Kawan GNFI tujuh belas Agustus selalu punya getarannya sendiri. Setiap kali merah putih berkibar, Kawan GNFI seolah kembali diingatkan pada hari bersejarah 17 Agustus 1945, ketika Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kemerdekaan itu bukan hanya deklarasi politik, melainkan juga pernyataan sebuah tekad bangsa yang ingin hiduo bebas, berdaulat, dan berkeadilan.
Delapan puluh tahun kemudian, Kawan GNFI sampai pada titik refleksi besar. Apakah asa yang pernah diteriakkan para pendiri bangsa telah benar–benar terwujud? Sejauh mana Indonesia melangkah, dan harapan apa yang kini hidup dalam benak generasi baru, khususnya Generasi Z yang tumbuh Bersama dunia digital, globalisasi, dan tantangan baru?
Artikel ini mencoba menelusuri perjalanan dari proklamasi hingga ke era Gen Z, generasi yang kini digadang–gadang menjadu tulang punggung Indonesia Emas 2045.
Jejak Asa Proklamasi Dari Krisis ke Kebangkitan
Kawan GNFI Proklamasi kemerdekaan 1945 lahir dari situasi penuh keterbatasan. Negeri ini baru saja keluar dari cengkraman penjajahan panjang, infrastruktur hancur, ekonomi kacau, dan ancaman kedaulatan masih membayangi. Namun justru di tengah keterpurukan itu, lahirkah tekad yang luar biasa berdiri di atas kaki sendiri.
Era awal kemerdekaan ditandai dengan perjuangan mempertahankan kedaulatan. Konflik diplomatik dan militer dengan Belanda menjadi bukti betapa kemerdekaan tidak serta-merta hadir, melainkan diperjuangkan terus-menerus. Baru pada 1949 kedaulatan Indonesia diakui dunia.
Di dekade-dekade berikutnya, bangsa ini mengalami naik-turun. Pembangunan besar-besaran di era Orde Baru, krisis moneter 1998 yang mengguncang fondasi ekonomi, hingga reformasi yang membuka babak baru demokrasi. Setiap fase itu meninggalkan pelajaran bahwa bangsa ini tangguh, bisa jatuh, tapi juga bisa bangkit.
Indonesia Kini Antara Capaian dan Pekerjaan Rumah
Tahun 2025 menjadi momentum emas untuk merefleksikan delapan dekade perjalanan kemerdekaan Indonesia. Berbagai capaian telah diraih, sekaligus membuka ruang evaluasi atas pekerjaan rumah yang menanti.
Di bidang ekonomi, Indonesia kini menjadi salah satu kekuatan terbesar di Asia Tenggara dengan PDB menembus lebih dari USD 1 triliun, menempatkannya di peringkat ke-16 dunia menurut IMF. Ambisi masuk lima besar ekonomi global pada 2045 pun kian realistis.Demokrasi juga terus berkembang. Pemilu 2024 yang melibatkan lebih dari 200 juta pemilih menunjukkan vitalitas politik Indonesia sekaligus menarik perhatian dunia.
Kemajuan serupa terlihat dalam infrastruktur dan teknologi. MRT Jakarta, jalan tol lintas Jawa, hingga internet yang menjangkau pelosok memperkuat konektivitas, sementara ekonomi digital diproyeksikan tumbuh hingga USD 360 miliar pada 2030. Meski begitu, pekerjaan rumah tetap besar: kesenjangan ekonomi, perubahan iklim, pendidikan yang belum merata, dan tata kelola pemerintahan yang bersih.
Generasi Z Penjaga Asa Baru
Di sinilah generasi Z, yang lahir antara tahun 1997–2012, mulai memainkan peran penting. Mereka bukan lagi sekedar penerima estafet kemerdekaan, tapi juga agen perubahan yang akan mengisi babak berikutnya.
