seperti Lingkung Seni Langeun Dwi Tunggal dapat terus berkembang, diperbanyak, dan semakin dikenal luas hingga ke seluruh penjuru Pulau Jawa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.