Di tengah upaya pelestarian budaya, nama Ishari Sahida alias Ari Wulu muncul sebagai sosok visioner yang membawa perspektif segar mengenai gamelan. Baginya, nilai-nilai kearifan lokal ini terkandung dalam alat musik tradisional, baik soal kesejarahan maupun filosofi kehidupan.
Ari Wulu memiliki misi besar untuk mengangkat gamelan ke level global. Ia menolak stigma bahwa gamelan adalah musik "bikin ngantuk" atau identik dengan hal-hal mistis yang menakutkan. Menurutnya, gamelan adalah seni yang setara dengan musik dari belahan dunia lain, dan sudah saatnya ia dihargai.
Namun, gamelan kerap distigmakan dengan hal-hal berbau mistis. Para pelaku industri perfilman terkadang menyelipkan instrumen satu ini untuk menambah kengerian di beberapa adegan yang mereka buat.
Ari Wulu sebagai seniman musik gamelan lantas mencoba mengambil sisi positif dari penstigmaan itu. Menurutnya, elemen gamelan yang ditonjolkan dalam film horor akan tetap mencuri perhatian bagi mereka yang benar-benar tertarik.
Penasaran dengan Gamelan
Pemakaian gamelan di industri perfilman horor Indonesia membuat alat musik ini lekat dengan kesan seram, spiritual, dan mistis. Akan tetapi, menurut Ari Wulu ia merasa tidak masalah gamelan dianggap demikian karena yang terpenting ada timbul rasa penasaran sesudahnya.
“Buat aku menariknya semua jadi pada ngomongin (gamelan) itu,” ucap Ari Wulu kepada Good News From Indonesia dalam segmen GoodTalk.
Grup musik Indonesia, Weird Genius sendiri juga memakai gamelan dalam lagunya “Lathi” yang dirilis pada 2020 lalu. Lagu itu menduduki posisi satu Spotify sehingga gamelan juga mendapat perhatian dari pendengar lagu tersebut.
Bagi Ari Wulu, apa yang dilakukan Weird Genius dengan gamelan berdampak baik. Memang tidak dipungkiri ada nuansa mistis yang memancing persepsi banyak orang, tetapi di mata Ari orang-orang jadi membicarakan gamelan secara lebih luas. Ari pun sedikit membayangkan gamelan juga dipakai oleh musisi internasional dan popularitasnya lebih tinggi di kemudian hari.
“Ketika Weird Genius yang lagu Lathi itu viral di TikTok. Dijadiin meme sama aktivis TikTok, serem. Buat aku enggak apa-apa. Persebaran (popularitas gamelan) jadi meluas. Orang-orang pada tanya, ‘Emang kenapa viral?’, ‘Mereka pakai idiom Jawa’, ‘Emang Jawa kenapa?’, ‘Ono gamelane’. Setelah itu misalnya muncul semacam Blackpink tapi gamelan, terus jadi terkenal,” ungkapnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News