1. Digital Native, Global Mindset
Generasi Z tumbuh dengan gawai di tangan. Mereka terbiasa dengan informasi instan, jaringan global, dan cara berpikir lintas batas. Hal ini membuka peluang besar mereka bisa membawa inovasi digital, wirausaha kreatif, hingga kolaborasi internasional yang memperkuat posisi Indonesia di dunia.
2. Kesadaran Sosial dan Lingkungan
Banyak anak muda kini terlibat dalam gerakan sosial, isu lingkungan, hingga kampanye kesetaraaan. Dan aksi climate strike hingga start-up ramah lingkungan, Generasi Z menunjukkan kepedulian pada bumi yang akan mereka warisi.
3. Harapan untuk Indonesia 2045
Generasi Z sering ditanya apa yang mereka harapkan untuk Indonesia? Jawabannya beragam, tapi ada benang merahnya Indonesia yang adil, berkelanjutan, dan mampu bersaing secara global. Harapan itu sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, saat republik ini merayakan 100 tahun kemerdekaan.
Kawan GNFI, refleksi 80 tahun kemerdekaan tidak berhenti pada nostalgia. Justru, momen ini adalah kesempatan untuk menatap 20 tahun ke depan. Untuk menuju Indonesia Emas 2045, bangsa ini perlu bertransformasi dari ekonomi yang selama ini banyak bergantung pada sumber daya alam menuju ekonomi berbasis pengetahuan dan inovasi.
Perubahan itu menuntut generasi muda, terutama Generasi Z, untuk memanfaatkan keterampilan digital mereka sebagai kunci pembuka jalan. Di saat yang sama, pendidikan berkualitas menjadi fondasi yang tak kalah penting.
Akses yang merata, kurikulum yang relevan, serta metode belajar yang fleksibel dan kreatif harus diwujudkan agar Gen Z mampu tumbuh sebagai problem solver yang adaptif dengan zaman.
Namun, kemajuan ekonomi dan pendidikan tidak akan berarti tanpa keberlanjutan dan keadilan sosial. Ancaman perubahan iklim sudah nyata di depan mata, mulai dari banjir rob yang rutin melanda Jakarta hingga kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa pembangunan tidak boleh lagi mengabaikan aspek lingkungan. Harapan Generasi Z jelas sebuah Indonesia yang hijau, adil, dan inklusif, tempat setiap orang bisa hidup dengan kesempatan yang setara sekaligus menjaga bumi agar tetap layak dihuni untuk generasi berikutnya.
Dari Asa Proklamasi ke Harapan Generasi Z
Delapan puluh tahun lalu, proklamasi adalah teriakan kemerdekaan. Hari ini, proklamasi adalah pengingat bahwa kemerdekaan harus terus diisi. Jika dulu para pendiri bangsa bermimpi tentang Indonesia merdeka, kini Gen Z bermimpi tentang Indonesia maju.
Mereka tidak lagi sekedar ingin “merdeka dari penjajahan”, melainkan ingin “merdeka untuk berkarya, berinovasi, dan berkontribusi bagi dunia”.
Perjalanan 80 tahun menunjukkan bahwa bangsa ini mampu menghadapi ujian, dari perang kemerdekaan, krisis ekonomi, hingga pandemi global. Maka, taka da alasan untuk pesimis. Seperti kata pepatah Jawa, sing sapa temen bakal tinemu siapa yang sungguh – sungguh, pasti akan menemukan jalannya.
Indonesia di usia 80 tahun adalah kisah tentang ketangguhan dan asa yang tidak pernah padam. Dari proklamasi hingga era digital, dari para pejuang 1945 hingga Generasi Z, ada benang merah yang sama yaitu keyakinan bahwa masa depan bisa lebih baik.
Kawan GNFI, kini bola estafet ada di tangan generasi muda. Apakah mereka akan menjadikan Indonesia sekadar “besar karena jumlah penduduk” atau benar–benar “besar karena karya dan pengaruhnya di dunia”?
Akan terjawab pada 2045 tapi satu hal yang pasti asa proklamasi itu masih hidup, kini dalam wujud harapan Generasi Z. #80CeritaBaikIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News