Try Sutrisno adalah sosok yang bisa menjadi inspirasi anak-anak muda bila ingin meraih mimpi yang tinggi. Sebagai pria yang pernah menjabat Wakil Presiden, masa kecil Try Sutrisno tidaklah mudah.
Try lahir di Kota Surabaya pada 15 November 1935. Mantan Panglima TNI ini lahir dari keluarga sederhana, ayahnya bernama Subandi bekerja sebagai sopir ambulans dan sang ibu, Mardiyah adalah ibu rumah tangga.
Ketika Belanda melakukan agresi militer, Try bersama keluarganya harus pindah dari Surabaya ke Mojokerto. Sang ayah, Subandi bekerja sebagai petugas medis untuk Batalyon Angkatan Darat Poncowati.
Penghasilan sang ayah sebagai petugas medis tak seberapa, Try pun terpaksa berhenti sekolah demi mencari nafkah. Ia mencoba peruntungan dengan jualan rokok dan koran.
"Saya enterpreneurship tanpa modal waktu itu. Apa usaha yang tanpa modal? Saya berjualan air bersih pakai kendi. Sampai akhirnya bertahap meningkat berjualan koran di kereta api dan meningkat berjualan rokok," kata Try saat memberikan kultum ‘Empat Negarawan Berbicara Mengenai Filosofi Hidup, Resep Sukses, Etos Kerja, dan Ilmu Kepemimpinan’, Minggu (17/5/2015).
Ketika Mojokerto diduduki oleh Belanda, Try ikut ayahnya untuk pindah ke Kediri. Dia menyambung hidup dengan bekerja sebagai pesuruh di Batalyon Poncowati sebagai pembersih sepatu dan pengantar makanan.
Dirinya juga bekerja sebagai kurir sekaligus anggota PD (penyelidik dalam) dengan tugas mencari informasi ke daerah pendudukan Belanda dan menyampaikannya kepada pejuang kemerdekaan.
"Saya diperintahkan membawa dokumen yang harus melewati garis batas antara Indonesia dan Belanda. Saat usia saya yang masih kecil itu, saya sudah punya siasat, tidak mungkin saya lewat jalan besar karena pasti tertangkap. Akhirnya saya putuskan dengan menyusuri sawah," paparnya.
Masuk ke dalam militer
Pada tahun 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Try bersama dengan keluarganya kembali ke Surabaya.
Di Surabaya, Try akhirnya menyelesaikan pendidikannya di SMA Bagian B pada tahun 1956. Setelah lulus SMA, Try Sutrisno mendaftar di Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD).
Tetapi, Try gagal saat pemeriksaan fisik. Meski demikian, kemampuan serta kerja kerasnya selama itu tetap berbuah manis.
Ia dilirik oleh Mayor Jenderal GPH Djatikusumo hingga memanggilnya kembali. Ini merupakan peristiwa langka, karena jika calon sudah dinyatakan gugur, tidak akan menerima surat panggilan.
Akan tetapi Brigjen Djatikusumo punya penilaian tersendiri pada sosok Try. Try kembali mengikuti tes. Hasilnya baik.
Dia dinyatakan lulus dan berhak menempuh pendidikan di Atekad Bandung. Dia lulus tahun 1959 dan dilantik menjadi perwira zeni dengan pangkat Letnan Dua.
Perjalanan militer hingga jadi Wapres
Try Sutrisno mengawai karier di dunia militer dengan menghadapi pemberontakan PRRI di Sumatera. Berhasil menumpas gerakan separatis, ia lantas dikirim ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad).
Dirinya kemudian dipilih sebagai ajudan Presiden Soeharto. Soeharto pun menyukai Try dan sejak saat itu, karier militer Try meroket.
Empat tahun bertugas menjadi ajudan Presiden Soeharto, pada tahun 1978, Try diangkat menjadi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI/Udayana. Setahun kemudian, ia menjadi Panglima Daerah KODAM IV / Sriwijaya. Pada tahun 1983, Try diangkat menjadi Panglima Daerah KODAM V/Jaya dan ditempatkan di Jakarta.
Pada Agustus 1985 pangkatnya dinaikkan menjadi Letjen TNI sekaligus diangkat menjabat Wakasad mendampingi Kasad, Jenderal TNI Rudini. Kemudian, pada Juni 1986, Try diangkat menjadi Kasad menggantikan Jenderal TNI Rudini.
Pada tahun 1988, ia dipromosikan menjadi Panglima ABRI menggantikan Jenderal TNI LB. Moerdani. Saat itu, ABRI terdiri dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI.
Sementara itu, karier Try di bidang politik bermula saat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) masa bakti 1992 -1997 menggelar sidang umum pada tahun 1993. MPR memilih Try menjadi Wakil Presiden RI mendampingi Soeharto, presiden terpilih saat itu. Wakil Presiden RI (1993-1998) ini dikenal sebagai seorang negarawan yang jujur, bersahaja, loyal, berdedikasi tinggi, serta berpendirian teguh.
Sumber:
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News