Apa yang terpikirkan jika mendengar tentang kulit salak? Mungkin yang banyak terpikirkan adalah sampah, limbah, atau dibuang.
Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, karena kenyataannya kebanyakan orang hanya akan memakan daging salak dan membuang kulitnya begitu saja.
Bahkan, ini juga terjadi di Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara yang merupakan salah satu desa yang komoditas utama perkebunannya adalah salak.
Masyarakat di Desa Sampang, biasa mengkonsumsi buah salak dan langsung membuang bagian kulit dan biji yang berakhir menjadi limbah. Padahal, kulit salak juga dapat memberikan manfaat bagi tubuh melalui komponen bioaktif seperti flavonoid, tanin, dan sedikit alkaloid. Komponen tersebut mampu berperan sebagai antioksidan (RRI, 2024).
Antioksidan diketahui dapat melindungi tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Kandungan pada kulit buah salak dapat membantu meningkatkan sistem imun, membantu mencegah diabetes, dan membantu menurunkan kadar kolesterol (Robbiyan et al. 2021).
Kandungan tersebut membuat kulit salak berpotensi diolah menjadi minuman fungsional. Oleh karena itu, tim KKN-T Inovasi IPB mencetuskan program kerja Eskalasi Salak yang salah satu kegiatannya adalah memberikan edukasi pengolahan kulit salak menjadi minuman serbuk kulit salak. Program ini disambut dengan baik oleh Kepala Desa Sampang.
"Programnya menarik karena warga dan saya sendiri belum pernah tahu jika kulit salak bisa diolah menjadi minuman", tutur Hermanto, Kepala Desa Sampang.
Kegiatan pembuatan minuman serbuk kulit salak diadakan pada Senin, 21 Juli 2025 di Depan Rumah Kepala Desa Sampang. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu anggota PKK sebanyak 16 orang. Kegiatan dibuka dengan penyampaian materi akan potensi kulit salak, kandungan kulit salak dan manfaatnya, prinsip pembuatan, prosedur pembuatan minuman serbuk kulit salak, dan efek samping minuman serbuk kulit salak.
Selain itu, pada kegiatan disampaikan juga materi mengenai cara pengemasan minuman serbuk salak agar kandungannya terjaga dan pemakaian bahan tambahan pangan.
Selanjutnya, salah satu dari tim KKN-T Inovasi IPB mendemonstrasikan proses pembuatannya kepada peserta, mulai dari cara membersihkan kulit salak, cara mengeringkan kulit salak yang efektif yaitu menggunakan sinar matahari dan kipas, dan cara menghaluskan kulit salak kering hingga menjadi serbuk.
Kegiatan ditutup dengan mencoba minuman serbuk yang sudah dibuat dan penyampaian kesan dari ibu-ibu PKK.
Selama kegiatan berlangsung, para peserta terlihat sangat serius dalam menyimak materi serta aktif dalam bertanya dan menjawab. Beberapa peserta juga turut memberikan tanggapannya baik terhadap minuman yang dibuat maupun terhadap acaranya.
Menurut mereka, minuman serbuk kulit salak ini mempunyai rasa yang cukup unik, mungkin karena baru pertama kali mencoba sehingga belum familiar dengan rasanya. Salah satu peserta menyampaikan, "Senang bisa mengikuti kegiatan ini, jadi lebih tahu jika kulit salak juga memiliki manfaat dan bisa diolah jadi minuman." Selain itu, peserta juga menjadi lebih ingin tahu olahan lainnya dari buah salak, terutama olahan dari biji salak.
Dengan respon positif ini, harapannya warga Desa Sampang dapat memanfaatkan limbah kulit salak menjadi sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai jual seperti minuman serbuk kulit salak. Sehingga, dapat memberikan manfaat pada perekonomian dan lingkungan.
Sebagai upaya keberlanjutan, tim KKN-T Inovasi IPB memberikan buku resep beberapa olahan salak, termasuk minuman serbuk salak di dalamnya dalam bentuk soft file kepada ibu-ibu PKK.
Selain itu, tim KKN-T Inovasi IPB juga membuat soft file Panduan Label Pangan yang dapat menjadi acuan bagi ibu-ibu PKK jika akan memproduksi minuman serbuk kulit salak dan memperjualbelikannya. Dengan buku resep itu, diharapkan ibu-ibu PKK bisa memproduksi olahan tersebut secara mandiri setelah kegiatan berakhir.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News