cerita dibalik keragaman sate nusantara - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita di Balik Keragaman Sate Nusantara

Cerita di Balik Keragaman Sate Nusantara
images info

Cerita di Balik Keragaman Sate Nusantara


Semua tentu sudah familiar dengan sate. Olahan daging yang dipotong kecil-kecil, ditusuk dengan tusuk bambu, dan dibakar di atas arang. Lalu, disajikan dengan bumbu rempah. Hidangan ini dapat dikatakan merupakan salah satu santapan khas yang menggambarkan Indonesia.

Lewat sate kita dapat melihat wujud dari keberagaman, wujud dari Bhinneka Tunggal Ika, dan juga refleksi tentang meskipun berbeda, tetapi tetap satu nama.

Beda daerah, beda juga daging yang digunakan. Tak hanya sebatas daging, tentu keberagaman rasa sate ada pada bumbu sausnya. Ada yang manis, pedas, asin, gurih.

Tak hanya beda rasa, setiap jenis sate punya cerita sejarah sendiri. Meski ada di hampir pelosok Nusantara, jenis sate yang populer di suatu wilayah tidaklah sama. Salah satunya seperti sate Padang dari Minangkabau, sate Maranggi dari Jawa Barat, sate Madura dari Jawa Timur, sate Lilit dari Bali, dan masih banyak yang lainnya.

Mau tahu cerita di balik kepopulerannya, filosofi, hingga bagaimana cita rasanya? Berikut adalah cerita keragaman sate dari setiap pulau di Indonesia.

Pedas Gurihnya Sate Padang dari Sumatra Barat 

Dari barat Indonesia, di Pulau Sumatra, sate Padang tidak kalah populer dari kuliner ikonik lainnya seperti mie Aceh, rendang, dan ayam pop. Di Minang sate merupakan sajian yang harus ada di beberapa acara adat.

Lebih luas lagi, hidangan ini adalah santapan yang selalu ada di setiap tempat wisata, dan bahkan sate padang pun cukup populer hingga ke Pulau Jawa.

Sate Padang: Wikimedia Commons: S Kartika
info gambar

Sate Padang: Wikimedia Commons: S Kartika


Sate ini diyakini masuk pada abad ke-19 bersamaan dengan masuknya olahan kebab dari Arab dan India. Umumnya daging yang digunakan untuk sate padang ialah daging sapi, khususnya bagian lidah. Di tanah Sumatera, ada tiga perbedaan warna pada bumbu sausnya. 

  • Kuah kuning dari Padang Panjang yang terasa rasa kunyitnya dan cenderung berasa asin
  • Kuah merah dari Pariaman yang dominan terasa pedas karena cabai
  • Kuah kecoklatan dari Padang kota yang memadukan rasa kunyit dan pedasnya cabai

Biasa disajikan bersama lontong, manisnya lontong, gurihnya daging sapi, pedasnya bumbu saus merepresentasikan filosofi keseimbangan dan kebersamaan yang membentuk harmoni. Menjadikan hidangan ini populer untuk santapan sehari-hari se Indonesia.

Kepopuleran Sate Madura di Nusantara 

Bergeser ke tanah Jawa, sebenarnya ada banyak jenis sate yang populer di wilayah ini. Ada sate Bandeng dari Banten, sate Maranggi dari Purwakarta, dan sate Klatak dari Yogyakarta. Namun, di antara semuanya, yang paling populer adalah sate madura. 

Sate dengan saus bumbu kacang dan kecap dengan daging ayam atau kambing yang biasa ditemukan di pinggir jalanan ramai. Rasanya cenderung manis dengan sedikit gurih.

Tidak diceritakan secara spesifik kapannya, tetapi sebenarnya sate madura adalah hidangan dari Sumenep yang kemudian dibawa ke tanah Madura oleh Arya Panoleh saat dirinya datang ke Ponorogo.

Kemudian di sekitar tahun 80-an barulah sate madura dikenal lebih luas hingga ke daerah lainnya. 

