Di tengah situasi pandemi COVID-19 yang melanda dunia, mahasiswa Universitas Tadulako, Eka Putri Dayanti, berhasil menemukan spesies baru begonia yang kemudian dinamakan Begonia sidolensis.
Tanaman ini merupakan flora endemik Sulawesi Tengah yang hanya dapat ditemukan di puncak Gunung Sidole, Kabupaten Donggala. Penemuan ini merupakan bagian dari penelitian tugas akhir Dayanti mengenai ekologi begonia di kawasan tersebut.
Nama Begonia sidolensis diambil dari lokasi penemuannya, yaitu Gunung Sidole, sebagai bentuk penghormatan terhadap habitat aslinya. Tanaman ini memiliki karakteristik morfologi yang unik, seperti batang yang tumbuh menjalar, daun berbentuk bundar telur dengan warna kemerahan dan bercak hijau keperakan, serta bunga berwarna merah muda yang ukurannya lebih besar dibandingkan daunnya.
Keunikan Begonia sidolensis
Begonia merupakan genus tanaman yang sangat beragam, dengan sekitar 1.600 spesies di dunia dan 200 spesies di Indonesia. Namun, Begonia sidolensis memiliki beberapa perbedaan mencolok dibanding begonia lainnya:
1. Tumbuh di Gunung Sidole
Kebanyakan begonia tumbuh di hutan tropis basah dengan rentang ketinggian 0–2.400 mdpl. Namun, Begonia sidolensis hanya ditemukan di Gunung Sidole, menunjukkan adaptasi khusus terhadap kondisi lingkungan setempat. Sebagai perbandingan, Begonia masoniana (begonia besi salib) tersebar luas di Asia Tenggara, sementara Begonia rex banyak dibudidayakan sebagai tanaman hias di berbagai negara.
2. Morfologi yang Khas
Dari segi morfologi, Begonia sidolensis menunjukkan ciri-ciri yang sangat khas dibandingkan spesies begonia lainnya. Daun tanaman ini berbentuk bundar telur dengan dominasi warna kemerahan yang dihiasi corak hijau keperakan, memberikan penampilan yang unik.
Karakteristik daun ini sangat berbeda dengan Begonia amphioxus asal Kalimantan yang memiliki daun berbentuk tombak dengan bintik-bintik merah, maupun Begonia maculata (begonia polkadot) yang terkenal dengan daun hijau dan bercak putihnya.
Pada bagian bunga, Begonia sidolensis memiliki keunikan tersendiri. Bunganya yang berwarna merah muda tampak mencolok dengan ukuran yang relatif besar dibandingkan ukuran daunnya. Bentuk bunganya ini sangat kontras jika dibandingkan dengan Begonia boliviensis yang memiliki bunga berbentuk terompet atau Begonia tuberhybrida yang bunganya berlapis-lapis menyerupai mawar.
Pola pertumbuhan Begonia sidolensis juga menjadi pembeda penting. Tanaman ini memiliki batang yang tumbuh menjalar, karakteristik yang mirip dengan Begonia glabra. Namun, pola pertumbuhan ini sangat berbeda dengan Begonia semperflorens yang cenderung tumbuh tegak. Perbedaan-perbedaan morfologis inilah yang membuat Begonia sidolensis mudah dikenali di antara ribuan spesies begonia lainnya.
3. Terancam Punah
Sebagai tanaman endemik dengan persebaran sangat terbatas, Begonia sidolensis termasuk dalam kategori rentan terhadap kepunahan. Berbeda dengan Begonia hirtella atau Begonia cucullata yang tersebar luas dan sering ditemukan di kebun.
Potensi Medis Begonia sidolensis
Selain keunikannya, Begonia sidolensis menarik perhatian peneliti karena potensinya dalam dunia medis. Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Tadulako yang terdiri dari Dwi Rahmi Paneo, Cindy Rizkika Al-Inayah, Dayani Alifia Rizki, Eulistinah Djanun, dan Syahra Elfi Syaher sedang meneliti ekstrak tanaman ini sebagai terapi alternatif kanker payudara.
Penelitian ini dilakukan dengan ekstraksi senyawa aktif Begonia sidolensis dan pengujian terhadap sel kanker payudara (T47D). Hasil awal menunjukkan bahwa senyawa dalam tanaman ini mampu menghambat pertumbuhan sel kanker dan memicu apoptosis (kematian sel terprogram). Jika dikembangkan lebih lanjut, temuan ini dapat menjadi alternatif pengobatan kanker yang lebih alami dan terjangkau.
Selain Begonia sidolensis, beberapa spesies begonia lain juga telah dikenal memiliki khasiat medis yang signifikan. Begonia fimbristipula, misalnya, telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional Tiongkok untuk mengatasi sakit tenggorokan dan batuk.
Sementara Begonia palmata, diketahui mengandung ekstrak dengan aktivitas antioksidan dan antiinflamasi yang potensial. Namun, penelitian mengenai potensi Begonia sidolensis sebagai antikanker masih tergolong baru, meskipun hasil awal menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan dalam pengembangan terapi kanker alternatif.
Upaya Pelestarian dan Tantangan ke Depan
Mengingat Begonia sidolensis hanya tumbuh di habitat terbatas di Gunung Sidole, upaya pelestarian mendesak dilakukan melalui tiga pendekatan utama. Pertama, konservasi in-situ dengan melindungi habitat alaminya dari gangguan manusia. Kedua, konservasi ex-situ melalui pembudidayaan di kebun raya untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Selain itu, penelitian lanjutan tentang kandungan bioaktif dan potensi medisnya perlu digalakkan. Upaya terpadu ini penting untuk memastikan kelestarian spesies endemik yang berharga ini sekaligus mengungkap manfaat potensialnya bagi pengobatan modern.
Penemuan Begonia sidolensis mengingatkan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya flora endemik yang mungkin menyimpan manfaat besar bagi kesehatan manusia di masa depan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News