Paus Yohanes Paulus II pernah diancam dibunuh saat melawat ke Indonesia. Sepucuk surat jadi saksi bisu, dan ada sebuah hikmah yang bisa dipetik di baliknya.
Puluhan tahun silam, Paus Yohanes Paulus II pernah mengunjungi Indonesia, tepatnya pada Oktober 1989. Sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, sudah tentu rencana kedatangannya disambut meriah oleh publik.
Namun, tak semua orang senang dengan kunjungan itu. Buktinya, Paus Yohanes Paulus II sempat menerima ancaman melalui sepucuk surat misterius yang ditujukan kepada Gereja Katedral Jakarta.
Dalam Tur Silturahmi yang diselenggarakan GNFI pada Sabtu (2/8/3025), puluhan Kawan GNFI berkesempatan langsung melihat surat ancaman tersebut. Katedral Jakarta memang menjadi destinasi pertama dari tur ini sebelum Kawan GNFI beranjak ke Terowongan Silaturahmi dan Masjid Istiqlal.
Oleh Museum Katedral Jakarta, surat ancaman kepada Paus disimpan dengan baik. Dibingkai lengkap dengan amplopnya yang masih bertempel prangko, surat tersebut dipajang sebagai bagian dari koleksi yang bisa dilihat oleh. pengunjung.
Berikut isi surat ancanan pembunuhan kepada Paus Yohanes Paulus II:
"Seruan
Kita sampaikan kepada semua pengikut Sri Paus bahwa pada saat kedatangannya nanti akan kami sambut dengan tembakan tepat pada tengkuknya atau kasarnya harus mati. Tidak perlu Paus itu manusia yang mengaku Tuhan, kami serukan semua untuk disambut dengan golok/pistol/granat dan ini diumumkan untuk di Jogja, Medan, Timor Timur. Kita sambut kematian Paus di Indonesia.
Mohon jangan terkejut nanti apabila di Jakarta disambut dengan granat/sabotase, pembakaran gereja, dll."
Usut punya usut, ternyata isi surat ancaman tersebut sebenarnya mengandung kesalahan. Pemandu Katedral yang mendampingi Kawan GNFI, Mariana, menjelaskan apa yang keliru dari surat tersebut.
"Paus tidak pernah mengklaim dirinya Tuhan. Kita sebagai umatnya tidak pernah bilang dia Tuhan. Dia cuma wakil, pemimpin." ujar Mariana.
Meski ada ancaman, kunjungan Paus Yohanes Paulus II tetap terlaksana. Selama lima hari mulai 8-12 Oktober 1989, Paus menyambangi Jakarta, Yogyakarta, Maumere, Medan, dan Dili untuk melaksanakan misa agung bersama umat Katolik.
Hikmah di Balik Surat Ancaman untuk Paus Yohanes Paulus II
Berada di antara koleksi-koleksi lain di Museum Katedral Jakarta yang sebagian besarnya adalah benda bersejarah, surat ancaman untuk Paus Yohanes Paulus II bisa dibilang barang "seram". Meski demikian, dari sana ada hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik.
Kepada Kawan GNFI, Mariana mengenang momen saat menghadiri misa bersama Paus di Senayan, Jakarta. Saat itu, pengamanan ketat diberlakukan. Umat Katolik yang akan mengikuti misa diminta untuk tidak membawa banyak barang dan tas berukuran besar tidak diperbolehkan dibawa masuk ke lokasi.
"Kayak di airport, kita mau masuk saja digeledah dulu, di-X-Ray dulu." kenang Mariana.
Berdasarkan catatan Radio Republik Indonesia (RRI), misa bersama Paus Yohanes Paulus II diselenggarakan di Stadion Utama Senayan atau yang kini dikenal sebagai Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Di Jakarta, ia juga melakukan pertemuan dengan Presiden Soeharto di Istana Merdeka dan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Untungnya, tidak ada insiden serius selama Paus berada di Indonesia. Lima hari kunjungan bisa terlaksana dengan lancar tanpa masalah berarti.
"Puji Tuhan tidak ada apa-apa. Coba kalau ada apa-apa, habislah kita. Tidak akan ada yang datang lagi, mungkin pejabat negara lain juga tidak berani datang." lanjut Mariana.
Dari surat ancaman yang kini tersimpan rapi, Mariana pun mencoba mengambil hikmah. "Di dunia ini ada kuasa jahat dan kuasa baik. Yang jahat boleh berencana sejahat-jahatnya, tetapi kalau Tuhan bilang 'tidak' maka tidak akan terjadi." ujarnya.
Satu hal yang membuat Mariana tersadar, akan selalu ada kejahatan di antara manusia-manusia yang senantiasa berbuat baik. Meski demikian, manusia diwajibkan untuk selalu berusaha melawan sifat jahat tersebut, termasuk yang datangnya dari dalam diri sendiri.
"Kita harus berjuang melawan yang jahat. Malas (itu) jahat, mencuri (juga)'jahat, kita harus berjuang untuk mengendalikan yang jahat." pungkasnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News