Sate Lilit yang menjadi Warisan Budaya Bali

Di tanah Bali, sate sudah diakui menjadi Warisan Budaya takBenda di tahun 2022. Kepopulerannya berawal dari Klungkung dan hanya disajikan untuk upacara adat setempat dan dianggap menjadi simbol kejantanan laki-laki.

Namun, kini sate lilit sudah dapat ditemui di seluruh penjuru pulau Bali. Asal muasal menjadi simbol kejantanan dikarenakan kala itu meracik hingga membakar hidangan ini hanya dilakukan oleh laki-laki.

Sate Lilit | Flickr: Jonathan Poh
info gambar

Sate Lilit | Flickr: Jonathan Poh


Penamaan lilit ini berasal dari cara penyajian dagingnya yakni “Dibelit”. Daging yang biasanya digunakan sate ini terbilang cukup banyak alternatifnya, ada daging babi, sapi, ayam, dan ikan laut.

Jika sate biasanya disajikan bersama bumbu, umumnya hidangan ini disajikan bersama sambal matah, beberapa juga tanpa saus.

Ini dikarenakan dagingnya sendiri sudah memiliki cita rasa dari bumbu basa genep. Campuran dari kunyit lengkuas, kencur, kemiri, serai, dan kelapa parut.

Sate Payau, Warisan Kerajaan Hindu Pertama dari Kalimantan Timur

Jika hidangan sebelumnya baru ditetapkan menjadi warisan budaya di tahun 2022, di tanah Dayak sate sudah populer sejak zaman kerajaan Kutai Martadipura. Berbahan dasar daging rusa, olahan ini dikenal dengan sebutan sate payau.

Bumbunya bisa dibilang cukup sederhana dibandingkan yang lainnya, yakni hanya kecap dan cabai merah kering.

Awalnya sate payau ibarat hidangan yang tidak pernah absen dari meja penyajian upacara adat atau pesta kerajaan. Namun, menyusul adanya kebijakan pemerintah yang menjadikan rusa sebagai satwa yang dilindungi, olahan kuliner ini menjadi jarang ditemui.

Kini, hidangan ini umumnya hanya ditemui di acara-acara besar seperti festival kuliner, upacara adat, hingga acara pemerintah provinsi di Kalimantan Timur.

Cita Rasa Rempah di Sate Gogos Pokea dari Sulawesi

Berbeda di tanah Sulawesi, masih dengan hidangan perairan yang khas. Khususnya di Sulawesi Tenggara, yang cukup menjadi hidangan khas disini adalah sate gogos pokea.

Berbeda dari wilayah lainnya, daging kerang yang digunakan di sate ini dipanggang cara dibalut daun pisang dahulu. Lalu, disajikan dengan saus bumbu yang kaya akan rempah, dengan rasa pedas dari cabai dan manis dari daging kerang pokea.

Gogos sendiri adalah makanan pendamping seperti lontong yang terbuat dari beras ketan. Sate dan gogos adalah sebuah kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Hidangan ini biasanya disajikan ketika acara adat, perkawinan, dan acara penyambutan tamu. Menurut warga setempat, santapan tersebut bukan hanya sekedar makanan yang harus ada di acara-acara adat.

Selain itu juga, sate gogos cukup populer di daerah Gorontalo dan Maluku, tetapi bedanya daging yang digunakan adalah sate adalah dari ikan cakalang dengan bumbu pedas dan asam jeruk limau.

Gurih, Lembut, dan Kaya Protein Sate Ulat Sagu dari Papua

Jika di daerah lain bahan dasar yang diolah merupakan dari hewan-hewan yang memiliki jumlah daging yang banyak. Di tanah Papua, ada sate ulat sagu. Tidak ada data spesifik yang menceritakan kapan kepopuleran hidangan ini bermula. Namun, seperti yang diketahui khalayak umum, ulat sagu memanglah menjadi banyak pilihan untuk berapa menu di tanah Papua.

baca juga

Memiliki tekstur seperti udang, ulat sagu kaya akan protein. Ketika dibakar menjadi sate, tekstur yang muncul adalah gurih di bagian luar, dan lembut ketika digigit. Namun, sebelum dibakar, ulat sagu umumnya direbus dahulu. Barulah hidangan ini disajikan dengan sambal colo-colo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.