Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melaksanakan kegiatan sosialisasi dan praktik lapangan kepada kelompok tani di Desa Polokarto, khususnya di wilayah Weru Badran dan Siderejo, Kabupaten Sukoharjo, Kamis (3/7/2025).
Kegiatan ini difokuskan pada peningkatan pemahaman petani mengenai pentingnya pH tanah terhadap keberhasilan budidaya tanaman, sekaligus pengenalan metode uji pH tanah secara alami menggunakan bahan sederhana yakni kunyit.
Selain itu, mahasiswa juga mengenalkan aplikasi IPB Digitani sebagai inovasi digital dalam pertanian modern yang mulai diterapkan secara luas di kalangan petani.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan materi interaktif mengenai pentingnya mengetahui tingkat keasaman atau kebasaan tanah (pH tanah) dalam menentukan jenis tanaman yang sesuai dan efektivitas penyerapan unsur hara oleh tanaman.
Banyak petani yang selama ini masih mengandalkan pengalaman turun-temurun atau kebiasaan lama dalam mengelola lahan, tanpa mengetahui secara pasti kondisi kimia tanah yang mereka garap. Padahal, tingkat pH tanah sangat memengaruhi kemampuan tanaman dalam menyerap nutrisi yang diberikan melalui pupuk.
Dalam sesi sosialisasi ini, mahasiswa menjelaskan bahwa tanah dengan pH terlalu rendah (asam) atau terlalu tinggi (basa) dapat menyebabkan unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium tidak tersedia secara optimal bagi tanaman.
Oleh karena itu, pengujian pH tanah merupakan langkah awal yang penting dalam sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan. Sosialisasi ini diharapkan mampu memberikan solusi praktis dan aplikatif bagi para petani untuk lebih memahami karakteristik lahannya.
Salah satu metode yang diperkenalkan adalah uji pH tanah dengan kunyit. Mahasiswa IPB menjelaskan bahwa kunyit mengandung kurkumin, senyawa alami yang sensitif terhadap perubahan pH. Dalam praktiknya, tanah diambil dan dicampur dengan air bersih, kemudian dibiarkan selama 15-30 menit untuk membentuk larutan tanah.
Setelah itu, irisan kunyit segar dicelupkan ke dalam larutan. Perubahan warna pada kunyit menjadi indikator pH: warna yang memudar atau berubah menjadi kecokelatan menandakan tanah bersifat asam, sedangkan warna yang tetap kuning menunjukkan bahwa tanah tergolong netral hingga basa. Metode ini sangat cocok diterapkan di wilayah pedesaan karena murah, ramah lingkungan, dan mudah dilakukan tanpa alat laboratorium canggih.
Selain praktik uji tanah, mahasiswa IPB juga memperkenalkan aplikasi IPB Digitani, sebuah aplikasi berbasis Android yang dikembangkan untuk mendukung petani dalam mengambil keputusan berbasis data.
Aplikasi ini menyediakan berbagai informasi penting seperti rekomendasi pemupukan, jenis tanaman yang cocok berdasarkan kondisi tanah, jadwal tanam, hingga panduan pengendalian hama dan penyakit, Kamis (24/7/2025). Petani diajak langsung mencoba fitur-fitur aplikasi ini melalui praktik penggunaan di lapangan dengan pendampingan dari mahasiswa.
Respon dari kelompok tani sangat positif. Para petani mengaku baru pertama kali mengetahui cara sederhana menguji pH tanah, dan merasa terbantu dengan hadirnya aplikasi IPB Digitani. “Biasanya kami hanya tanam dan pupuk seadanya. Tapi setelah tahu pentingnya pH tanah, kami jadi lebih paham kenapa tanaman kami kadang gagal panen. Aplikasi Digitani juga sangat menarik karena bisa kasih saran langsung,” ujar Pak Wiranto, anggota kelompok tani di Siderejo.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN IPB berharap dapat membangun kesadaran baru di kalangan petani bahwa pertanian modern bisa dimulai dari langkah-langkah sederhana namun berdampak besar.
Pengenalan teknologi digital serta metode praktis seperti uji pH tanah alami diharapkan mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi penggunaan input pertanian, dan mendukung pertanian yang lebih ramah lingkungan. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari upaya IPB dalam mendukung transformasi pertanian berbasis pengetahuan dan teknologi hingga ke tingkat desa.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News