Di tengah bentang hijau Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, terdapat sebuah desa yang diam-diam menyimpan potensi besar untuk berkembang. Namanya Desa Cibatok 1.
Meski berada di wilayah yang sejuk dan subur, desa ini masih menghadapi tantangan klasik yang sering dialami banyak wilayah pedesaan di Indonesia, yaitu pengelolaan sampah organik yang belum optimal dan terbatasnya diversifikasi ekonomi rumah tangga.
Kawan GNFI tentu tahu, sampah organik terutama sisa dapur jika dibiarkan menumpuk bisa menjadi sumber bau tak sedap, mengundang hama, dan mencemari lingkungan.
Namun, di Desa Cibatok 1, tantangan ini justru memicu lahirnya sebuah ide kreatif yaitu mengubah sampah menjadi sumber penghasilan dan pakan ternak melalui budidaya maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF).
Maggot bukanlah sekadar larva serangga biasa. Ia adalah “bio-mesin” alami yang mampu mengurai sampah organik dengan sangat cepat, sekaligus menghasilkan biomassa kaya protein yang bermanfaat sebagai pakan hewani.
Menurut penelitian (Subekti et al., 2020), teknologi ini bisa dijalankan dengan cara sederhana, biaya rendah, dan dapat melibatkan masyarakat desa secara aktif.
Bayangkan, Kawan, sisa nasi, sayur layu, atau kulit buah yang tadinya terbuang begitu saja, diubah menjadi pakan ternak bergizi tinggi. Bukan hanya menghemat biaya pakan, tetapi juga membantu mengurangi volume sampah organik secara signifikan.
Inisiatif ini menjadi semakin strategis karena Desa Cibatok 1 juga memiliki rencana mendirikan peternakan itik. Maggot BSF dapat menjadi sumber pakan utama yang murah, berkualitas, dan ramah lingkungan.
Dalam konteks ekonomi desa, ini berarti ada potensi peningkatan pendapatan rumah tangga sekaligus penguatan ketahanan pangan lokal.
Program ini sejalan dengan hasil praktik baik di berbagai desa lain, seperti yang tercatat pada kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Desa Peguyangan Kangin (2025), di mana budidaya maggot berhasil meningkatkan produktivitas ekonomi sekaligus menekan pencemaran lingkungan.
Melihat peluang tersebut, mahasiswa KKN-T IPB 2025 bersama warga setempat menginisiasi sebuah program bernama GEMAR MAGGOT.
Gerakan ini dirancang untuk mengedukasi sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengolah sampah organik rumah tangga menjadi produk bermanfaat seperti pakan ternak dan pupuk organik (kasgot).
Melalui pendekatan edukatif yang disertai praktik langsung, GEMAR MAGGOT mengajak warga Desa Cibatok 1 untuk tidak sekadar membuang sampah, tetapi mengolahnya menjadi nilai ekonomi.
Program ini memiliki beberapa tujuan utama:
- Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemilahan dan pengelolaan sampah organik secara ramah lingkungan.
- Mendorong penerapan budidaya maggot BSF sebagai solusi pengolahan sampah organik yang efektif dan berkelanjutan.
- Mengurangi timbunan sampah rumah tangga yang berpotensi mencemari lingkungan.
- Memberikan alternatif sumber pakan ternak dan pupuk alami dari hasil pengolahan maggot.
- Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kebersihan sekaligus memanfaatkan limbah menjadi sumber daya bernilai.
Agar program ini dapat berjalan dengan baik, KKN-T IPB dan warga Desa Cibatok 1 merancang tahapan kegiatan sebagai berikut:
- Observasi dan Sosialisasi
Dilakukan survei awal untuk mengetahui kondisi lapangan dan mengajak masyarakat memahami manfaat budidaya maggot. - Pelatihan dan Demonstrasi
Masyarakat dilatih langsung tentang cara budidaya maggot, mulai dari pembuatan media, pemberian pakan, hingga proses panen maggot dan kasgot. - Pendampingan
Selama program berjalan, warga akan mendapatkan bimbingan agar bisa mengelola budidaya secara mandiri. - Evaluasi dan Monitoring
Dilakukan penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk memastikan keberlanjutan program setelah masa KKN selesai.
Keberhasilan GEMAR MAGGOT diukur dari:
- Terselenggaranya pelatihan dan demonstrasi budidaya maggot.
- Partisipasi aktif masyarakat dalam pengolahan sampah organik.
- Terbentuknya minimal satu kelompok atau individu yang melanjutkan budidaya secara mandiri.
- Berkurangnya volume sampah organik rumah tangga di desa.
- Pemanfaatan maggot dan kasgot sebagai pakan ternak serta pupuk.
Kawan GNFI, jika program ini berhasil, Desa Cibatok 1 bukan hanya akan dikenal sebagai desa yang peduli lingkungan, tetapi juga sebagai pionir pengembangan ekonomi kreatif berbasis teknologi tepat guna.
Maggot BSF yang mungil itu akan menjadi bagian penting dalam rantai solusi: mengurangi limbah, menekan biaya pakan, dan membuka peluang usaha baru.
Di tengah isu global soal sampah dan ketahanan pangan, langkah seperti GEMAR MAGGOT menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal sederhana bahkan dari sisa makanan yang ada di dapur kita.
Senin, 7 Juli 2025 menjadi momen awal program ini di Posko KKN-T IPB 2025 Desa Cibatok 1, dilanjutkan dengan rangkaian kegiatan hingga awal Agustus.
Bukan sekadar proyek singkat, ini adalah gerakan menuju desa yang lebih mandiri, bersih, dan sejahtera.
Siapa sangka, dari sebuah desa di Cibungbulang, solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak wilayah lain di Indonesia?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News