mengolah rempah meracik harapan saenggangcheong dan pemberdayaan perempuan di desa jetis lor dalam kkn ppm ugm seru jeparu 2025 - News | Good News From Indonesia 2025

Saenggangcheong dan Pemberdayaan Perempuan di Desa Jetis Lor dalam KKN-PPM UGM Seru Jeparu 2025

Saenggangcheong dan Pemberdayaan Perempuan di Desa Jetis Lor dalam KKN-PPM UGM Seru Jeparu 2025
images info

Saenggangcheong dan Pemberdayaan Perempuan di Desa Jetis Lor dalam KKN-PPM UGM Seru Jeparu 2025


Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada berupaya untuk menjawab tantangan lokal melalui inovasi-inovasi terhadap potensi yang ada.

Pada KKN-PPM UGM Seru Jeparu, kami menemukan permasalahan di Desa Jetis Lor yang berfokus pada hasil budidaya empon-empon yang cukup melimpah. Permasalahan ini berupa kurangnya diversifikasi produk olahan empon-empon khususnya jahe dan rendahnya partisipasi ekonomi perempuan.

Menanggapi isu ini, Tim KKN-PPM UGM Seru Jeparu mengusung tema “Saenggangcheong: Pembuatan Inovasi Minuman Jahe Tradisional Korea untuk Ibu-Ibu PKK di Desa Jetis Lor”. Kegiatan ini dipaparkan pada Sabtu, 12 Juli 2025 di Balai Desa Jetis Lor oleh Yoanka Agung Paramita dari Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Korea dan Salsa Rima Ayu Pramesti dari Program Studi Agronomi.

Jahe Melimpah, Ekonomi Menggeliat

Tanaman empon-empon, khususnya jahe merupakan salah satu komoditas pertanian unggulan di Desa Jetis Lor. Hampir setiap rumah menanam tanaman jahe, mulai dari jahe merah, jahe emprit, dan jahe gajah.

Namun, sayangnya hasil jahe yang melimpah ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Untuk pengolahannya sendiri hanya dibuat menjadi wedang jahe biasa. Masyarakat juga hanya menjual jahe dalam bentuk mentah sehingga harga jual cenderung rendah.

Selain itu, kami melihat potensi besar pada kelompok perempuan di Desa Jetis Lor yang memiliki rasa ingin tau terhadap hal yang baru dan semangat yang tinggi untuk berwirausaha. Tema program ini sangat selaras dengan potensi lokal yaitu melimpahnya hasil jahe menjadi olahan yang memiliki nilai dan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan keluarga.

Jahe Hangat Korea, Kisah Kuno, dan Inovasi yang Bersemi

Saenggangcheong (생강청) merupakan sirup jahe tradisional dari Korea yang dibuat dengan merendam jahe segar dalam madu atau gula. Minuman ini sudah digunakan oleh masyarakat Korea sejak masa Dinasti Joseon sebagai cara untuk mengawetkan jahe dan sebagai pengobatan alami bagi kesehatan.

Dalam bahasa korea, “saenggang” berarti jahe dan “cheong” berarti sirup Jadi, saenggangcheong sirup dari jahe. Berbeda dengan wedang jahe, saenggangcheong dibuat dengan cara yang menarik dan memiliki daya simpan yang lebih lama. Jahe merah dapat digunakan untuk tingkat kepedasan dan rasa yang lebih tinggi.

Jahe memiliki berbagai kandungan diantaranya zingiberol, zingiberena, kurkumen, flandrena, gingerol, dan vitamin A yang dapat dijadikan sebagai obat herbal bagi tubuh. Buah pir ditambahkan dalam minuman jahe berfungsi sebagai sumber serat dan vitamin C sehingga merupakan perpaduan yang cocok untuk dinikmati pada cuaca dingin.

Pembuatan saenggangcheong cukup mudah dimana jahe segar dikupas dan diiris tipis untuk mempercepat proses ekstraksi rasa dan aroma. Buah pir dikupas dan dihaluskan agar teksturnya dapat menyatu dengan sirup. Jahe segar dan sirup dicampurkan dalam toples kaca dengan perbandingan seimbang (1:1). Madu atau gula ditambahkan sebagai pemanis sekaligus sebagai pengawet alami. Fermentasi dilakukan selama satu hari dengan mencampurkan seluruh bahan.

Penyajian dilakukan dengan melarutkan 200 ml air panas dengan 2-3 sirup jahe. Saenggangcheong cocok untuk disajikan saat cuaca dingin untuk menghangatkan tubuh.

Penyimpanan jangka panjang dilakukan dalam kulkas dan tahan selama kurang lebih satu hingga dua bulan. Metode ini tidak hanya mengawetkan jahe saja, tetapi juga menjadikan minuman herbal yang siap saji yang praktis dan menyehatkan.

Inovasi Baru, Respon Luar Biasa

Setelah satu minggu program pelatihan terlaksana, Ibu Kepala Dusun Dawuhan, Ibu Sujatmi membuat olahan minuman jahe tradisional dari Korea ini dalam kegiatan arisan dusun.

“Saya kemarin waktu arisan sudah mencoba membuat produk Saenggangcheong dan alhamdulillah warga suka dan tertarik juga untuk membuat, bahkan kopi saja sedikit yang menyentuh,” ujar Ibu Sujatni dengan tersenyum bangga.

Beliau bahkan mengemasnya menjadi produk unggulan Dusun yang kemudian dipamerkan dalam Bazar UMKM Desa Jetis LOr yang sudah terlaksana pada tanggal 26 Juli 2025. Selain itu pada saat Tim KKN-PPM UGM Seru Jeparu melakukan presentasi laporan program kerja di Bappeda Pacitan pada tanggal 5 Agustus 2025, Kepala Desa Jetis Lor, Bapak Sarmin, menyampaikan apresiasi terhadap program kerja ini.

“KKN dari UGM ini memang berbeda, Saya sendiri sempat sempat mencoba minuman jahe di salah satu rumah warga, ternyata itu adalah hasil dari workshop teman-teman KKN,” ungkap Pak Sarmin yang merasakan dampak nyata.

Dari KKN Menuju Kemandirian

Hasil konkret yang telah dicapai adalah terwujudnya kemandirian kelompok perempuan dalam pembuatan inovasi minuman tradisional jahe. Terwujudnya kemandirian kelompok perempuan dapat meningkatkan motivasi bagi kelompok perempuan untuk memproduksi dan memasarkan produk ini dengan menggunakan merek lokal.

Program ini tidak hanya sebatas pelatihan dalam KKN saja, tapi kami berupaya untuk memastikan keberlanjutannya dengan menggandeng Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk mendampingi kelompok perempuan dalam memasarkan produk.

Program ini diharapkan akan terus berkembang dan menjadi salah satu sumber pendapatan baru bagi masyarakat Desa Jetis Lor, bahkan setelah KKN-PPM UGM berakhir.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SJ
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.