hampir 30 tahun lenyap capung langka togean ditemukan kembali - News | Good News From Indonesia 2025

Hampir 30 Tahun Lenyap, Capung Langka Togean Ditemukan Kembali

Hampir 30 Tahun Lenyap, Capung Langka Togean Ditemukan Kembali
images info

Hampir 30 Tahun Lenyap, Capung Langka Togean Ditemukan Kembali


Setelah hampir 30 tahun menghilang dari catatan ilmiah, spesies capung endemik Rhynocypha togeanensis akhirnya berhasil ditemukan kembali di pedalaman Pulau Batudaka, Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah.

Penemuan yang dipimpin oleh Muhammad Amiruddin, dosen Universitas Tadulako ini menjadi momen bersejarah dalam dunia entomologi dan konservasi Indonesia.

Spesies yang pertama kali dideskripsikan oleh Vantol pada tahun 1994 ini sempat dianggap punah akibat tidak adanya laporan penampakan selama tiga dekade terakhir.

Habitat dan Karakteristik Unik

Rhynocypha togeanensis merupakan spesies yang sangat tergantung pada ekosistem lotik (sungai berarus jernih) dengan karakteristik khusus. 

Berdasarkan observasi tim peneliti, capung ini hanya ditemukan di area hulu Sungai Tanimpo yang memiliki morfologi unik - berupa celah batu curam yang membentuk labirin alami dengan vegetasi lebat. 

Kondisi mikroklimat yang stabil dengan suhu air 22-24°C dan pH 6.8-7.2 menjadi faktor penentu keberlangsungan hidup spesies ini.

Lewat Ekspedisi yang Panjang

Ekspedisi yang didanai oleh Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund ini memerlukan usaha keras selama 6 bulan.

Tim harus menembus medan berat dengan kemiringan hingga 70 derajat untuk mencapai lokasi penemuan.

"Kami melakukan survei di 12 titik sungai sebelum akhirnya menemukan populasi ini di lokasi yang paling tidak terduga," ujar Amiruddin.

Sebanyak 18 individu dewasa berhasil diidentifikasi melalui metode mark-release-recapture selama periode Juli-Agustus 2024.

baca juga

Ancaman Terhadap Kelestarian Capung Togean

Hasil analisis habitat mengungkapkan adanya tekanan ekologis serius yang mengancam kelangsungan hidup Rhynocyphatogeanensis. Deforestasi menjadi ancaman utama, di mana sekitar 40% tutupan hutan di daerah hulu telah hilang akibat konversi lahan untuk perkebunan kelapa. 

Hilangnya vegetasi alami ini tidak hanya mengurangi daerah hunian capung, tetapi juga mengganggu kestabilan ekosistem sungai yang menjadi habitat kritis spesies tersebut.

Selain itu, polusi air dari aktivitas pertanian telah menyebabkan perubahan signifikan pada parameter fisika-kimia sungai.

Masuknya sedimen dan limbah pertanian ke aliran sungai mengakibatkan penurunan kualitas air, yang berdampak langsung pada siklus hidup larva capung yang sangat bergantung pada perairan jernih.

Ancaman lain datang dari perubahan iklim, di mana peningkatan suhu udara secara global telah memengaruhi suhu perairan. Kondisi ini mengganggu perkembangan larva dan dapat mengurangi tingkat kelangsungan hidup generasi baru capung.

Studi terbaru oleh IUCN (2023) memperkuat temuan ini, mengungkapkan bahwa 78% spesies capung endemik Sulawesi saat ini berada dalam status terancam, terutama akibat hilangnya habitat alami.

Rekomendasi Langkah Konservasi

Tim peneliti mengusulkan serangkaian tindakan segera untuk melindungi populasi Rhynocyphatogeanensis yang tersisa. Salah satu prioritas utama adalah pembentukan Kawasan Perlindungan Mikro seluas 50 hektar di hulu Sungai Tanimpo. 

Zona inti ini akan difokuskan pada area tempat ditemukannya koloni capung, dengan pembatasan ketat terhadap aktivitas manusia yang berpotensi mengganggu ekosistem alaminya.

Untuk mengantisipasi risiko kepunahan, direncanakan Program Pemuliaan Ex-situ melalui kolaborasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Program ini mencakup pengembangan bank gen dan penelitian reproduksi terkontrol guna menjaga keragaman genetik spesies tersebut.

Sebagai spesies indikator, keberadaan Rhynocyphatogeanensis mencerminkan kesehatan ekosistem perairan Togean. Penelitian terbaru di Journal of Insect Conservation (2024) menunjukkan peran krusial capung dalam mengontrol populasi nyamuk dan sebagai bioindikator kualitas air.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.